Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kasus Setya Novanto: Luhut Pandjaitan, Trisula Jokowi Akhiri “The Untouchable” Jadi “The Lame Duck”

14 Desember 2015   15:45 Diperbarui: 14 Desember 2015   20:08 5065
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Jenderal Luhut Pandjaitan dan Presiden Jokowi I Dok Ninoy N Karundeng"][/caption]

Jenderal Luhut Pandjaitan, salah satu trisula Presiden Jokowi benar-benar mengakhiri Setya Novanto the untouchable, mighty, and unstoppable, menjadi the lame duck. Jenderal Luhut Pandjaitan memiliki ketegasan yang luar biasa. Dalam pola dan arahan yang telah jelas, the Operators of silent operation, telah jelas peran dan fungsi strategis yang akan mengakhiri kiprah mafia, korupsi, dan juga kasus Papa Minta Saham yang melibatkan Setya  Novanto dan Riza Chalid atau Reza Chalid. Mari kita telaah arahan the Operators untuk menyelesaikan tugas akhir yakni mengakhiri kiprah the untouchable, mighty, and unstoppable Setya Novanto dengan hati gembira ria senang sentosa suka-cita  bahagia pesta-pora menari menyanyi berdansa selama-lamanya senantiasa. 

Berbagai pertanyaan tentang peran penting Luhut Pandjaitan dalam berkontribusi kepada NKRI tak diragukan lagi. Kematangan diri, komitmen, kecerdasan, integritas tinggi, rasa nasionalisme yang menggelegak sebagai tentara, dan kecintaan kepada Republik Indonesia telah menempatkanya sebagai orang yang tepat berada di Ring 1 Republik Indonesia. Pun dalam kasus Setya Novanto yang dilaporkan oleh Sudirman Said dalam rekaman yang dilakukan oleh Maroef Sjamsoeddin pun keteguhan sikap tergambarkan dan tetap sejalan dengan the Operators.

Maka dalam kasus Papa Minta Saham pun, Jenderal Luhut menempatkan diri sebagai negarawan yang lebih mengedepankan Indonesia di atas kepentingan diri dan golongan. Maka sepanjang pernyataan di Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) dalam kasus yang melibatkan Setya Novanto, Luhut Pandjaitan tetap konsisten dalam koridor hukum, politik dan public relations yang sempurna yang telah digariskan oleh the Operators.

Tak pelak, MKD pun gagal mendapatkan dukungan yang dibutuhkan minimal Luhut Pandjaitan menyatakan tidak bermasalah dengan rekaman tersebut. Alih-alih Jenderal Luhut justru tetap mengedepankan berjalannya hukum di negeri ini. Counter espionage terhadap the Operators yang bermanuver dengan arahan untuk menggiring kegagalan sidang MKD dan menganulir dengan cara (1) menggagalkan mendapatkan rekaman, (2) ketidakhadiran Riza Chalid, yang akan dijadikan sebagai space goats alias kambing putih, justru dengan ringan menjadi the next trap of the Operators of silent operation: apapun keputusan MKD tidak memiliki kredibilitas sama sekali.

Maka, tetap saja Jenderal Luhut menunggu keputusan MKD, lalu akan mengambil langkah berikutnya ketika (1) keadilan, (2) kepatutan, (3) moralitas, dan (4) integritas tidak diambil dalam keputusan MKD. Sikap Jenderal Luhut ini sejalan dengan komitmen the Operators yang memastikan akan lengsernya Setya Novanto. Sikap menunggu Luhut Pandjaitan ini sangat sejalan dengan arahan tentang sepak terjang mafia dan pemburu rente yang akan diakhiri oleh Presiden Jokowi yang terarahkan dalam konsep: enough is enough.

Hal yang paling penting adalah kasus Setya Novanto ini memiliki jangkar target berikutnya yakni mengakhiri kiprah mafia Petral Riza Chalid and Reza Chalid. Karena jika kegagalan mengakhiri the untouchable maka pernyataan di dalam rekaman yang menyebutkan Presiden Jokowi akan jatuh jika tidak memerpanjang kontrak Freeport sangat diperhatikan. Ancaman nyata upaya koruptor, mafia, dan juga mafia Petral yang menyebutkan hal tersebut mengganggu Presiden Jokowi. Untuk itu melalui the silent operation upaya all-out terintegrasi secara (1) politik, (2) hukum, dan (3) public relations yang dilakukan oleh the Operators pun dilancarkan dan: Setya Novanto pasti lengser.

Jadi, apapun yang MKD lakukan dan putuskan sudah tidak penting lagi bagi the Operators. Hal terpenting adalah langkah lengkap dan konsistensi strategi memenangi perang dengan mafia Petral Riza Chalid dalam kasus Setya Novanto. Yang pasti adalah dalam pernyataannya pun di dalam sidang MKD, Jenderal Luhut tetap menunjukkan kepribadian dan profesionalisme dengan integritas tinggi khas jangkar kekuatan dan kekuasaan yang cocok dengan sikap dan sifat Presiden Jokowi. Maka sekali lagi jangkar kekuatan Luhut Pandjaitan pun akhirnya tetap segaris dalam komitmen strategi the Operators of silent operation menjadikan Setya Novanto dari the untouchable, mighty, and unstoppable menjadi the lame duck: akhir kiprah Setya Novanto.

 

Salam bahagia ala saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun