Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Jokowi, Sitok Srengenge, LHI-AF, Ratu Atut dan Cabe-cabean Remaja

16 Desember 2013   10:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:53 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Media sungguh bisa menjadi alat pemengaruh buruk bagi publik, termasuk remaja. Terkait pemberitaan tentang politik dan korupsi selalu diselingi dengan gossip dan kenyataan tentang lingkungan hidup dan terkait dengan kehidupan pribadi. Pemberitaan tentang Ahmad Fathanah dengan banyak perempuan di sekelilingnya - istri resmi 5 dan banyak TTM perempuan bahkan penangkapan dan pengakuan Maharany Suciono yang ditangkap di sebuah hotel - menjadi berdampak pada pubik. Tak terkecuali remaja. Pun berita baik terkait dengan fenomena Jokowi pun berpengaruh kepada remaja. Mari kita tengoh pengaruh media terhadap remaja termasuk fenomena cabe-cabean.

Survei terbaru terkait calon presiden dan parpol menunjukkan bahwa media memengaruhi pandangan politik masyarakat termasuk remaja. PDIP menjadi parpol yang diminati oleh pemilih pemula dengan 18,5 persen dari total respoden. Aneka sebab adalah antara lain berita tentang Jokowi. Para pemilih pemula melihat kedekatan dan identifikasi antara Jokowi dan PDIP.

Berita tentang lumpur Lapindo pun menjadi stigma negative Aburizal Bakrie sampai kapanpun. Itu meresahkan ARB dan Golkar. Demikian pula berita lainnya terkait dengan Akil Mochtar berdampak juga bagi para remaja. Di situ terselip tentang narkoba - wah orang tua saja suka narkoba begitu pikir para remaja - dan juga tentang para penyanyi. Tampak kedekatan antara politik dan perempuan. Remaja juga berpikir: oh dalam politik juga ada perempuan.

Berita lain terkait dengan isu dan gossip yang menimpa Ratu Atut yang dikabarkan menikah dengan brondong usia 27 tahun. Gosip ini telah dibantah oleh Ratu Atut dan Pemda Provinsi Banten bahwa Ratu Atut tak menikah dan berita itu dianggap hanya akan memojokkan dan sebagai cobaan. Apa yang dikenang oleh remaja? Terlepas benar atau tidaknya sebuah berita, berita meninggalkan dampak : terpikir bahwa Ratu Atut kok diisukan menikah dengan brondong. Remaja belum tentu mampu mencerna kebenaran berita dan latar belakangnya.

Yang heboh jelas tentang Ahmad Fathanah yang berpoligami sampai lima istri plus ditangkap bersama dengan Maharany Suciono selagi indehoy di dalam kamar hotel. Nah, ini luar biasa. Kesan bahwa mahasiswi bisa saja menjadi apa saja. Terbukti bahwa Maharany bisa berteman dengan politikus semacam AF. Tak hanya Rany, namun banyak yang lainnya. Kesan yang terungkap adalah oh wajar berteman atau TTM atau apapun namanya dengan orang tua bagi remaja.

Berita lain terkait dengan remaja adalah tentang LHI yang menikah dengan siswi SMK. Remaja. Darin Mumtaza. Tentu hal ini menjadi berita bahwa perbuatan menikah remaja Darin atau berhubungan dengan pria tua dan politikus seperti LHI adalah hal yang lumrah. Ini dicontohkan oleh baik lelaki dewasa maupun perempuan dewasa seperti gossip tentang Ratu Atut, Akil Mochtar, Ahmad Fathanah, Djoko Susilo dan sebagainya. Dalam berita media para koruptor selalu dekat dengan perempuan dan pernikahan poligami. Bahkan Sutan Bathoegana pun pernah menyampaikan bahwa poligami memicu perbuatan korupsi.

Lalu yang menjadi pertanyaan, apakah media menjadi sumber pemicu tingkah laku para perempuan muda atau remaja dengan perilaku menjadi cabe-cabean sekarang ini - selain dampak politik bagi parpol. Bukan hanya di Jakarta, namun sampai pelosok desa dan lembah pun fenomena cabe-cabean telah mewabah. Dari mulai mahasiswi, karyawati, pramugari, pelajar SMK, SMA dan bahkan SMP banyak yang menjadi cabe-cabean. Apakah memang media menjadi alat belajar bagi masyarakat dan berpengaruh demikian kuat? Tak tahulah yang jelas artikel ini tak membahas Sitok Srengenge karena tak ada urusan dengan cabe-cabean mahasiswi UI yang dihamilinya. Oh, atau ada malahan sebagai kuakan fenomena cabe-cabean para remaja.

Salam bahagia ala saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun