Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Situs Liyangan: Potret Sisa Kerajaan Mataram Kuno

16 Juli 2015   14:46 Diperbarui: 16 Juli 2015   15:00 1404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pelataran Barat memiliki struktur yang paling menarik. Pelataran Barat ini memiliki 5 candi berbentuk rendah. Uniknya candi di Liyangan memiliki atap dan terbuat dari kayu. Hal itu bisa dilihat di hampir semua candi itu terdapat batu bulat sebagai umpak atau landasan diletakkannya pilar penopang atap candi. Yang sangat menarik adalah ditemukan beberapa batu besar bulat. Batu bulat itu merupakan salah satu umpak untuk menopang kayu pilar besar yang menjadi bangunan utama di Pelataran Barat.

(Sayangnya hanya ditemukan dua batu. Karena di situ selama puluhan tahun penggali batu selalu menghancurkan batu candi itu. Terlebih lagi batu candi memiliki kekerasan berbeda dengan batu letusan Gunung Sindoro.) Pelataran Barat memiliki candi yang menghadap ke selatan. Pemujaan dilakukan menghadap ke utara. Pun tempat Istana Raja berada di bagian utara kelima candi. Pelataran Barat ini dibatasi oleh tembok atau benteng.

Di luar Pelataran Barat di sebelah barat dibatasi dengan tembok batu alami. Di bagian selatan masih tersisa benteng setinggi hampir 2 meter yang membatasi Pelataran Barat dengan jalan di luar. Struktur asli jalanan masih terlihat. Di seberang jalan terdapat struktur bebatuan yang membuat jalan atau gang itu berada di tengah koridor antara tembok atau benteng dengan bebatuan yang menyangga struktur tanah luas yang dipastikan merupakan bagian dari situs itu.

Ironis sekali, situs Liyangan yang diharapkan akan membuka tabir peradaban Mataram Kuno harus mengalami nasib dihancurkan oleh pengusaha tambang yang merusak situs bernilai sejarah tinggi itu. Hanya terjadi di Indonesia situs yang begitu penting tidak dilindungi namun justru digali oleh penambang batu dan pasir yang mengoyak situs Liyangan. Mengoyak situs terbesar peradaban Mataram Kuno yang meletakkan dasar para Kerajaan Kuno di Indonesia.

Jadi, Presiden Jokowi perlu menyelamatkan situs Liyangan – dengan cara pemerintah melarang penggalian pasir dan batu di lokasi Situs Liyangan dan membeli lahan situs Liyangan yang dikuasai oleh pengusaha tambang pasir dan batu. Situs Liyangan kini terancam bukan oleh letusan Gunung Sindoro, namun kini oleh para penambang batu dan pasir. Sungguh mengenaskan melihat situs Mataram Kuno yang spektakuler itu dihancurkan oleh perusahaan tambang atau penambang pasir dan batu. (Catatan Khusus untuk Admin Kompasiana saya sudah tidak pernah bisa upload foto lagi sekarang. Padahal saya punya foto-foto spketaktakuler. Hiks hiks hiks. Kenapa?)

Salam bahagia ala saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun