Presiden Jokowi dijerumuskan untuk meminta maaf kepada para korban pembantaian masa rezim eyang saya Presiden Soeharto – yang dilapangan dipimpin oleh Sarwo Edi Wibowo si besan SBY. Presiden Jokowi tak perlu menyentuh isu yang dimaksudkan akan memerburuk kesan bahwa Presiden Jokowi pro-PKI. Itu tujuan mereka.
Untuk itu, Presiden Jokowi tak perlu meminta maaf. Itu jebakan batman. Presiden Jokowi pun kini tak perlu mengurus hal-hal yang tidak produktif seperti kasus Munir – sudah selesai, juga kasus-kasus lain selama sebelum SBY pun telah beredar dan SBY tak melakukan apa pun. Rekonsiliasi yang digalang di kemudian hari pun dimaksudkan bukan untuk meminta maaf kepada para korban baik Haur Koneng, Petrus, G30S/PKI, Tanjung Priok, Lampung, Semanggi I dan II, penghilangan paksa manusia, yang bukan prioritas dalam kondisi ekonomi yang melesu. Penegakan hukum akan dilakukan sejalan dengan penguatan ekonomi.
Jadi, sekali lagi Presiden Jokowi tak akan perlu meminta maaf kepada para korban kekejaman pembunuhan tahun 1965/1966 yang menewaskan 1 juta orang. Presiden Jokowi memiliki agenda lain pada masa pemerintahan kedua setelah 2019 untuk menguatkan sisi kemanusiaan dan hak azasi. Kini prioritas ada pada pembenahan ekonomi, bukan untuk mengurusi kekejaman pembunuhan masa lalu. Pembunuhan itu pun terjadi masa rezim eyang saya Presiden Soeharto, bukan urusan urgent Presiden Jokowi. Sebaliknya itu upaya jebakan dari musuh politik Presiden Jokowi.
Salam bahagia ala saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H