Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Solusi Sabah: Referendum dan Sipadan-Ligitan Dikembalikan ke Indonesia

9 Maret 2013   12:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:04 7883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malaysia tengah memulai masa genting menuju pembubaran akibat krisis dan perang kemerdekaan di Sabah. Sebenarnya kasus dan arahan Malaysia akan terpecah menjadi beberapa Negara merdeka dimulai sejak Singapura memisahkan diri dari Malaysia, hanya beberapa tahun sejak bergabung dengan Federasi Malaysia. Perpisahan Singapura dari Malaysia akibat politik UMNO dan Barisan Nasional yang menafikan hak-hak azasi manusia di Malaysia. Di mata bangsa Singapura, Malaysia akan menjadi bangsa yang akan kurang memberikan penghargaan bagi hak-hak azasi manusia.

Sebagai Negara berbentuk monarki Kerajaan Federasi Malaysia tidak menghargai negara-negara bagian yang tidak memiliki raja atau sultan tidak mendapatkan hak untuk menjadi Yang Dipertoan Agong sebagai Kepala Negara Malaysia. Perihal hak untuk menjadi Kepala Negara Yang Dipertoan Agong sudah disadari oleh Kesultanan Brunei Darussalam waktu itu yang menolak bergabung dengan Federasi Malaysia.

Sultan Brunei saat itu sudah mengetahui pola tingkah laku penguasa di Wilayah Barat Semenanjung Malaya yang cenderung hanya mengurus kepentingan pertumbuhan ekonomi di kawasan Semenanjung Malaya. Wilayah Sabah dan Sarawak yang tidak memiliki raja atau sultan tidak memiliki hak untuk diangkat menjadi Yang Dipertoan Agong, Kepala Negara Malaysia yang secara bergilir diduduki oleh Sultan atau Raja di Sembilan Negara bagian Malaysia Barat.

Gap atau kesenjangan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi antara wilayah Kalimantan Sabah dan Sarawak dengan Semenanjung Malaya semakin lebar dan menajam. Wilayah Sabah dan Sarawak tidak mengikuti pertumbuhan dan perkembangan sebagaimana di Semenanjung Malaya. Oleh sebab itu sudah sepantasnya Sabah Liberation Army (SLA) datang dan diterima oleh masyarakat di Sabah sebagai saudara yang akan membebaskan penderitaan rakyat Sabah di bawah pendudukan pemerintah colonial Malaysia.

Sementara itu, rakyat Sabah dan Sarawak selama ini yang dikenal dekat dengan saudara-saudara mereka di perbatasan dan sepadan kedua wilayah Sabah dan Sarawak dengan Indonesia juga merasa tidak nyaman oleh segala permusuhan yang ditunjukkan oleh kerajaan Kuala lumpur terhadap kerajaan Indonesia. Rakyat Malaysia di Sabah dan Sarawak tidak mendukung sama sekali sikap permusuhan dan perebutan Sipadan-Ligitan yang dilakukan oleh kerajaan Kuala Lumpur. Klaim Malaysia atas Sipadan dan Ligitan dan juga Ambalat telah memicu permusuhan antar warga di perbatasan Sabah dan Sarawak dengan Indonesia.

Rakyat di wilayah Sabah dan Sarawak juga tidak menyukai kehadiran tentara kerajaan Malaysia dari wilayah semenanjung Malaya yang banyak digunakan untuk menindas penduduk dan pekerja Indonesia dan Filipina yang terdapat di dua kawasan tersebut.

Maka ketika tentara pembebasan Sabah (Sabah Liberation Army) datang untuk membebaskan mereka dari derita selama ini, rakyat Bangsamoro bergandengan tangan dengan sesama penduduk asal Indonesia membantu pasukan SLA yang juga didukung oleh MNLF dan MILF dari Kesultanan Sulu dan Moro. Pasukan Malaysia akan mengalami kesulitan untuk menghadapi perang gerilya di Sabah dan Sarawak terkait pengalaman perang yang minim dan tidak professional.

Langkah terbaik untuk penyelesaian masalah Sabah adalah melakukan referendum untuk menentukan nasib Sabah. Selain itu Malaysia harus menyerahkan kembali Sipadan dan Ligitan ke Indonesia karena direbutnya dua pulau tersebut oleh Malaysia merupakan akar konflik yang merusak hubungan Malaysia-Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun