[caption caption="Fahri Hamzah dan para sekondannya I Sumber Kompas.com"][/caption]Sejak pileg 2009 sampai 2014 perolehan suara partai agama PKS selalu naik secara signifikan. Pemilu 1999 (1.436.565), 8.325.020 (2004), 8.206.955 (2009), dan 8.480.204 (2014). Naik dan naik. Fenomenal. Pun dalam pilpres 2004 dan 2009 menang dengan SBY. Penyebabnya, ternyata ada 13 faktor. Salah satunya adalah seperti sosok Fahri Hamzah. Fahri Hamzah adalah fenomena besar partai agama PKS. Fahri Hamzah adalah representasi kejayaan dan kehebatan partai agama PKS yang sangat dicintai oleh kader dan seluruh pendukung partai kader usroh itu. Mari kita tengok 13 faktor fenomena kejayaan dan kemenangan Fahri Hamzah dan partai agama PKS dengan hati gembira ria riang sentosa senang bahagia tertawa menertawai suka-suka pesta-pora menyanyi menari berdansa jungkir balik breakdance selamanya senantiasa.                               Â
Pertama, faktor kader. Kaderisasi partai agama PKS adalah pengaderan paling berhasil dibandingkan dengan pengaderan partai manapun di Indonesia sejak 1955 sampai zaman modern 2015 ini. Para kader adalah garda depan penjaga nama partai agama PKS dan siap membela dengan cara apapun kebesaran partai agama PKS.
Kedua, faktor kegiatan rohis dan usroh di SMA dan kampus. Hanya partai agama PKS yang begitu berhasil menggalang kalangan muda di tingkat sekolah menengah dan kampus. Hampir semua (90%) kegiatan keagamaan rohani Islam (rohis) di sekolah dan kampus adalah kegiatan pengaderan dakwah oleh anasir dan unsur kampanye partai agama PKS.
Ketiga, faktor agama sebagai alat jualan dakwah partai agama PKS. Identifikasi sempurna antara agama dan partai menjadi sedemikian kuat. Pola pencucian otak di tingkat rohis sekolah dan kampus yang menargetkan kalangan pemuda hijau culun sangat berhasil. Mereka menjadi sangat hebat, militan, rela berkorban. Sampai kapan pun mereka tak akan melepas dukungan kepada partai agama PKS – meskipun misalnya ada kasus korupsi sapi Ahmad Fathanah dan Luthfi Hasan Ishaaq dan juga Gatot Pujo Nugroho.
Keempat, para pentolan partai bergelar ustadz. Nah yang sangat menarik adalah trik para pentolan partai agama PKS yang memberi label pentolan partai sebagai ustadz – semuanya adalah ustadz. Maka lahirlah ustadz Luthfi Hasan Ishaaq, ustadz Ahmad Fathanah, ustadz Anis Matta, ustadz Tifatul Sembiring, ustadz Fahri Hamzah. Tak ada partai seperti ini bahkan PPP dan PKB pun tidak memiliki konsep pentolan partai adalah sekaligus sebagai ustadz.
Kelima, keteladanan pentolan partai diikuti dengan baik oleh para kader di bawah. Kesempurnaan sikap para pentolan partai agama PKS menjadi teladan yang sempurna bagi para pendukung partai agama PKS. Ini hal yang tidak terjadi di partai mana pun.
Keenam, tingkat ketakwaan sebagai barometer politik. Semua orang tak akan mampu meragukan tingkat ketakwaan dan berpolitik para kader, pentolan partai agama PKS. Tak ada satu alasan pun bagi rakyat Indonesia untuk tidak mendukung partai agama PKS yang sedemikian tinggi tingkat ketakwaannya.
Ketujuh, kesetiaan kader yang telah di-brainwashed yang luar biasa sehingga menimbulkan taklid yang sangat membanggakan keberhasilannya. Maka dengan kondisi itu, partai agama PKS menunjukkan tingkat kemenangannya semakin besar dari tahun ke tahun.
Kedelapan, iuran dan tausiah dan kemisan dan rabuan untuk menggalang dana bagi kepentingan dakwah partai agama PKS. Pola self-financing dari bawah ke atas menjadi pola yang sustainable untuk membesarkan partai. Para kader di bawah membiayai kebutuhan para pentolan untuk rapat, jamuan makan malam, sarasehan, pertemuan, munas, dll. Ini bukti kecintaan kader kepada partai.
Kesembilan, konsep the winner takes all dimanfaatkan ketika partai agama PKS berhasil berkuasa. Kasus korupsi di kementerian pertanian yang melibatkan Luthfi Hasan Ishaaq dalam korupsi sapi menjadi contoh. Kesempatan digunakan untuk mendapatkan keuntungan golongan. Gambaran penguasaan penyaluran benih dan pupuk oleh semua kader berafiliasi dengan partai menjadi contoh.
Kesepuluh, jaminan pilihan jitu dan hebat sebagai kader perjuangan dan dakwah partai agama PKS. Gambaran eksklusivitas para kader di bawah sebagai kelompok terpisah dari masyarakat umum membuat kebanggan tersendiri dan menjamin partai agama PKS tak pernah kehilangan dukungan.