Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Waspada Dollar Rp 14,000, Jokowi Ikuti SBY Bail-out Bank seperti Century?

23 Agustus 2015   08:45 Diperbarui: 23 Agustus 2015   08:45 3027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="SBY Boediono Sri Mulyani I Sumber www.lensaindonesia.com"][/caption]

Ingat dollar. Ingat Akbar Faisal. Ingat Century. Waspada ekonomi melesu sebagai dampak melesunya ekonomi dunia. Dollar menembus angka mendekati Rp 14,000. Akankah Presiden Jokowi tergoda melakukan bail-out seperti SBY? Presiden Jokowi mesti mewaspadai sepak terjang Agus Martowardoyo yang orang-nya SBY dan berteman dengan Boediono. Ekonomi dunia yang fluktuatif jelas memengaruhi kesatabilan rupiah. Kisah 2008 tentang bailout yang disebut perampokan uang negara oleh Jusuf Kalla akankah terjadi di masa Presiden Jokowi? Mari kita telaah cerita bail-out SBY sebagai peringatan sesuai uraian Ki Sabdopanditoratu dengan kewaspadaan dan hati gembira ria senang sentosa riang ria bahagia suka-cita pesta-pora suka-suka selamanya senantiasa.

Presiden Jokowi harus mewaspadai pergerakan rupiah dan perbankan di Indonesia. Kisah SBY – yang disebut oleh Misbakhun sebagai terlibat dan mengetahui banyak dan menyetujui bail-out Bank Century – sungguh luar biasa. Bagaimana Boediono dan Sri Mulyani melaporkan perkembangan bail-out selalu disanggah oleh SBY.

Namun, terakhir publik menjadi benderang ketika ada 3 surat dari Sri Mulyani yang menyatakan bahwa SBY diberi tahu secara detil perkembangan bail-out Century. Sejak mulai pengubahan peraturan yang dilakukan oleh Boediono dan Sri Mulyani agar kisah baill-out Century terlaksana sampai alibi kaburnya SBY di luar negeri terang-benderang muncul ke permukaan. Meskipun demikian, tetap saja Boedino sebagai bemper SBY – makanya publik mensinyalir Boediono mendapatkan hadiah duduk manis tak bekerja tak berguna selama 5 tahun di bawah ketiak SBY dengan jabatan Wakil Presiden Republik Indonesia.

Sri Mulyani pun diumpetkan ke luar negeri – bahkan ketika ditawari jabatan Menteri Perekonomian di Indonesia menolak. Suatu kehilangan besar bagi bangsa Indonesia. Penolakan itu karena Sri Mulyani terancam kekuatan besar mafia yang bermain dalam kasus Bank Century. Ya, pilihan sulit baik bagi Sri Mulyani maupun Presiden Jokowi dan Indonesia yang membutuhkan jasa kehebatan Sri Mulyani.

Terpaksa Presiden Jokowi memanfaatkan Gubernur BI dan Menko Perekonomian kelas 2 di bawah Sri Mulyani. Kinerja Darmin Nasution dan Gubernur BI musti diamati dan diawasi karena mereka adalah para pejabat bekas masa rezim SBY. Kondisi ini sama juga dengan para dirjen yang tak mau bekerja. Pemecatan terhadap Menteri Perdagangan Rachmat Gobel yang tak mampu bekerja telah tepat. Masuknya Rizal Ramli membuat perimbangan baru di bidang ekonomi.

Maka melesunya ekonomi Indonesia sebagai dampak melesunya ekonomi dunia harus menjadi kewaspadaan bagi Presiden Jokowi. Presiden Jokowi harus jernih melihat day-to-day economic outlook agar tidak terjebak dan dijebak seperti kasus Century. Ekonomi makro dan mikro yang terkendali tidak memberikan alasan apapun untuk memberikan bail-out kepada bank swasta kerdil dan gurem macam Century.

Dengan alasan berdampak sestimik abal-abal dan mengada-ada, Boediono dan Sri Mulyani, dengan sepengetahuan SBY – dan di bawah perintah kaki-tangan perampok seperti yang dikatakan Jusuf Kalla, meskipun Century gurem rem kecil dan hanya berpengaruh 0,4% perbankan Indonesia digelontori fresh money Rp 6,7 triliun yang tak jelas juntrungannya ke mana uang itu pergi.

Skenario buruk seperti ini harus menjadi perhatian Presiden Jokowi dengan mengerahkan BIN dan Polri dengan koordinasi Jenderal Luhut Pandjaitan untuk mengawasi sepak terjang BI dan perbankan agar jebakan dan telikungan tidak terjadi. Kasus SBY dengan Century-nya harus dihindari dan biarkan saja bank-bank gurem mati jika memang harus mati – dan tidak perlu adanya bail-out yang menjadi skandal kebanggan bagi SBY.

Kini, di tengah melesunya ekonomi dunia dan berdampak bagi ekonomi Indonesia, dunia perbankan harus diawasi ketika pergerakan dollar menguat. Dollar yang jika menembus Rp 14,000 pun jika harus mematikan bank-bank gurem, tak perlu dijadikan dalih untuk bail-out seperti yang dilakukan oleh SBY pada 2008 berupa perampokan uang negara terang-terangan seperti yang disampaikan oleh Jusuf Kalla. Demikian uraian Ki Sabdopanditoratu yang selalu benar kewaspadaannya. Presiden Jokowi harus menghindari laku yang bisa menodai nama dan kehormatan seperti rezim SBY dengan skandal Century yang tak akan dilupakan oleh bangsa Indonesia, termasuk Akbar Faisal.

Salam bahagia ala saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun