Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ahok, Presiden Jokowi, SBY, Bung Karno, Habiburrokhman Terjun dari Monas Wujud Irrasionalitas Politik

29 Maret 2016   19:39 Diperbarui: 30 Maret 2016   09:17 4921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="Ahok I Dok Ninoy N Karundeng"][/caption]Sesungguhnya sumpah atau janji atau nazar Habiburokhman untuk terjun dari atas Monas jika Ahok mendapatkan dukungan mencalonkan diri secara independen adalah wujud irasionalitas politik, salah satu hakikat politik. Tak hanya Habiburokhman, perwujudan penggenapan terhadap realitas hakikat politik dan irrasionalitas politik telah disampaikan oleh Anas Urbaningrum, Amien Rais, Debby Rhoma Irama, dan dilakukan oleh Presiden Jokowi, SBY, Bung Karno, eyang saya Presiden Soeharyo dan sebagainya. Mari kita telaah esensi irasionalitas politik yang membayangi Ahok dengan hati gembira ria riang senang bahagia menertawai irasionalitas para politikus disertai menari menyanyi ngakak selamanya senantiasa. 

Politik adalah kesan. Politik adalah tentang imej. Politik adalah tentang gambaran. Politik adalah tentang citra. Maka politik adalah tentang citra diri. Namun, kebablasan membuat citra hanya akan menghasilkan pencitraan. Contoh paling faktual tentang pencitraan yang paling tepat adalah kasus SBY yang tak menghasilkan apapun dalam 10 tahun hanya sibuk pencitraan. Pencitraan yang salah bahkan akan menyebabkan kegagalan dianggap keberhasilan.

Di level internasional, UMNO di Malaysia pun menerapkan pencitraan segregitas etnis dan keyakinan di Malaysia sebagai alat pencitraan untuk kekuasaan. Hasilnya, UMNO selalu memimpin dalam budaya korup politik, bahkan sampai menyentuh PM Malaysia Najib Razak. Namun dengan pencitraan ala UMNO, Najib berhasil lolos. Pun di Amerika Serikat, para kandidat presiden dengan tepat melakukan pencitraan dengan saling hujat baik di dalam partai atau pun antar partai: Republik dan Demokrat.

Pencitraan yang seimbang relatif menghasilkan pekerjaan dilakukan – yang paling spektakuler dilakukan oleh Presiden Jokowi. Sejak dari Solo naik becak, menyapu jalanan sebagai contoh Walikota yang bekerja, lalu blusukan di Jakarta, secara tepat telah membuat citra diri meningkat dan membawanya mencapai puncak jabatan politik tertinggi: Presiden Republik Indonesia. Pencitraan positif semacam blusukan menjadi trend para pemimpin dan menghasilkan peniru blusukan – yang intinya pencitraan dan mendekati rakyat – seperti Risma, melalui kinerja,  dan Ridwan Kamil melalui media sosial.

Nah,  Ahok yang berhasil mencitrakan diri menjadi yang terbaik pun menghasilkan irrasionalitas politik: bahwa Ahok tak pantas memimpin. Irrasionalitas politik berkembang. Terakhir yang paling top adalah irrasionalitas politik yang ditunjukkan oleh manusia gagal move on: Habiburokhman yang akan terjun dari Monas.

Ahok pun menimpali dengan candaan yang juga merupakan irrasionalitas politik Ahok: akan menyediakan ambulan untuk mengangkut mayat Habiburokhman. Tak sampai di situ, irrasionalitas politik berkembang lebih melebar dengan komentar Sufmi Dasco Ahmad yang meminta Ahok untuk memberikan izin terjun bagi Habiburokhman. Hanya jika Ahok memberi izin kepada Habiburokhman, maka Dasco akan menyetujui terjunnya Habiburokhman dari puncak Monas.

Jauh sebelumnya, Anas Urbaningrum koruptor Hambalang menampilkan irrasionalitas politik dengan gegap gempita menyebut akan gantung diri di Monas jika terbukti korupsi. Faktanya sampai saat ini Anas belum juga menggantung diri di Monas.

Para pelaku politik banyak menampakkan irrasionalitasnya tak pandang tua atau muda. Si tukang mencla-mencle Amien Rais pun berjanji jika Jokowi-JK menang akan berjalan kaki Jogja-Jakarta. Sampai sekarang omongan Amien Rais yang irrasional itu tak pernah dipenuhi. Hal yang sama irrasionalitasnya adalah anak Rhoma Irama yang menyatakan akan hengkang dan pindah kewarganegaraan jika Jokowi-JK menang Pilpres.

Presiden Jokowi pun tak pelak memiliki irrasionalitas karena mencanangkan 1 juta rumah untuk warga miskin dan berpenghasilan rendah. Catatan tentang sejuta rumah Presiden Jokowi jelas memerah. Proyek sejuta rumah gagal total. Presiden Jokowi hanya membangun proyek yang menguntungkan para kontraktor. Hanya proyek-proyek yang tidak langsung bisa dinikmati masyarakat yang dibangun. Betapa tidak gagal selama setahun lebih pemerintahan Presiden Jokowi, pembangunan 1 juta rumah bagi kalangan warga pekerja dan kalangan miskin jelata baru mencapai 0,4%.

Menteri PUPR gagal mengemban amanat Presiden Jokowi memenuhi kebutuhan rumah bagi rakyat miskin. Sementara 4 para pengembang swasta – yang sudah menguasai tanah-tanah di seantero wilayah strategis – tahun 2015 membukukan untung Rp 4,8 triliun. Rumah semakin tak terjangkau. Kegagalan Presiden Jokowi yang patut disimak dan diperhatikan karena irrasionalitas politik. Satu juta rumah.

Yang paling seru irrasionalitasnya jelas SBY. SBY pun berteriak bahwa dirinya berhasil dalam membangun RI semasa 10 tahun penganggurannya. Gagal total dan tidak menghasilkan apa-apa berkelit dengan sejuta alasan. Itulah irrasionalitas politik SBY yang memang tidak menghasilkan apapun selain membangun kartel koruptor di migas dan Petral yang SBY tak berani membubarkan. Irrasionalitas SBY pamer dia pemberani padahal jelas penakut dan peragu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun