PKB, PPP, PAN dan PKS mendapatkan momentum untuk mengajukan capres sendiri. Namun godaan mendukung Prabowo menjadikan empat partai itu gamang dalam menatap pencapresan. Catatan tentang Prabowo Subianto yang terkait dengan isu masa lalu seperti penculikan para mahasiswa tentu menjadi pertimbangan bagi banyak orang sehingga publik pun menghukum Gerindra (pencapaian kurang dari target 20% suara) - sama dengan kegagalan PDIP meraih 27% suara, dan Golkar 14 % jauh dari target 30% suara. Publik telah menentukan pilihan, bahwa Prabowo tidaklah sefenomenal yang dibayangkan, sama dengan tidak sefenomenalnya Jokowi dan Ical.
Namun, akibat raihan suara Gerindra, Golkar, dan PDIP yang tak dominan, berikut pencapaian suara para partai Islam (PKB, PPP, PAN, PKS) yang meraup suara 30%) bisa mengubah pencalonan capres. Bagaimana peta raihan suara bisa menyingkirkan Prabowo dari pencapresan?
Ical, Jokowi sedikit tenang karena hanya membutuhkan satu atau dua partai, baik nasionalis maupun partai Islam bisa bergabung dan mengusung capres karena PDIP dan Golkar mampu meraih suara cukup signifikan untuk memimpin koalisi mengusung capres. Golkar dan PDIP bisa menggandeng NasDem dan Hanura, serta satu atau dua partai Islam. Dengan demikian dengan berkoalisi dengan partai mana pun, maka baik Ical maupun Jokowi tetap bisa maju dalam pencapresan.
Raihan Gerindra yang sekitar 11% masih membuat Prabowo Subianto tak tenang - sebagaimana tak tenangnya Jokowi yang PDIP tak meraih 27% suara. Justru yang menarik adalah raihan suara fenomenal PKB (9 % urutan 5), PPP (7,% urutan 7), dan PAN (7,6% urutan 6), sementara PKS (6,6% urutan 8) tetap. Selain itu, pencapaian Demokrat (9% urutan 4), NasDem (6 % urutan 9), dan Hanura (5 % urutan 10) yang tak sesuai harapan mereka, justru membuat peta politik berubah.
Artinya, tak ada partai politik yang dominan di antara pemenang pemilu PDIP, Golkar dan Gerindra yang mampu mengusung capres Jokowi, Ical dan Prabowo tanpa menggandeng partai lain. Untuk itu, arah para partai untuk berkoalisi mendukung capres menjadi sangat menentukan - sekaligus posisi tawar partai-partai menengah menjadi tinggi. Bagaimana arah partai politik memberikan dukungan koalisi capres?
Empat partai berbasis Islam (PKB, PPP, PAN, PKS) dengan suara sekitar 30% sudah cukup untuk mengusung kursi capres. Para partai ini bisa memunculkan tokoh Islam dari kalangan mereka sendiri. Jika para partai ini bersatu, maka akan mengubah arah politik kekuasaan pertama kali bahwa partai Islam mampu mengusung sendiri calon presiden. Jika para partai Islam ini mengajukan capres sendiri, bukan hanya PDIP dan Golkar yang akan mengalami kesulitan.
Arah koalisi Demokrat, Hanura, NasDem yang tak mungkin akan berkoalisi dengan Gerindra terkait sosok Prabowo Subianto meskipun memiliki kesamaan idiologis dan platform. Ketiga partai tersebut akan berkoalisi dengan Golkar atau PDIP. Ketiga partai itu (NasDem, Hanura dan Demokrat) merupakan satu induk dari Golkar.
Namun, jika PPP tetap merapat ke Gerindra - tak mungkin mencapai 20% kursi - untuk mengusung Prabowo, maka koalisi partai Islam akan gagal mengusung calon mereka sendiri.
Jadi, menguatnya perolehan parpol Islam membuat peta pencapresan berubah dan bahkan 4 parpol berbasis Islam akan mampu mengusung sendiri capresnya karena mampu meraup 30% suara pileg kemarin. Akibat yang dahsyat adalah jika keempat parpol ini bersatu, maka Prabowo akan tersingkir dari peta pencapresan.
Salam bahagia ala saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H