Rakyat Inggris tersentak dan berduka cita. Anggota parlemen Partai Buruh Inggris termuda Jo Cox dibunuh secara brutal oleh pencoleng ultra nasionalis Inggris karena sikap politiknya. Jo Cox meninggalkan dua anak-anak balita Cuillin dan Lejla. Pembunuhan atas Jo Cox menimbulkan simpati dari seluruh dunia. Dari mulai Hillary Clinton, Francois Hollande, Kanselir Jerman Angela Merkel, Justin Trudeau, PM Australia dan beberapa pemimpin dunia berduka atas kematian yang mengerikan Jo Cox. Perjuangan Jo Cox sangat mengharukan dan mengingatkan pada kondisi berlawanan terhadap para dagelan politik anggota DPR(D) di Indonesia agar belajar.
Mari kita telaah nilai-nilai yang dipercayai oleh politikus Inggris Jo Cox yang dicintai oleh rakyat Inggris dengan hati jauh dari gembira ria riang senang suka-cita bahagia pesta-pora menari menyanyi koprol dansa jungkir balik sambil menertawai ngakak memicingkan mata melihat sikap dan tingkah laku sebagian para anggota DPR(D) di Indonesia yang korup dan tak berguna sama sekali di mata rakyat Indonesia yang waras.
Selepas bertemu dengan konstituennya di sebuah restoran di Leeds. Jo Cox dibunuh secara brutal dengan senjata rakitan dan pisau yang ditusukkan di tubuh Jo Cox, sementara Jo Cox sedang sekarat, tersangka Tommy Mair anggota kelompok radikal ultra nasionalis Ingrris  Britain First dan ditembak berkali-kali serta ditendang oleh Tommy Mair dalam keadaan berdarah-darah tak berdaya di siang bolong.
Sikap politik yang konsisten dan berpengaruh Jo Cox yang lama menjadi aktivis untuk kepentingan rakyat membuat rakyat Inggris bersimpati dan bersedih. Di tengah kampanye Brexit yang mengarah pada kampanye paling kotor di Inggris, Jo Cox memberikan contoh kampanye cerdas –mewakili kepentingan rakyat.
Jo Cox menjadi anggota parlemen Inggris baru sejak tahun lalu. Sebelum menjabat anggota parlemen Inggris, Jo Cox adalah kepala administrasi pemberian bantuan kemanusiaan, pengungsi di Syria. Keputusannya masuk ke parlemen Inggris adalah ditujukan untuk lebih membantu para pengungsi Syria.
Dalam masa pendeknya menjabat menjadi anggota parlemen Inggris, Jo Cox menorehkan sejarah sebagai anggota parlemen yang membawa perubahan. Sikap, keyakinan dan perjuangan Jo Cox di parlemen tentang (1) nilai-nilai kemanusiaan, (2) mendukung bantuan kepada para pengungsi, (3) mendukung kegiatan masyarakat, (4) menguatkan demokrasi, (5) kebebasan berpendapat, (6) menghargai perbedaan dan pluralisme, (7) dan mencintai negara dan bangsa Inggris sepenuhnya.
Kematian Jo Cox yang mengenaskan membungkam perang kampanye Brexit antara pendukung Inggris tetap di Uni Eropa dengan penentangnya. Perang di dua kubu telah memecah rakyat Inggris yang dikompori oleh para penentang Inggris di Uni Eropa dan pendukung mereka. Boris Johnson pendukung hengkangnya Inggris dari Uni Eropa dan Perdana Menteri Inggris David Cameron saling serang.
Kebohongan-kebohongan dan nafsu politik dibungkus oleh kedua kubu politik yang saling bertentangan. Pertentangan politik telah menunjukkan praktik politik paling menjijikkan di Inggris terkait dengan referendum Brexit. Para politikus di Inggris menunjukkan ketidakdewasaannya sambil memertontonkan kebohongan data dan informasi yang sangat menjijikkan.
Di tengah kampanye yang memecah belah itu, Jo Cox menampilkan cara kampanye ala aktivis yang santun, taktis dan memukau baik di dalam perdebatan di parlemen maupun di konstituennya dan kalangan lebih luas dalam Partai Buruh dan rakyat Inggris yang lebih luas. Sikap, konsistensi dan kejujuran politik Jo Cox menarik perhatian. Hal inilah yang membuat Jo Cox justru menantang bahaya yang tak terbayangkan: kebencian dari ultra nasionalis Inggris yang akhirnya membawa ke kematiannya.
Kematian Jo Cox menyentak Inggris dan membuat duka yang luar biasa dari masyarakat Inggris. Kematiaan Jo Cox diratapi dan ditangisi oleh rakyat Inggris, sesuatu yang tidak akan terjadi di Indonesia terhadap para anggota DPR yang korup –yang justru mendapatkan cacian dan makian karena sikap korup para koruptor dari DPR(D).
Para koruptor dari anggota parlemen alias DPR(D) di Indonesia dari hidup dan mati mereka hanya akan dikenang sebagai koruptor dan tidak memiliki makna sama sekali di mata rakyat. Penyebabnya adalah para anggota DPR(D) di Indonesia sebagian besar hanya berjuang untuk (1) kepentingan diri sendiri dengan memerkaya diri,  (2) kepentingan golongan sendiri, (3) kepentingan partai politik, (4) kepentingan bisnis diri dan rekan bisnis yang korup, dan (5) ditungganggi oleh keculasan dan ketikdakbenaran sikap, tingkah laku, perbuatan, yang jauh dari nilai-nilai yang dianut oleh – misalnya Jo Cox.