Seperti diberitakan oleh ABS News dari Zamboanga Filipina, sekira 500 warga Sabah keturunan Filipina yang mengungsi di empat tempat evakuasi. Pemerintah pendudukan Malaysia melakukan penyisiran dan menangkapi orang Sabah keturunan Filipina. Benar-benar sebuah keadaan yang unik. Sudah lebih dari sepekan operasi besar-besaran dilakukan oleh Tentara pendudukan Malaysia dengan serangan udara atas pasukan Kesultanan Sulu yang berintikan mantan kombatan gerilyawan MNLF (Mindanao National Liberation Front) dan MILF (Mindanao Islamic Liberation Front). Pasukan Sabah Liberation Army (SLA) yang menguasai dua buah desa di Lahad Datu kocar-kacir mendapatkan gempuran tersebut. Namun justru dengan taktik Malaysia yang menyerang dari udara tersebut memberikan kesempatan kepada pasukan Kesultanan Sulu (SLA) melarikan diri.
Tentara Sulu yang berjumlah 376 pasukan mantan pejuang MNLF dikabarkan sebanyak 76 orang menginggal dan 89 orang ditangkap empat hari setelah serangan udara tersebut. Pasukan Malaysia tidak mendapati sebagian besar pengikut Sultan Sulu Jamalul Kiram III. Kebanyakan yang tewas justru warga negara Malaysia sipil keturunan Filipina dan Indonesia. Pemerintah Filipina mengambil langkah dan sikap hati-hati terhadap konflik di Sabah.
Konflik di Sabah justru membangkitkan nasionalisme Filipina dan sebagian besar warga Filipina mendukung kedaulatan Sulu atas Sabah. Oleh sebab itu, pemerintahan Presiden Benigno P-Noy Aquino III ragu-ragu dalam bersikap. Ancaman Nur Misuari terhadap Manila dan Kuala Lumpur untuk tidak menindak keras para pejuang juga menjadikan situasi semakin tegang. MNLF mengancam akan membatalkan perjanjian damai antara MNLF-Manila - yang disponsori oleh Malaysia.
Malaysia selama puluhan tahun membantu gerakan separatis Mindanau di Filipina dengan melatih dan melindungi MNLF. Demikian pula pemerintah Malaysia memberikan banyak kewarganegaraan kepada banyak orang Filipina yang kebanyakan suku Tausug - pendukung pejuang Moro paling militant - untuk tujuan politik memenangi pilihan raya / pemilu agar UMNO memenangi pilihan raya melawan Partai Sabah Bersatu (PBS) yang didominasi Kristen. Kesamaan agama diyakini oleh UMNO bahwa orang Tausug tidak akan melawan sesame Muslim c.q pemerintah Malaysia.
Sudah sangat jelas Kuala Lumpur mendukung gerakan separatism di Moro dan juga Thailand Selatan. Dukungan kepada mereka tampaknya sekarang mulai berbuah: rakyat Malaysia keturunan Filipina akan mendukung dan merasa hak atas Sabah merupakan fakta. Buktinya mereka diajak berdamai dan diskusi. Sebenarnya, masuknya 376 pasukan SLA dan berhasil menduduki Tanduo adalah sesuatu yang sangat menggelikan dan pantas menjadi bahan tertawaan. Bagaimana mungkin pasukan Malaysia yang bersenjata lengkap, dengan kapal tempur cepat jenis fregat yang sering digunakan untuk meledek Marinir Indonesia , dengan mudah dilewati dan SLA menduduku dua desa dan menyatakan bahwa mereka menduduki Sabah?
Penyebabnya adalah profesionalisme tentara Malaysia sangat rendah. Malaysia dengan pongah mengandalkan latihan perang, intelejen, kepolisian, tentara dengan latihan di dalam negeri. Faktanya mereka tidak punya kemampuan untuk mengatasi kerusuhan, perampokan, dan bahkan perkelahian antar kelompok. Maka bisa dimaklumi betapa mudahnya pasukan SLA yang menyebut mewakili Kesultanan Sulu melakukan klaim atas Sabah memasuki wilayah dan penjagaan tentara laut Malaysia.
Jadi, kondisi Sabah semakin tidak menentu karena baik pemerintah Filipina, Sabah, MNLF, Kesultanan Sulu, dan Pemerintah Pendudukan Malaysia memiliki kepentingan. Kesalahan pemerintahan pendudukan Malaysia adalah kemampuan menangani kerusuhan dan gangguan kedaulatan wilayah Malaysia rendah dan tidak professional karena kurangnya latihan. Demikian pula target politik jangka pendek dengan memberi kewarganegaraan kepada suku Tausug Filipina yang tinggal di Sabah menjadi bukti otentik dan pendorong akan fakta bahwa Suku Tausug adalah pemilik sah Sabah.
Melihat kenyataan ini, berbagai pihak menilai kemampuan militer Malaysia setingkat lebih tinggi dari Boys Scott alias pandu alias pramuka. Maka MNLF, kesultanan Sulu, Filipina akan menentukan sikap terkait kenyataan ini. Untuk MNLF dan Sultan Sulu serta suku Tausug, klaim akan Sabah menjadi pilihan tepat dengan perlawanan gerilya. Untuk Indonesia, kemampuan militer seperti itu akan memicu keyakinan untuk merebut kembali Sipadan dan Ligitan dari Malaysia secara militer. Satu-satunya hal yang dipertimbangkan oleh Indonesia untuk tidak menyerang Malaysia adalah Aliansi Malaysia dengan Tuan Besar Inggris/Great Britain dan Australia.
Dengan demikian, krisis Sabah telah menelanjangi kemampuan militer Malaysia yang cuma setingkat kepanduan dan Boys Scott sehingga gampang ditembus wilayah pendudukan Sabah dan akibat Malaysia mendukung pemberontak di Aceh, Thailand Selatan dan MNLF dari Moro. Kondisi yang sama dengan Pakistan melindungi Thaliban.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H