Di India secara kasar terbangun budaya penguasa politik (raja), pengusaha atau majikan, ideologi Hindu-Buddha, dan kelas pekerja dan budak dalam bentuk kasta. Di dalam sejarah bangsa Nusantara bentuk hubungan kekastaan tercampur dengan local genius bangsa Nusantara dan menghaluskan ideologi Hindu-Buddha dengan penggolongan (1) raja dan bangsawan, (2) majikan dan bangsawan, (3) kelas rakyat jelata.
Maka, demo buruh di Indonesia pun menggambarkan perjuangan kesejahteraan klasik sejak zaman Mesir Kuno – dengan demo dan tindakan pemberontakan bangsa Yahudi dari perbudakan di Mesir. Buruh di Indonesia saat ini terjebak dalam kapitalisme universal yang menguasai kalangan buruh. Bahkan secara tidak sadar, perjuangan buruh di Indonesia menggambarkan secara gamblang kekuasaan pemilik modal secara universal terhadap empat sumber daya universal: (1) alam, (2) penguasa politik, (3) ideologi, dan (4) manusia.
Jadi, May Day dan 1 Mei adalah tonggak ulangan rutin penuntutan kesejahteraan dari dominasi kapitalisme universal yang telah dan tetap menciptkan kelas-kelas stratafikasi sosial dalam masyarakat yang semuanya dikuasai oleh pemilik modal. Demo di Jakarta pun menuntut penguasa politik yakni pemerintah dan penguasa di DPR untuk membuat peraturan agar menekan pengusaha atau pemilik kapitalisme – yang notabene teman-teman dan pendukung penguasa. Suatu dilemma perjuangan yang tak akan berakhir sampai akhir zaman karena perselingkuhan antara pengusaha dan penguasa yang selalu menekan kalangan pekerja, buruh dan budak sejak zaman Mesir Kuno, Romawi, Yunani, Persia, dan bahkan berlaku di Eropa, Amerika Utara, dan tentu Nusantara dan Indonesia.
Selamat Hari Buruh 1 Mei.
Salam bahagia ala saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H