Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

FPI “Sweeping” Bupati Dedi, Aksi Presiden Jokowi Ditunggu, Ahok Berani Lawan FPI

30 Desember 2015   21:59 Diperbarui: 30 Desember 2015   22:17 6011
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla I Dok Ninoy N Karundeng"][/caption]

Presiden Jokowi ditantang untuk bertindak tegas terhadap kelakuan FPI. Jangan hanya Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok yang berani meluruskan FPI sendirian. Bayangkan, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi di-sweeping di TIM – Taman Ismail Marzuki – hingga lari tunggang-langgang tak berani menghadiri acara. Aparat militer dan Polri pun gagal mencegah tindakan aksi memeriksa setiap mobil masuk ke TIM untuk mencari Dedi Mulyadi. Penyebabnya jelas, FPI memiliki keinginan untuk membuat perhitungan menemui Dedi terkait kisruh Sampurasun dengan pentolan FPI. Akibatnya, Dedi kabur dan tak berani nongol dan pulang ke Purwakarta. Ironis.

Mari kita tengok kekuatan luar biasa yang dimiliki oleh FPI yang membuat semua unsur di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tunduk dan patuh dengan ideologi pergerakan FPI yang malang melintang di semua lini kehidupan dengan hati jauh dari gembira riang ria senang sentosa bahagia suka-cita ngakak menertawai negara yang kalah melawan ormas yang kebablasan dengan menari menyanyi berdansa pestapora suka-cita selamanya senantiasa. 

Selama puluhan tahun sejak Reformasi 1998, keberadaan laskar dan milisi bersenjata sudah dibongkar. Rancangan menjadikan Indonesia sebagai Lebanon di Timur gagal akibat ketegasan TNI-Polri. Komando dan lasykar berbau milisi berhasil ditumpas usai membuat Ambon berdarah-darah. Kini di Indonesia tengah berkembang organisasi massa yang memiliki kekuatan melebihi TNI dan Polri: FPI yakni Front Pembela Islam. Saking kuatnya pada 2013 dalam Munas III FPI memutuskan meminta Densus 88 anti teror dibubarkan. Habat hanya FPI ormas di Indonesia yang berani meminta Densus 88 dibubarkan. Nah, lho.

Keberadaan ormas FPI sungguh luar biasa di Indonesia. Di-klaim memiliki ratusan pengikut di Indonesia yang membuat semua orang mengeret, tunduk, patuh, ketakutan begitu mendengar nama FPI. Yang ketakutan dan hormat terhadap FPI adalah semua orang di Indonesia kecuali Ahok. Ahok menjadi umpan.

Ormas FPI adalah ormas paling ampuh, paling mentereng, paling kaya, dan paling-paling semuanya. Ketaqwaan, kesopanan, keindahan perilaku, cara berbicara, cara menegur, cara sweeping semuanya sudah sangat benar dan sesuai denga hukum dan syariah serta anjuran dan sikap hidup sempurna tiada tara. Dapat dipastikan dengan cara demikian mereka akan masuk ke surga jannatun naim.

Terkait sikap dan perbuatan FPI hanya Ahok yang berani secara jelas menentangnya. Contohnya, kasus sweeping dikecam oleh Ahok. Yang lain mengeret, surut dan takut. Hanya dalam masa kepemimpinan Jokowi-Ahok di Jakarta tidak ada sweeping tempat hiburan pada bulan Ramadhan oleh FPI, berkat kerjasama dan keberanian Jokowi-Ahok antara Pemda DKI dan Kodam Jaya dan Polda Metro serta Polri Pusat. Maka tanpa sweeping FPI Ramadhan di Jakarta pun tetap tenang dan nyaman. Di satu sisi pun Ahok dengan tegas menutup tempat hiburan diskotek pengedar narkoba terhebat di Jakarta: Stadium. Wow.

Pun Ahok adalah Gubernur yang tidak memberikan dana kepada FPI lewat bantuan ormas di DKI Jakarta. Ketegasan Gubernur Ahok ini dapat diapresiasi oleh masyarakat yang memahami ketegasan dibutuhkan untuk membuat Jakarta kondusif bagi kehidupan berbangsa dan bernegara dalam negara pluralis dan bukan negara mono-religi yang membahayakan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Maka tak terelakkanlah pertentangan dan perseteruan Ahok dan FPI termasuk berbagai demo dan unjuk rasa oleh FPI menentang Ahok menjadi Gubernur DKI Jakarta menggantikan Jokowi yang menjadi Presiden Republik Indonesia. Ahok pun tetap bergeming tak ada kopromi dan tegas mengatur dan mengendalikan FPI. FPI tidak bisa menundukkan Ahok. Namun bukan FPI kalau tak berjuang.

Tak pelak kasus Sampurasun menjadi picu belaan FPI untuk memberi petuah jihad dan dakwah kepada Dedi Mulyadi. Maka, karena pimpinannya terusik, FPI pun bergerak mencari Dedi Mulyadi di TIM saat itu. Agar efektif, maka setiap mobil diperiksa oleh para anggota FPI dengan kemegahan, ketegasan, kejayaan, dan kebesaran ala FPI: kuat, hebat, dan tak tersentuh. Aparat keamanan termasuk Satpam, Polri di lokasi tak memerhatikannya sampai pun Bupati Dedi Mulyadi lari tunggang-langgang. FPI Berjaya menghalangi Dedi Mulyadi masuk ke TIM. Wah hebat.

Nah, kini Presiden Jokowi secara strategis harus membantu Ahok dan tidak membiarkannya bertarung sendiri melawan tibdakan dan kehebatan FPI yang tidak tepat dan meresahkan serta memrihatinkan seperti kasus di TIM. Negara besar Indonesia malu melihat ormas mampu menundukkan negara. Ini pekerjaan rumah alias PR yang harus diselesaikan oleh Presiden Jokowi secara strategis dan bertahap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun