Ada Faisal Basri baru yang menyatakan didukung oleh 600 ribu KTP. Namanya Ichsanuddin Noorsy. Sama seperti Faisal Basri, dikira dengan pengamatan ekonomi penuh teori, warga DKI Jakarta akan memilihnya. Maka dagelan baru lahir dengan klaim calon independen Pilgub DKI Jakarta yang mendekati bingung: Ichasnuddin Noorsy. Selain Noorsy ada Jamaluddin yang pura-pura gagal mendaftar meskipun telah mengumpulkan lebih dari 3,000 KTP. Wah. Lucu.
Mari kita telaah dagelan politikus di Pilgub DKI dengan manusia aneh: Noorsy dan Jamaluddin dengan hati gembira ria senang sentosa bahagia suka-cita menertawai Noorsy selamanya sambil menari menyanyi koprol berdansa selamanya senantiasa melihat kegagalan Noorsy di tangan KPU.
Dipastikan Noorsy hanya akan menjadi dagelan karena (1) KTP 600 ribu dari mane? Dan warge mane, (2) kapan mengumpulkanye?, (3) verifikasi faktual 3 hari oleh KPU model sensus mane ade waktunye?, (4) sebaran dukungan di lima wilayah merate ape bise?, Trus warga DKI Jakarta pun menanyakan, (5) siape lu?
Nah secara pendek, Ichasnuddin Noorsy, pun menjadi dagelan dalam Pilkada 2017. Catatan tentang calon independen yang dipersulit oleh para partai yang gerah terhadap deparpolisasi ala Ahok membuat Ahok sendiri mundur dari calon independen. Realitas politik dan musuh berupa koruptor membuat Ahok kesulitan adalah fakta nyata. Hanya karena dukungan warga DKI dengan Teman Ahok saja, Ahok bisa melakukan tekanan politik dengan sejuta KTP.
Benarkah Noorsy memiliki 600 ribu dukungan KTP? Bisa benar. Namun kemungkinan terbesar akan gagal total karena niatan sebenarnya Noorsy hanya untuk mengganjal Ahok dengan adu KTP dan adu dukungan.
Yang menarik adalah Noorsy tiba-tiba muncul dengan 600 ribu KTP. Yang pasti munculnya Noorsy ini menarik untuk disimak sebagai bagian dari upaya mengganjal Ahok – jika melalui jalur independen. Untung Ahok mengambil jalur independen. Calon lain yang juga mengumpulkan KTP dukungan adalah Jamaluddin. Kedua orang ini benar-benar kecele dan pengumpulan KTP untuk mengganjal Ahok – akibat dari KTP yang kemungkinan menimbulkan dwi dukungan bahkan trio-dukungan KTP yang bisa menggagalkan pencalonan Ahok.
Kini, dengan Ahok mengambil jalur parpol, Jamaluddin dan Noorsy gagal menjadi ganjalan bagi Ahok untuk gagal maju di Pilgub DKI 2017. Terpaksalah Noorsy maju beneran dan menjadi dagelan bersama dengan Jamaluddin.
Memang Pilgud DKI 2017 diisi banyak badut politik seperti pedangdut Ahmad Dhani, tukang kebun dan taman serta bagi-bagi dana hibah Risma Triharini, si culun politik Sandiaga Uno, orang IQ tertinggi ha ha Yusril, dan tentu koruptor M. Sanusi - yang malah masuk bui mengikuti pengalaman abangnya M. Taufik yang pernah menghuni hotel prodeo penjara.
Faktor Ahok yang anti korupsi benar-benar dilawan dengan berbagai cara, salah satunya verifikasi KTP model sensus satu-satu. Untung Ahok lari dari pencalonan lewat jalur independen yang diam-diam ada si Noorsy ikut mengumpulkan KTP yang bisa membuat kemungkinan terjadi duplikasi dan dukungan satu KTP mendukung ganda atau bahkan trio: Ahok, Jamaluddin, dan Noorsy.
Maka, antisipasi sejak satu tahun yang lalu dan zig-zag politik terbukti benar dan ampuh. Karena dipastikan dari awal jika Ahok tidak dibantu menekan parpol lewat 1 juta KTP, Ahok tak akan didukung oleh parpol. Bahkan PDIP dan Presiden Megawati pun kini semakin bingung untuk memenuhi nafsu elite Ring 1 PDIP yang jelas menolak Ahok.
Kini, dengan Ahok mengambil jalur parpol, gerakan anti Ahok pun muncul satu-satu lewat Noorsy yang kebablasan dan telanjur malu, serta Jamaluddin yang pura-pura terlambat mendaftar ke KPUD DKI Jakarta dengan segelintir KTP yang bertujuan untuk melawan Ahok secara administratif dan politik. Gagal lagi-gagal lagi.