[caption caption="Duo DPR Fadli Zon dan Setya Novanto I Sumber selasar.com"][/caption]Kekuatan the unstoppable, mighty, dan untouchable Setya Novanto begitu menggurita. Merambah kekuatan di dua jangkar: jalur politik dan jaringan bisnis. Kedua jangkar itu masih dilengkapi dengan sepak terjang yang mencengangkan: berteman dengan dunia mafia seperti si mafia Petral Muhammad Reza atau Riza Chalid. Maka menghadapi Setya Novanto Presiden Jokowi pun dibekali dengan 10 bekal untuk melawan mafia Petral dan migas yang ditengarai merugikan negara lebih dari Rp 2,500 triliun selama 10 tahun masa rezim SBY saja. Mari kita tengok kekuatan Setya Novanto dan bekal Presiden Jokowi dalam memberantas mafia Petral dan mafia migas dengan hati gembira ria riang sentosa bahagia suka-cita pesta-pora menari menyanyi tertawa menonton drama pemufakatan jahat senantiasa selamanya.
The untouchable. Kekuatan Setya Novanto memang selama ini selalu lolos dari mulai kasus tagihan cessi Bank Bali. Yang menghasilkan taipan Mulia Group Djoko S. Tjandra buron dan berada di persembunyian Singapura. Lalu kasus PON Riau dan lain-lain yang semuanya menunjukkan bahwa Setya Novanto adalah the untouchable. Tak tersentuh oleh kekuatan apapun: hukum, politik, etika, dan kenormalan. Jadilah dia the untouchable.
The mighty. Selain itu kekuatan yang dimiliki oleh Setya Novanto adalah hampir semua orang sejak zaman rezim eyang saya Presiden Soeharto adalah teman dan kroni Setya Novanto. Gabungan pengaruh dan kekuatan yang merata di semua lembaga politik, hukum, pengadilan, kejaksaan dan hubungan bisnis – termasuk berteman dengan mafia Petral Muhammad Reza atau Riza Chalid, menghasilkan kekuatan yang tak terkira.
Kekuatan pengaruh itu senantiasa membuat Setya Novanto selalu di atas angin. Hal itu belum lagi ditambah dengan rambahan bisnis koneksi perkronian dan pertemanan politik-bisnis dan bisnis politik yang sangat mencengangkan dengan keuntungan finansial yang hampir tak terbatas. Hal ini mengakibatkan timbulnya kekuatan tak terhingga, saking kuatnya seperti disampaikan oleh Donald Trump yang disebut: the mighty.
The unstoppable. Tentu dengan kekuatan dan ketaktersentuhan yang dimiliki oleh Setya Novanto, maka menghasilkan keadaan bahwa Setya Novanto bisa dan boleh besepak-terjang sesuai keinginannya. Boleh Setya Novanto seperti yang diberitakan misalnya menyatakan bahwa Presiden Jokowi koppeg. Lalu Presiden Jokowi akan jatuh dan dijatuhkan. Apa pun bisa, boleh, dapat, dan mampu dilakukan dengan cara apapun karena memang memiliki persyaratan komplit. Teman misalnya: tiga anggota MKD Golkar tanpa urat malu membelanya. Juga Fadli Zon melakukan maneuver yang malah membelenggu dan menguliti kecerdasannya sendiri dengan pernyataan kontradiktif.
Misal, rekaman itu omong kosong, lah kalau omong kosong kok takut disidang dan all-out membela? Lalu Sudirman Said yang salah, Setya Novanto benar. Lalu terkait Jaksa Agung pun dikritik sebagai perilaku politik. Fadli Zon bertindak sebagai politikus yang menyembunyikan makna politik yakni kekuasaan. Buat apa Presiden Jokowi mengangkat misalnya Fadli Zon menjadi Jaksa Agung, mending pendukungnya sendiri. Itu logika yang dibolak-balik oleh Fadli Zon. Itu bukti kekuatan dan pertemanan yang membela Setya Novanto. Semua itu disampaikan oleh Setya Novanto dan dilakukan dalam rangka suatu perasaan megalomania yang dirasakan ketika dia menjadi sangat besar, sangat kuat, dan akhirnya apapun yang dilakukan tidak bisa dihentikan: the unstoppable.
Maka menghadapi dinamika politik dengan kedatangan Presiden Jokowi yang akan menghancurkan para mafia, para mafia dan koruptor bergerombol. Kini dengan jelas terkuak, seperti laporan Sudirman Said, adanya persekongkolan pembicaraan antara Setya Novanto dengan Riza Chalid atau Reza Chalid yang diduga mencatut nama Presiden Jokowi. Perlawanan mafia Petral, migas dan hukum begitu masif terhadap Presiden Jokowi yang berniat memberangus korupsi.
Langkah pertama mengusik Petral membuat Reza Chalid atau Riza Chalid belingsatan dan membuat perlawanan. Sesungguhnya Reza atau Riza Chalid telah mengetahui kondisi ke depan terkait sepak terjang anti korupsi Presiden Jokowi. Oleh sebab itu Poempida mensinyalir adanya keterlibatan mafia migas yakni Reza atau Riza Chalid yang membiayai Obor Rakyat – yang secara taktis Presiden Jokowi secara sabar menyimpan kasus Obor Rakyat untuk memancing peristiwa yang dia ketehui lebih besar. Dan terbukti lewat kasus Setya Novanto dan Riza atau Reza Chalid.
Peta kekuatan seperti itu hendak dilawan oleh Presiden Jokowi. Apa bekalnya? Bekal yang dimiliki oleh Presiden Jokowi adalah (1) Presiden Jokowi memiliki kekuasaan sebagai presiden yang mendapat dukungan mayoritas para purnawirawan Jenderal, (2) Jokowi dikelilingi oleh kekuatan politik dan menguasi TNI, Polri, BIN, (3) Jokowi tidak hutang masa lalu, (4) Jokowi merangkul dan ‘mengorangkan’ serta menghormati TNI, Polri, (5) Presiden Jokowi bukan penakut, (6) Jokowi sabar melihat keadaan dan situasi politik, dan (7) mengendalikan situasi politik yang terjadi, untuk (7) memengaruhi dan mengarahkan dampak dan akibat keputusan politik, agar (8) kekuatan lawan bisa diketahui dengan baik agar, (9) langkah cerdas dan jebakan serta perlawanan bisa menjadi kekuatan, untuk (10) secara strategis terpapar semua keburukan lawan di depan rakyat sehingga tetap kuat dukungan rakyat terhadap Presiden Jokowi, meskipun menimbulkan sumpah serapah lawan politik.
Jadi dengan adanya kekuatan Setya Novanto dan Reza Chalid atau Riza Chalid yang menjadi the untouchable, mighty, and unstoppable, bisa dibayangkan pertarungan itu dengan Presiden Jokowi yang memiliki 10 bekal dalam melawan mafia Petral dan mafia migas yang merampok dan merugikan keuangan negara Rp 2,500 triliun semasa minimal 10 tahun masa rezim SBY. Mampukah Presiden Jokowi menghadapi Setya Novanto dan Reza Chalid atau Riza Chalid?
Salam bahagia ala saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H