Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Polri Vs KPK: Dialog Batin SBY Berdasarkan Bacaan Bawah Sadar Ki Sabdopanditoratu

7 Oktober 2012   01:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:09 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ini kejutan yang saya sendiri bingung mau percaya atau tidak. Namun mendengarkan paranormal sekelas Ki Sabdopanditoratu sangat menarik. KI Sabdopanditoratu secara tepat memridiksi Pilkada DKI dengan kemenangan Jokowi-Ahok pada 2 jam sebelum Quick Count. Dengan berani Ki Sabdopanditoratu menyampaikannya. Ini unik. Buat saya sekedar permainan saja. Namun nyatanya benar.

Nah, sekarang Ki Sabdopanditoratu sedang membaca dialog batin Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY. Apa yang ada dalam pikiran dan batin SBY? Mari kita simak!

Nurani SBY: Kasus ini sungguh membuat hati saya tidak nyaman. Ini mengganggu ketentraman dan persiapan untuk pemilu 2014. Wah, saya mendapatkan tambahan pekerjaan. Tidak benar nih detail pekerjaan Polri. Seharusnya pekerjaan rapi seperti kasus Antasari Azhar, Soesno Duadji dan bahkan kita harus contoh seperti kasus lama misalnya Dietje yang menjebloskan Siradjudin alias Pak De.

Bisik SBY: Ini demi kepentingan menghambat KPK untuk terus mengejar banyak korban. Jika dibiarkan nanti bisa jadi penindakan akan terus merangsek. Bisa-bisa saudara, anak dan Bapak sendiri tersentuh oleh KPK yang walaupun menghukum cuma 3 tahunan namun lama juga 3 tahun. Waktu 3 tahun bisa digunakan untuk berpesta pora. Kan rugi hidup membuang waktu. Lalu uang artinya apa kalau tidak bisa membeli hukum.

Nurani SBY: Rakyat telah melihat. Kejadian ini saya endapkan untuk melihat reaksi rakyat. Biasanya rakyat akan berhenti dan kehilangan energi. Panas-panas tahi ayam. Rakyat akan melupakannya. Namun menilik kasus yang gagal yakni Chandra-Bibit, maka kejadian ini mirip. Kesalahan Polri terlalu cepat bergerak. Begitu Djoko Susilo disidik oleh Novel, dengan semangat '45 Polri merangsek persis seperti menangkap Soesno Duadji. Ini jelas suatu kesalahan. Seharusnya rapi.

Bisik SBY: Kita harus bertindak cepat. Kompol Novel Baswedan menyidik kasus-kasus besar yang rumit Bapak Presiden. Lihatlah nasib Miranda Goeltom, Hartati Murdaya, beberapa anggota DPR, Wa Ode Nurhayati, Amran Batalipu. Itu semua menderita gara-gara orang yang sok pahlawan semacam Novel itu. Rencana sudah disusun dan tuduhan secara lengkap sudah disusun rapi. Termasuk bukti-bukti dan arah dari tuntutan dan hukuman yang akan direncanakan untuk kasus pembunuhan yang dikenakan kepada Novel. Jadi bisa dipahami kepanikan. Kami sudah kepung KPK namun ternyata rakyat tampaknya justru mendukung KPK.

Nurani SBY: Justru di situ salahnya. Seharusnya kalau mau melakukan operasi harus dengan kecerdasan tingkat tinggi. Bukan reaktif model begini. Ini agak tidak tepat. Seharusnya tidak serta-merta begitu Djoko Susilo disidik, lalu malamnya akan menangkap Novel. Ini sangat riskan dan kasat mata. Saya percaya kekuatan Polri. Nah masalahnya nanti yang kena dampak saya. Saya. Saya! Polri itu langsung di bawah perintah saya. Saya yang repot. Rakyat menuntut saya berpihak ke KPK. Sementara kepentingan banyak justru ada di luar KPK. Saya harus bagaimana hayo?

Bisik SBY: Jangan kuatir. Kasus-kasus seperti Antasari, Soesno Duadji dengan baik berhasil, meski bukti hanya sms yang tidak jelas sumbernya. Itu sudah cukup. Nah, khusus untuk Novel ini tidak akan serumit Antasari. Khusus untuk Novel, kelasnya jauh di bawah Soesno. Jadi tidak terlali berat. Ini soal kecil saja. Jadi jangan kuatir.

Nurani SBY: Saya punya kepentingan untuk sampai 2014. Itu penting. Citra saya dan keluarga yang penting. Juga sejauh mana arah perlawanan terhadap KPK harus jelas dan tidak menimbulkan masalah bagi pemerintahan saya. Jelas kasus ini akan membesar menjadi seperti Bibit-Chandra jika tidak ditangani dengan baik.

Bisik SBY: Justru kasus KPK Vs Polri ini sebenarnya menguntungkan bagi Bapak. Kejadian ini mengalihkan kasus Century. KPK juga senang. Kasus Hambalang, Wisma Atlet juga sudah jelas akan minimal terlupakan. Energi KPK akan tersedot ke kasus Novel. Ini sangat bermanfaat untuk mengulur waktu. Golkar dan PKS pun sementara diam karena ada mainan. Namun yang merugikan juga ada Bapak Presiden. Gerakan partai baru semacam Nasdem - sempalan Golkar - akan memanfaatkan citra yang merosot tentang pemberantasan korupsi.

Nurani SBY: Saya mau tahu persis duduk perkara kasus Novel. Apakah tuduhan itu cukup kuat dan tak akan menimbulkan gerakan rakyat? Masalahnya sekarang ini, bau dan rasa pengarahan dan rekayasa dan bahkan kriminalisasi KPK sudah terlanjur muncul di masyarakat. Gimana hayo?

Bisik SBY: Berdasarkan informasi, rakyat tidak akan membela Novel. Tak akan ada gerakan seperti Chandra-Bibit. Masalah ini dikompromikan saja. Yang penting bagaimana agar Novel bisa keluar dari KPK dan menjadi pesakitan. Semuanya urusan kami nanti. Dengan keluarnya Novel dari KPK minimal kejengkelan Miranda S Goeltom, Hartati Murdaya dan Wa Ode serta Amran Batilipu sedikit terobati. Yang paling penting penyidik Djoko Susilo terjerat.

Nurani SBY: Jadi apa daya, saya harus bagaimana? Baiklah saya akan mengeluarkan pernyataan awal yang sifatnya normatif. Ini untuk memberi jalan bagi kompromi KPK dan Polri. Soalnya kasus ini sudah menjadi konsumsi dan perhatian publik. Rakyat menuntuk sikap saya tegas terhadap korupsi. Itu langkah awal saya. Setelah mengetahui reaksi rakyat, saya baru mengambil langkah B. Yang penting dicoba dulu. Saya akan tutupi pernyataan bahwa Kapolri tidak tahu kasus pengepungan dan sebagainya. Yang penting citra saya engage dan engage benar dengan penangan korupsi itu. Tunggu nanti pernyataan testing the water for people's reactions against or for my words and stance. Ya semacam tindakan untuk mengetes reaksi masyarakat mendukung atau menentang posisi saya dalam masalah KPK Vs Polri ini.

Bisik SBY: Jika KPK dibiarkan bergerak tanpa perlawanan dari para koruptor, maka bukan tidak mungkin KPK akan merangsek ke semua lini. Bahkan menjelang 2014, KPK bisa merusak citra banyak orang, mulai dari anggota DPR yang terhormat dan para pengurus partai yang sedang gerah dengan langkah KPK yang terlalu berani.

Nurani SBY: Tunggu hari Senin nanti omongan saya apa. Intinya ya seperti monolog saya ini, normatif, datar karena sudah telanjur di-blow-up.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun