Einstein meramu ajaran Abraham, Isa, Musa, Muhammad tanpa menodai salah satunya. Ilmu pengetahuan yang dijunjung oleh Einstein tidak digunakan untuk membelokkan keyakinan Yahudi, Kristen dan Islam para pengikutnya. Salah satu kutipan nomor dua terkenal Einstein adalah Science without religion is lame. Religion without science is blind. Ilmu pengetahuan (sains) tanpa agama lumpuh. Agama tanpa ilmu pengetahuan (sains) buta.
Einstein dan juga Ahmad Mussadeq dalam menjelaskan ajaran sangat memukau. Einstein mengajarkan berupa sains dan teori, sementara Ahmad Mussadeq mengajarkan imajinasi dan daya hayal yang sangat memukau. Yang membedakannya adalah Einstein dengan cerdas tidak membawa-bawa agama sebagai pijakan untuk para pengikutnya – meskipun kedahsyatan ajaran dan teori Einstein mengubah miliaran orang untuk keluar dari ilusi dan delusi baik terhadap agama maupun kepercayaan tradisional. Sementara Ahmad Mussadeq secara dangkal mendompleng Yahudi, Kristen, dan Islam. Ini yang menjadi masalah bagi Ahmad.
Sementara Einstein memanfaatkan science sebagai ajaran yang mengubah miliaran manusia tanpa menyakiti dan tanpa dirasakan revolusi relijius terhadap penganut Yahudi, Kristen, dan Islam. Relijiositas Einstein – sebagai orang Yahudi terbesar dalam sejarah dan kisah setelah Ibrahim, Musa, Isa – terwujud sangat dalam termasuk kutipan berikut.
Untuk penciptaan alam semesta dan Tuhan, Einstein menyampaikan: “I want to know how God created this world. I am not interested in this or that phenomenon, in the spectrum of this or that element. I want to know His thoughts; the rest are details.Dalam kutipan itu Einstein sebagai orang Yahudi mengikuti dan bahkan melebihi Musa – yang hanya ingin melihat wujud Tuhan – dengan Einstein menyebut: “Aku ingin tahu pemikiran Tuhan; yang lainnya hanya penjelasan lanjutan pemikiran Tuhan itu.”
Lebih lanjut, Einsten menyampaikan berbagai teori yang mustahil disampaikan dengan ilusi dan delusi dan juga kenabian dan kewahyuan.
Nah, dalam ajaran Gafatar alias Al Aqidah Al Islamiyah ini, jelas ide besar Ahmad Mussadeq telah ketinggalan zaman selama 1400 tahun oleh Muhammad SAW, 2000 tahun oleh Isa, dan 3000 tahun oleh Abraham dan Musa. Ahmad pun menjadi ketinggalan kereta dan dianggap sesat karena telah adanya kekuatan keyakinan agama-agama Yahudi, Kristen, dan Islam dengan pengikut yang besar. Sementara Einstein merusak dan menguatkan dalam revolusinya terhadap semua keyakinan agama dengan science dan teori yang didasari oleh imajinasi relijiositas tanpa menyebutkan sebagai wahyu dari Tuhan.
Gafatar dengan pentolannya Ahmad Mussadeq adalah contoh revolusi keyakinan dalam sejak zaman Ibrahim-Avraham, Musa-Moshe, Isa-Yesus-Iesus, Muhammad, yang dalam sejarah memang berlaku. Musa mendompleng Ramses II menyebutkan memimpin bani Israel keluar dari Mesir untuk membangun keyakinannya, Ibrahim pun dikisahkan mengikuti Adam. Saulus alias Paulus mengambil ajaran Isa alias Yesus dan keyakinan Romawi dewa Zeus melahirkan keyakinan Nasrani.
Lalu Muhammad SAW – satu-satunya nabi dan rasul dari Arab dan bukan bangsa Yahudi – melengkapi dan merangkum dan menyempurnakan keyakinan sebagai nabi terakhir dengan ajaran Islam. Einstein melakukan revolusi dengan ilmu pengetahuan tanpa ampun memengaruhi para pengikut Yahudi, Kristen, Islam dan semua keyakinan termasuk Hindu-Buddha dan bahkan atheis menjadi pengikut keyakinan Einstein dalam relijiositas Einstein.
Dari uraian di atas, maka Gafatar dan Al Qiyadah Al Islamiyah yang dilahirkan oleh Ahmad Mussadeq jelas keluar dari mainstream dan dianggap dan dilabeli sesat. Kenapa? Ahmad Mussadeq mendompleng keyakinan lain tanpa membuat kenabian baru: itu yang sesat. Plus Ahmad Mussadeq terlahir terlalu telat yakni 3000 tahun setelah zaman Ramses II berkuasa di Mesir Kuno.
Salam bahagia ala saya.