Faktor ketiga. Prabowo menyadari kepentingan pribadi Ical terlalu besar di tengah koalisi Prabowo. Tujuan membangun kekuatan - meskipun pada akhirnya hanya menjelma menjadi pseudo-power - telah menyadarkan Prabowo. Kisruh Golkar dengan cara Ical yang memaksakan kehendak rupanya tidak dikehendaki oleh Prabowo.
Faktor kepentingan pribadi Ical di koalisi Prabowo menjadi alat penyadar bahwa Prabowo tidak harus selalu di habitat yang salah. Munculnya kembali kenegarawanan Prabowo itu tercermin dengan langkah-langkah Prabowo yang taktis dan kasat mata.
Sejak pertemuan di Istana Bogor antara Presiden Jokowi dengan Prabowo, dengan hasil dukungan Prabowo kepada Jokowi, Prabowo tidak pernah lagi memimpin pertemuan koalisi Prabowo secara langsung. Pertemuan bulanan koalisi Prabowo dihadiri hanya oleh Fadli Zon.
Pun pertemuan terakhir pun bahkan dilakukan di rumah Djan Faridz. Ini menunjukkan kesadaran kenegarawanan Prabowo. Ada satu pertemuan di Bakrie Tower antara Prabowo dan Ical yang intinya Prabowo tetap mendukung Ical secara konstitusional. Artinya, jika nanti kalah di PTUN maka akan menyebabkan Ical legowo mundur dari politik.
Tanda dan indikasi lemahnya Ical dan menyurutnya keyakinan Ical akan menang, muncul dari Bamsoet dan juga bahkan Akbar Tandjung. Akbar menyampaikan bahwa koalisi Prabowo mendukung sepenuhnya pemerintahan Presiden Jokowi. Tak ada niatan koalisi Prabowo akan menjegal Presiden Jokowi. Namun, pernyataan Akbar ini pantas dicurigai di tengah persidangan PTUN - yang bertujuan memengaruhi agar kemenangan ada di pihak Ical.
Jadi, sikap kenegarawanan Prabowo muncul karena (1) Mega yang ingin menguasai Presiden Jokowi sebagaimana disebut di Kongres PDIP Bali, (2) kepentingan pribadi Ical di koalisi Prabowo, dan (3) kepentingan Gerindra di pileg 2019 yang tak menghendaki Gerindra diidentikkan dengan PKS dan Suryadharma Ali serta Ical.
Pak Prabowo, saya mendukung Bapak dengan sikap kenegarawanan Bapak Prabowo - tapi tak mendukung koruptor semacam terpidana Muhammad Taufik atau Suryadharma Ali.
Salam bahagia ala saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H