[caption caption="Kepala BIN Sutiyoso I Sumber Kompas.com"][/caption]
Setelah terjerumus dengan anggapan akan ada pembelaan Bareskrim untuk mengriminalisasikan Sudirman Said, kini jebakan batman paling mematikan terjadi: mengejar Luhut Pandjaitan. Setya Novanto yang tengah menghadapi kasus Papa Minta Saham berpikir bahwa dia masih sebulan yang lalu sebagai the untouchable, the mighty, and the unstoppable. Padahal Setya Novanto kini hanyalah seorang the lame duck, no more no less. Mari kita tengok jebakan batman dari the operators of silent operation, termasuk Setya Novanto akan menyerang Luhut Pandjaitan, yang berhasil dengan sempurna memojokkan Setya Novanto dengan hati gembira menertawai termakannya jebakan batman dengan ria riang sentosa bahagia suka-cita pesta-pora raharja menari menyanyi berdansa salsa selamanya senantiasa.
Betapa cerdas the Operators. Sejak awal kasus dibagi menjadi dua: hukum dan politik. Kebiasaan mencampur-adukkan hukum dan politik dan mengubah-ubah sesukanya gaya Setya Novanto cs, berbuah menjadi jebakan batman. Pola pikir gaya mafia yang dipraktikkan oleh Riza Chalid akan diterapkan dan dianggap enteng: yakni semuanya bisa dibeli. MDK? Kecil. Bisa diatur. Aman.
Tugas Setya Novanto dan Fadli Zon adalah mengaburkan opini publik dengan menyatakan: (1) Ketua DPR berhak bertemu siapa saja, - yang dilupakan tak semua orang di Indonesia bodoh dan percaya dengan omongan Fadli Zon, (2) pertemuan itu adalah obrolan omong kosong antara mafia Petral Riza Chalid, Setya Novanto, dan boss Freeport Maroef Sjamsoeddin,  omong-kosong apaan dilakukan terencana dan berkali-kali, (3) omongan itu tidak ada tindak lanjut – namanya percobaan pemufakatan jahat jelas sudah melanggar KUHAP, (4) mengalihkan kasus itu sebagai pencemaran nama baik – sambil tidak mengakui kebenaran rekaman, padahal semua tahu betapa Maroef Sjamsoeddin sangat berhati-hati dan cerdik mengamankan barang bukti. Maroef tidak mau barang bukti dirusak mafia. Maka beliau sampaikan ke Kejaksaan Agung bukan ke MKD yang tidak memiliki legal standing sebagai lembaga hukum: hanya lembaga etik yang tak berhak menentukan legal standing dan validitas bukti.
Anehnya, keempat upaya itu gagal total. Penyebabnya adalah gelombang ketidakpercayaan kepada Setya Novanto telah begitu tinggi. Plus, sikap dan karakter Fadli Zon dan Fahri Hamzah lebih-lebih lagi membuat antipati publik semakin meninggi. DPR pun terpecah. Namun, yang paling penting adalah Presiden Jokowi telah bertekad untuk menyingkirkan (1) mafia Petral yang kebetulan bermasalah dengan ancaman pemufakatan jahat dengan sekondannya Setya Novanto, plus (2) menyingkirkan pemburu rented an konstelasi politik dan perimbangan politik dengan penyingkiran Setya Novanto cs sebagai pimpinan DPR.
Terjepitlah Setya Novanto. Setelah melaporkan Sudirman Said, kini gerilya maneuver diarahkan kepada Luhut Pandjaitan. Jenderal Luhut berupaya akan ditekan dengan berbagai hal terkait bisnis, pertemuan dengan Jim Bob 4 tahun lalu, dsb. dengan maksud untuk mengalihkan isu dari pencatutan dan pemufakatan jahat. Padahal Luhut Pandjaitan adalah sejatinya tidak tahu apa-apa dan namanya pun dicatut. Posisinya sama dengan Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla. Setya Novanto akan mengalihkan isu ke ESDM, ke Wapres JK, ke Luhut Pandjaitan, ke Presiden Jokowi seolah mereka bersekongkol – seperti dalam pembicaraan Reza Chalid dan Setya Novanto.
Maka, upaya membelokkan dengan melibatkan Jenderal Luhut adalah jebakan batman yang paling mematikan rancangan the Operators. Dengarkan pernyataan Jenderal Luhut Pandjaitan ya. Setya Novanto sedang berhadapan dengan Luhut sebagai naga yang sudah marah yang tinggal menyemburkan api. Jenderal Luhut manusia memiliki integritas tinggi dan patriotik yang tak akan melacurkan jabatannya. Jenderal Luhut pun sudah bersyukur bisa memberikan tenaganya untuk bangsa Indonesia, sebagai Jenderal TNI, pengusaha, lalu Menko Polhukum. Luhut menyatakan itulah titik pengabdian tertinggi sebagai warga negara dan pribadi: done!
Jadi, upaya membelokkan arah rekaman dari Papa Minta Saham ke materi bahwa seolah apa yang ada dalam rekaman, bahwa Luhut sebagai pelobi dengan Darmo-nya, serta Presiden Jokowi dan Jusuf Kalla dianggap sebagai bisa dipengaruhi dan akan mendapatkan 11% dan 9%, masing-masingnya, justru akan menjadi jebakan batman yang sangat mematikan. Justru di situ Presiden Jokowi merasa sebagai pihak yang dicatut sebagai peminta saham 11% atau akan diberi 9%.
Yang sebenarnya terjadi adalah Setya Novanto dan Reza Chalid menyuruh Freeport investasi listrik, sebagai investor sekaligus sebagai pembeli. Lalu Reza Chalid dan Setya Novanto akan mendapatkan 49% saham. Sebagai investor, Freeport harus membeli listriknya sendiri (off taker) dan mendapatkan 51% saham milik sendiri. Hahahaha.
Maka, upaya membelokkan arah dengan melaporkan Sudirman Said dan juga nanti akan menekan Jenderal Luhut Pandjaitan adalah jebakan batman dari the operators of silent operation yang selama ini mampu mengatur seluruh sepak-terjang Setya Novanto, Fadli Zon, Fahri Hamzah yang diam sekarang, koalisi Prabowo dan membawa persoalan ini untuk (1) penyingkiran Setya Novanto dari DPR karena bagi Presiden Jokowi adalah pertaruhan jika Setya Novanto lolos dari kasus ini, maka dapat dipastikan Presiden Jokowi akan dijatuhkan. (Publik belum banyak tahu bahwa di dalam rekaman itu ada satu kalimat bernada ancaman: … Jatuh dia. Nah, itu bisa disebut dan dikategorikan sebagai percobaan makar. Bahaya!) (2) Menyingkirkan mafia Petral dan mafia migas Reza Chalid dan para kroninya.
Kini, semua tindakan Setya Novanto menjadi blunder. Pengaruh Setya Novanto di Polri, Kejaksaan Agung, Kehakiman, MK, koalisi Prabowo – dengan Prabowo yang nasionalis jelas tak mau membela orang yang dekat dengan mafia migas dan Petral Reza Chalid atau Riza Chalid yang dikritik habis oleh Prabowo merugikan sampai Rp 1,000 triliun per tahun. Pun insitusi Kejaksaan Agung, BIN, Polri, Kehakiman, KPK, dan TNI ada di bawah dan setia kepada NKRI dengan pimpinan Presiden Jokowi. Mereka sudah tobat dan menyatakan kepada Setya Novanto, enough is enough, sama dengan tekad Presiden Jokowi membasmi mafia Petral dan migas Reza Chalid atau Riza Chalid serta menyingkirkan terduga pencatut nama Presiden Jokowi dan Wapres JK dan pemufakat jahat sesuai rekaman Setya Novanto.