Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Obama, Indonesia, dan Hak Azasi

8 November 2012   00:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:47 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemenangan Barack Obama bukan hanya kemenangan Demokrat atas Republik. Dunia tengah berubah menuju kepada kesamaan hak dan penyadaran realitas. Sekali lagi Mimpi Amerika membawa dan memengaruhi banyak negara di Bumi. Amerika memimpin dengan demokrasinya yang menghargai harkat dan martabat manusia.

Karakter bangsa baru bernama Amerika tergambarkan dalam lagu kebangsaan Amerika, The Star Spangled Banner. Amerika adalah tanah air bagi kebebasan dan keberanian. Oleh sebab itu, Amerika selalu memimpin dunia karena karakter keberanian dan kebebasan yang diusung.

Hak azasi manusia, hak-hak sipil, menjadi pusat perjuangan Amerika. Kemanusiaan dan kebebasan menjadi kunci kebesaran Amerika. Namun, Amerika yang secara garis masyarakatnya terpolarisasi menjadi dua kelompok, moderat dan konservatif, ternyata mengarah kepada liberalism. Demokrat lebih terbuka kepada perubahan dan isu-isu sosial, seperti imigrasi, aborsi dan pernikahan sejenis.

Partai Republik dan pengikutnya, kaum republiken lebih konservatif dan lebih memegang nilai-nilai keyakinan agama (Kristiani), meskipun agama sama sekali bukan urusan Negara. Akan tetapi, agama sebagai keyakinan tetap mendapatkan tempat sepanjang sesuai dengan konstitusi. Isu-isu sosial diakomodasi dan disuarakan dalam pemilihan anggota kongres, senat, walikota, gubernur dan presiden. Kecenderungan pilihan, pendirian dan keyakinan dari calon selalu menjadi penentu bagi terpilihnya para calon.

Barack Obama memiliki program dan kecenderungan lebih sosialis dibandingkan dengan Mitt Romney yang liberal. Rakyat Amerika ternyata kali ini lebih memilih jalan moderat dibandingkan jalan liberal. Calon-calon konservatif Republik dikalahkan oleh Demokrat, sehingga menghasilkan perimbangan kekuasaan di DPR dan Senat. DPR dikuasai Republik, Senat dikuasai kubu Demokrat.

Dalam pemilihan kemarin juga berlangsung pilihan gubernur, angggota senat dan kongres. Namun yang sangat menarik adalah Colorado dan Washington DC melegalkan ganja alias cannabis alias marijuana di dua negara bagian tersebut. Selain itu, para pemilih juga mendukung pernikahan sejenis di tiga negara bagian Maryland, Maine dan Washington. Legalisasi ini telah menambah daftar menjadi 12 negara di dunia yang mengakui pernikahan sejenis.

Memang rasanya tabu saat ini membicarakan dan mengakui perkawinan sejenis. Namun pada kenyataannya dunia tengah mengarah pada kebebasan sipil dan individu. Konteks agama sebagai panglima penghakiman akan menemukan titik nadirnya seiring dengan berjalannya waktu. Kemanusiaan dan hak azasi manusia semakin menjadi penunjuk jalan kebenaran bagi manusia. Kemenangan Obama dan kemenangan kandidat demokrat lainnya di senat, dan legalisasi ganja dan pernikahan sesama jenis adalah kemenangan antara visi realitas melawan visi konservatif yang kuno.

Selamat datang kebebasan. Selamat datang Obama. Itulah bukti mimpi Amerika. Sudah saatnya Indonesia, seperti halnya Amerika dan beberapa Negara di dunia melegalkan ganja dan pernikahan sejenis (gay dan lesbian) - walaupun bagi penganut heteroseksual seperti saya terlihat menjijikkan - sebagai bagian dari demokrasi dan hak-hak sipil dan hak azasi. Itu adalah hak dan keyakinan manusia yang harus dihargai. Indonesia harus maju sepuluh langkah dari banyak Negara. Ini lompatan bagi Indonesia dalam demokrasi dan kebebasan dan menghargai hak azasi manusia.

Indonesia bisa belajar dari Amerika dengan menghargai hak azasi manusia dan jangan hanya berkutat pada masalah remeh-temeh soal Ahmadiyah, pendirian tempat ibadah, Syi'ah dan soal terorisme dan radikalisasi agama. Sementara negara-negara di belahan dunia lain telah bergerak ke arah liberalisasi dan penghargaan yang lebih luas kepada kemanusiaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun