Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Koruptor Nazarudin dan Angie, Ahok, Gus Dur dan Pohon Kurma

5 Oktober 2012   18:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:12 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

“Papi, tolong ceritakan koruptor Angie dan Nazarudin,” kata Monahara pada ayahnya, Sabung, tetangga saya tukang sabung ayam.

“Wow, kalau soal itu tanya saja pada ahlinya, Om Niko aja,” sahut sabung sambil melirik ke arahku.

Aku tak menyahut. Mataku hanya menerawang ke angkasa dan kejahatan para koruptor. Monahara berdiri dekat Sabung. Kekasihku berdiri tepat di belakangku sambil melingkarkan kedua tangannya ke pinggangku. Terasa denyut dadanya di punggunggku. Hangat merayapi tubuhku. Aku semakin melayang ke keindahan cintaku padanya.

Hari ini perayaan Prosesi 12 Tahunan YMS Kwan Im Hud Couw ke-14, hari Sabtu 6 Oktober 2012, Pe Gwee Jie It 2563. Pinggiran Kali Cisadane sepanjang Jl. Kisamaun Tangerang begitu gempita. Ribuan orang datang dari segala penjuru Indonesia berbaur menjadi satu. Prosesi itu diawali dengan arak-arakan Liong dan Barongsai. Ribuan orang yang memenuhi jalan menyingkir ketika Barongsai membuka jalan bagi Joli Ka Lam Ya, Kwan Tek kun dan Joh Ema Kwan Im.

Sabung datang dengan istrinya. Dai dan keempat istrinya termasuk Pingkan dan Cut juga menonton arak-arakan. Tujuh anak-anak Dai termasuk Michael Coreleone, dan John Corleone juga ikut berjejal di pinggir jalan melihat prosesi itu. Tidak hanya etnik Tionghoa yang hadir di sana. Tampak pula Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok juga tampak di kejauhan.

‘Sayang, aku akan membawa kamu ke pohon kurma itu lagi…” kataku pada kekasihku di telinganya.

Aku teringat kemesraan kami di bawah pohon kurma. Pohon kurma selalu mengingatkan aku pada keindahan cinta. Cinta yang membara di dada yang menghadirkan kegairahan hidupku. Meski aku tahu cinta ini mungkin cinta terlarang. Namun senyatanya cinta selalu suci. Cinta selalu benar. Cinta selalu berpahala. Cinta diciptakan Tuhan untuk manusia. Tidak mungkin Tuhan mengingkari dan menghukum pencinta. Cinta ada dalam jalan kebenarannya. Hanya manusia sering salah menafsirkan cinta versi dirinya.

“Kamu menikmatinya, Sayang?” tanyanya ketika kami bercumbu.

“Sangat, Sayang. Aku sangat menikmati. Aku mau kita menikmati selamanya!” sahutku meyakinkan kepada kekasihku.

Hari semakin siang. Ribuan orang tampak memadati pinggir jalan. Prosesi ini mengingatkan kepada Guru Bangsa, Presiden Gus Dur. Gus Dur yang menghidupkan dan menghargai keyakinan dan kepercayaan Konghucu.

“Papi, apa makna perayaan ini?”

“Puncak ungkapan terima kasih, penghormatan, dan penghargaan umat Kelenteng Boen Tek Bio yang dibangun tahu 1684 kepada YMS Kwan Im hud Couw,” sahut salah satu istri Dai yang keturunan Tionghoa yang berdiri di samping Sabung dan Monahara.

Sabung tersenyum. Kekasihku merapatkan tubuhnya padaku. Srrrrr. Rasa darah mengalir dan dada berdegup. Duh…

Tiba-tiba mataku melihat dua sosok koruptor, Nazarudin dan Angie, terlihat di seberang jalan. Nazarudin mengenakan topi pandan ala Kolombia dan kaca mata hitam. Angie Putri Indonesia mengenakan kaca mata Sunglasses hitam kebanggannya Chanel.

Bukankah seharusnya dia ada di tahanan? Apakah ada yang melepaskan mereka sehingga mirip kejadian Gayus Tambunan menonton Final ATP-Bali. Ini adalah tugasku untuk mengawasi para koruptor. Tugas khusus aku. Aku langsung menggandeng kekasihku. Menariknya dari kerumunan dan akan terus berjalan mengikuti mereka.

“Koordinat empat. Utara. Satu kelinci. Satu betina putih.Dan satu onta…” kataku menelepon anak buahku.

“Siap!” jawabnya.

“Dua belas menit ke tempat biasa!” perintahku.

“Siap!”

Dalam tiga menit Nazaruddin dan Angie telah hilang dari pandanganku. Tugas tengah dijalankan dengan baik.

“Bang Sabung, Monahara, Ustadz Dai, Pingkan, Cut …Michael, John…Om Niko jalan dulu ya…” kataku pamitan. Kekasihku aku tinggalkan karena asyik menonton prosesi.

Aku bergegas ke tempat itu. Di sana aku dapati Nazarudin dan Angie telah ada di sana. Aku buka penutup kepala keduanya.

“Bagaimana kalian bisa kabur?” tanyaku pada kedua orang pria ganteng dan wanita itu.

“Aku bukan yang kau maksud,” kata Nazarudin sementara Angie diam saja.

Aku terkesiap.

“Bukan Nazarudin,hahahhahahhaa?” tanyaku padanya sambil tertawa.

“Periksa saja sel aku dan dia!” tantang Nazarudin sambil tertawa pula.

Aku pukul kepala koruptor Nazarudin dengan popor pistolku.

“Sampai mati pun aku katakana aku bukan Nazarudin!” sahutnya ketus.

Terpaksa aku telepon di Penjara Cipinang dan Lapas Wanita Pondok Bambu.

Betapa terkejutnya aku ketika aku tahu bahwa Nazarudin dan Angie ada di kedua tempat itu. Lalu siapa lelaki dan wanita itu? Namun aku yakin keduanya benar-benar Nazarudin dan Angie koruptor. Akhirnya aku pergi ke kedua penjara di kawasan Jakarta Timur itu.

Benar. Ada Nazarudin di Cipinang. Ada Angie di Rutan Pondok Bambu. Demi untuk penyelidikan maka aku bawa keluar dua orang itu. Aku akan pertemukan kembaran Nazarudin dan Angie yang baru diamankan dari Kisamaun Tangerang.

We are young, so we'll set the world on fire…” bunyi nada HP dari kekasihku tiba-tiba bordering mengagetkanku. Itu lagu yang selalu kami dengar ketika kami berdua. Selalu aku dan kekasihku mengendarai mobil sport milik kekasihku. Aku jadi selalu teringat bagaimana aku memuja kekasihku ini. Aku memujanya. Tak ada kata selain memuja. Aku selalu yakinkan bahwa aku datang untuk mengisi dan enhance her happiness, bukan improve. Enhance memiliki makna meningkatkan kebahagian yang sudah ada, bukan improve yang mengindikasikan kekurangan. Yang nyata kekasihku ini tak kekurangan apa-apa. Kehadiranku dalam hidupnya untuk mewarnai hidupnya. Dan dia menikmati hubungannya denganku.

“Wah ada dua Nazar. Dua Angie. Ini pasti karena operasi plastik di Kawasan Pondok Indah. Ini upaya mengelabuhi sipir penjara. Nazar dan Angie yang asli di luar penjara. Sementara Nazar dan Angie palsu ada di penjara, orang lain yang dibayar!” kata salah seorang anak buahku.

“Sayang, ada dua Nazar dan dua Angie. Kembar. Aku bingung!” aku kirim SMS ke kekasihku.

Karena aku benar-benar bingung membedakan mereka maka aku memutuskan untuk menghabisi mereka dan memaksa mereka untuk mengaku.

“Siapa yang asli?” tanya anak buahku sambil menempelkan pelatuk piston FN ke masing-masing kepala keempatnya.

Keempatnya mengacungkan jari tengah tangannya!

Darahku terkesiap!

“Sayang ini semua asli!” kataku lewat telepun.

“Oke!”

Aku potong jari tangan Nazarudin A. Darah mengalir dari jari tengahya. Aku celupkan ke minyak panas agar amputasi tidak menimbulkan efek peradangan. Ini untuk memeriksa Nazar yang benar agar ada yang mengaku. Tetap tak ada yang mengaku palsu. Lalu aku tusuk mata Nazar B dengan pisau Benoix Swiss. Darah mengalir deras dari matanya.

Angie A dan Agie B tampak tegar dan tak ada yang mengaku pula.

Jam menunjuk pukul 18:00 hari Sabtu. Prosesi YMS Kwan Im Hud Couw telah selesai. Keluarga Sabung dan Keluarga Dai telah pulang ke rumah masing-masing. Demikian pula semua yang hadir telah pulang ke rumah masing-masing.

Kriiiiiing. Kriiiiing. Bunyi dering HP dari kekasihku.

“Ya, Sayang…” sahutku menjawab telepon.

“Dua orang Nazar. Nazar yang satu asli. Nazar yang asli yang memiliki rambut di dada. Yang tidak ada rambut di dada adalah Gayus Tambunan. Angie yang asli adalah yang bertahi lalat di bagian lengan kirinya! Yang tidak asli adalah Wa Ode!” kata kekasihku menjelaskan.

“Bersihkan!” perintahku.

Maka keempat koruptor itu dibawa dengan boat ke arah Pulau Berhala dan di sana mereka menutup mata untuk selama-lamanya.

“Sayang, dari mana kamu tahu tentang mereka?” tanyaku padanya saat kami bertemu lagi di bawah pohon kurma di dekat masjid yang menyerupai bangunan gereja di wilayah Bintaro.

“Aku periksa di kantor dan di dua Lapas Cipinang dan Rutan Pondok Bambu!” sahutnya.

Ternyata Wa Ode dan Angie saling memiripkan agar bisa saling keluar dari penjara. Demikian pula Nazar dan Gayus juga berakal bulus yang sama. Tentunya mereka juga berkoordinasi dengan para oknum petugas lapas yang korup agar bisa saling menikmati kebebasan. Seperti tadi pagi ketika Angie dan Nazarudin tampak menonton acara prosesi YMS Kwan Im Hud Couw di Tangerang. Persis ini rancangan Gayus.

"Memang koruptor harus dihukum mati!" kata kekasihku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun