[caption caption="Maulid di Istana Negara I Sumber cyberdakwah.com"][/caption]Â
Dari perayaan Maulid di Istana Negara, Presiden Jokowi mengajak bangsa Indonesia meneladani Rasullullah SAW. Yang paling penting salah satunya adalah meneladani kesederhanaan berpikir, bersikap, dan bertindak: jujur dan benar. Sikap jujur, benar dan sederhana itu, akan menghindari megalomania. Sikap megalomania akan menghancurkan kepribadian dan merusak sendi kenormalan kemanusiaan. Mari kita tengok ajakan Presiden Jokowi untuk meneladani Rasullullah Muhammad SAW agar kita jauh dari sikap megalomania dengan hati gembira ria senang sentosa bahagia suka-cita pesta-pora senang suka-suka berpesta menari menyanyi berdansa selamanya senantiasa.
Presiden Jokowi memahami dengan baik bahwa Rasullullah SAW adalah salah satu tonggak peradaban manusia yang luar biasa. Miliaran manusia meneladani sikap, kepribadian, cara hidup yang luar biasa. Contoh-contoh kebaikan kehidupan bernegara pun ditunjukkan oleh Rasullullah SAW: toleransi dan koeksistensi kehidupan.
Contoh Negara Madinah yang dibuat oleh Rasullullah – satu-satunya ahli kenegaraan yang menciptakan teori kenegaraan dan memraktikkannya sendiri. Madinah adalah potret sempurnya kehidupan bernegara dengan seluruh sistemnya.
Presiden Jokowi pun paham bahwa kehidupan penuh toleransi dan koeksistensi di Madinah sungguh luar biasa. Muhammad SAW memberikan kebebasan beragama bagi penduduk Madinah yang terdiri dari berbagai agama: Islam, Kristen, Yahudi, Majusi dan bahkan agama nenek moyang kepercayaan. Gereja, sinagog, masjid, kuil Majusi berdiri. Pun Muhammad SAW memberikan contoh dan berdagang dengan semua unsur masyarakat: termasuk berbisnis dengan kaum Yahudi.
(Sepeninggal Muhammad SAW dan khulafa ur Rasyiddin, gereja, sinagog, kuil Majusi, dihancurkan karena alasan politik Muawiyah. Rasullullah SAW tak pernah merusak gereja, sinagog, masjid, kuil, dan bahkan patung dan berhala. Ipar sepupu Rasullullah SAW dari Khadijah yakni Waraqah bin Naufal adalah pendeta perempuan yang banyak memberikan inspirasi bagi keluarga Muhammad-Kahdijah.)
Salah satu alasan Presiden Jokowi untuk meneladani Rasulllullah SAW sangat mendasar. Teladan yang diberikan Rasullullah SAW telah cukup untuk meredamkan sikap megalomania dalam beragama dan bernegara. Justru sikap dan cara berdakwah yang salah dan dipenuhi megalomania dalam beragama dengan mengajarkan kekerasan, terorisme, ekstrimisme seperti ISIS, jelas bukan ajaran Rasullullah SAW. Presiden Jokowi pun mengajak bangsa Indonesia untuk meneladani Rasulllullah SAW sebagai salah satu contoh manusia yang mangajarkan sikap hidup berbangsa dan bernegara yang baik: dengan contoh Negara Madinah.
Dalam bernegara sebagai pribadi, dalam tataran pribadi, menjauhi sikap sederhana, akan membuat manusia menjadi megalomania. Yang paling rentan berkepribadian megalomania adalah para penguasa, orang kaya raya, orang cerdas luar biasa. Sikap megalomania yang menghinggapi manusia pada akhirnya akan membuat manusia (1) mencintai hidup melebihi apapun, (2) tidak memercayai Tuhan, (3) korup, (4) mengumpulkan kekayaan berlebihan, (5) tidak peduli kepada orang lain dan negara.
Sikap megalomania itu membuat manusia menjadi penjahat bagi diri dan orang lain, bangsa dan negara. Â Untuk itu, ajakan Presiden Jokowi untuk menjauhi sikap megalomania dan meneladani cara hidup, kehidupan dan pola pikir sederhana Rasullulllah SAW sangat relevan dengan kondisi di Indonesia yang dipenuhi oleh manusia megalomania seperti kasus Setya Novanto Papa Minta Saham Freeport yang mencatut nama Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla yang melibatkan mafia migas dan Petral Muhammad Riza Chalid atau Reza Chalid.
Jadi, ajakan Presiden Jokowi untuk mencontoh dan meneladani Rasullullah SAW adalah sangat pas dan cocok di tengah ancaman terorisme dan radikalisme Islam seperti ISIS dan Jamaah Islamiyah di Indonesia. Pun dalam tataran pribadi kepribadian Rasullullah SAW yang sederhana dipastikan akan menjauhkan manusia dari sikap megalomania.
Salam bahagia ala saya.