Lihatlah Mahdiana dan Dipta dua istri Djoko Susilo mengenakan jilbab dan anggun jelita. Lihatlah Neneng, istri M. Nazaruddin. Lihatlah istri Luthfi Hasan Ishaaq. Lihatlah para istri koruptor, rata-rata mereka mengenakan jilbab. Adakah hal yang salah dari mereka? Apakah layak istri para koruptor mengenakan jilbab? Mari kita telaah dengan kepala panas dan hati dingin sedingin salju abadi gunung Kilimanjaro.
Islam di Indonesia mengalami cobaan berat. Bahkan dinistakan. Jilbab sebagai lambang kesalehan telah dinodai oleh para koruptor. Semua istri para koruptor di Indonesia mengenakan jilbab. Atau yang membantu para koruptor pun juga berjilbab. Istri para koruptor tentu tahu kalau suaminya adalah koruptor. Sifat dan sikap sholihah, pengajian dan tindakan untuk melakukan perbuatan baik hanyalah kedok dari sifat buruk. Istri-istri Djoko Susilo koruptor kelas kakap berjilbab. Istri Nazaruddin, Neneng berjilbab.
Bahkan istri Anas Urbaningrum berjilbab. Istri-istri Luthfi Hasan Ishaaq pun berjilbab. Namun semua orang tersebut memakan harta orang miskin. Jilbab sebagai lambang keyakinan Islam. Jilbab dan hijab sebagai lambang kesucian perempuan. Jilbab sebagai bagian dandanan keindahan perempuan muslimah. Jilbab sebagai bagian kebudayaan dan kekayaan budaya Arab yang diislamkan. Jilbab sebagai manifestasi peradaban Islam yang bermetamorfose dari kebudayaan Arab jahiliyah. Jilbab sebagai identifikasi ketaqwaan muslimah. Itulah makna jilbab.
Bahkan jilbab dan hijab adalah kewajiban yang 100% tak bisa ditolak oleh semua muslimah. Tak ada ruang bagi muslimah untuk tidak memakai hijab. Dari ujung Papua sampai ujung Maghribi alias Maroko dan dari ujung Afrika Selatan sampai Kanada. Dari Jazirah Arabia sampai Russia. Jilbab adalah busana yang wajib dan fardhu'ain, bukan fardhu kifayah.
Istri-istri para koruptor tersebut mengenakan jilbab hanya sebagai kedok. Persis sama dengan para suami mereka yang sok alim, sok agamis, sok berkorban. Nyatanya mereka adalah para begundal. Mereka adalah sampah. Mereka adalah koruptor yang hina dina di hadapan Allah SWT dan manusia khususnya manusia yang masih waras dan manusia miskin.
Maka selayaknya istri para koruptor tidak perlu dan dilarang mengenakan jilbab karena telah menghina Islam. Para istri koruptor telah merusak tatanan dengan memamerkan diri bahwa korupsi adalah hal yang wajar. Korupsi berbada dengan beribadah, dua hal yang berbeda. Korupsi adalah terlepas dari keimanan. Itulah yang ada dalam otak istri para koruptor.
Oleh sebab itu maka istri para koruptor lebih pantas berbikini daripada mengenakan jilbab. Itulah renungan keprihatinan melihat kemunafikan istri para koruptor. Bahkan perempuan pelacur Maharany Suciono yang terlibat dalam kasus gratifikasi seks Ahmad Fathanah yang menyeret Luthfi Hasan Ishaaq pun ikut-ikutan sok Islami dengan mengenakan kerudung seolah sebagai perempuan baik-baik. Ini sangat memrihatinkan semua pihak. Jilbab, hijab dan kerudung makna ibadah dan kesuciannya dinodai oleh para koruptor dan istri para koruptor.
Salam bahagia ala saya.
/p>
/p>
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H