Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Andi, Angelina dan Tukang Gali Tanah (18)

30 Desember 2012   01:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:49 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kalimat tadi juga bukan keluar dari mulut yang berbusa-busa dari para penceramah ustadz, pendeta dan pedanda. Kalimat-kalimat tadi keluar dari mulut Angelina, Tukang Sayur langganan di kompleks rumah saya.


Tiga jam di tengah kemacetan mobil yang dikemudikan Niko meluncur di jalanan yang padat ke arah Bintaro Jakarta Selatan. Niko memasuki pasar dan bertemu Hartati Murpaya.

Jabatan adalah amanah. Sumpah yang dibacakan oleh para pejabat dari anggota DPR sampai menteri tidak ada maknanya sama sekali bagi mereka. Dari pejabat di DPR sampai menteri dan polisi mengingkari sumpah dan amanah dengan menganggap sumpah hanya urusan rangkaian upacara pengangkatan jabatan. Yang ada di kepala para pejabat adalah memanfaatkan jabatan unuk mengejar harta dan uang. Padahal harta, jabatan dan uang tidak abadi. Dan jabatan bukan segala-galanya.

Kalimat-kalimat di atas itu bukan keluar dari SBY atau Gamawan Fauzi yang menasihati para pejabat yang dilantik menjadi pejabat dan menteri. Kalimat-kalimat tersebut keluar dari mulut Hartati Murpaya,Tukang Ayam Kampung langganan saya di Pasar Modern Bintaro.

"Capek ya?" tanya Niko sambil tertawa.

"Iya tapi seru mewancarai orang biasa... Hasilnya seru," sahut aku sambil berjalan di belakang Niko.

Aku selalu ketinggalan dua langkah jika berjalan dengan Niko. Meski Niko bertinggi badan cuma sekitar 168 cm, namun perawakan badannya seksi. Jalannya cepat sekali. Makanya aku selalu ketinggalan kalau berjalan dengannya.

Dari Bintaro kami mengarah ke BSD. Perjalanan dilalui melalui jalan-jalan alternative yang cukup asri di sekitar perumahan-perumahan Bintaro Jaya yang menembus ke Serpong. Tak sengaja kami bertemu dengan Aulia Pohon, Tukang Jahit Bersepeda Keliling.

Penyebab korupsi adalah para pejabat yang korup itu dihukum sangat ringan. Kejahatan korupsi hanya diganjar penjara dua tahun, satu tahun dan paling lama 9 tahun. Koruptor menjadi tidak jera dan menganggap dipenjara adalah masa tenggang menuju pensiun. Uang pensiun dari hasil korupsi sudah ditanamkan dan dicuci dalam bentuk properti dan aneka usaha. Para koruptor menikmati masa tua dengan bahagia dari hasil korupsi itu. Meskipun haram, para koruptor itu tetap saja menjadi warga terhormat. Bahkan koruptor bisa menjadi besan presiden di Indonesia. Korupsi dianggap biasa oleh masyarakat dan para pejabat. Uang hasil korupsi itu akan menurunkan anak-anak dan cucu-cucu yang bejat karena dikasih makan uang haram selama hidupnya.

Kalimat-kalimat itu bukan berasal dari penggiat anti korupsi dan pengamat politik dan penegak hukum, hakim dan politikus. Kalimat-kalimat itu berasal dari Aulia Pohon, Tukang Jahit Bersepeda yang sering keliling di kompleks perumahan di bilangan Graha Raya dan Kompleks Melati, BSD.

Lalu Niko mengarahkan perjalanan ke JORR dan memasuki Tol Jagorawi mendekati Cibubur. Persis di badan jembatan Niko menghentikan kendaraan dan berbicara dengan seorang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun