Jokowi harus menghentikan kontroversi penelitian tentang Situs Megalitikum Gunung Padang terus berlangsung. Bahkan kini, hasil dari ‘penggalian' pengunjung bisa melihat temuan terowongan berisi air yang mirip ‘sungai di bawah kaki Gunung Padang'. Yang menjadi pertanyaan, siapakah dan dari peradaban manakah, serta berapa ribu tahun peradaban itu dibuat? Apa fungsi ‘sungai' dalam terowongan itu? Dengan dibantu oleh Tim Independen Penelitian Gunung Padang pengunjung bisa menemukan dan melihat ‘sungai buatan' di bawah kaki sebelah kiri pintu masuk Situs Megalitikum Gunung Padang.
Kontroversi tentang penelitian Gunung Padang yang katanya ada pyramid harus diakhiri dengan menggunakan alat pemindai yang bisa melihat susunan bebatuan di bawah tanah - apakah berpola buatan manusia atau bukan. Dengan alat tersebut maka tak akan terjadi kerusakan.
Mengenai ‘sungai dalam tubuh Gunung Padang' perlu dikesampingkan. Mari kita cermati berbagai penelitian di situs Gunung Padang yang justru menimbulkan pro-kontra di masyarakat baik pemerhati masalah arkeologi maupun sosial dan kepurbakalaan.
Pertama, penemuan artefak tak ada kaitan dengan adanya teknologi tinggi di bawah Gunung Padang apalagi Piramida. Aneka penemuan artefak di Gunung Padang oleh tim peneliti menunjukkan berbagai kejanggalan dan keanehan. Diduga ‘uang logam berlogo zaman Belanda' adalah uang yang dipakai oleh pengunjung sebagai sesembahan dan bagian dari sesaji. Ada kebiasaan di Jawa memberikan sesaji di bawah pohon atau tempat keramat dengan uang logam. Situs Megalitikum Gunung Padang sudah sejak lama menjadi tempat persembahan dan sesaji sejak zaman Belanda - sebelum tempat tersebut dibersihkan. Dipastikan di bawah tubuh Gunung Padang - tempat situs Megalitikum berdiri - tak ada pyramid.
Bukti tidak adanya pyramid adalah dari kaki ‘sungai dalam Gunung Padang' yang digali oleh Tim Peneliti Independen tak menemukan struktur batuan atau apapun yang menunjukkan sisa peradaban apalagi pyramid dan teknologi nuklir dan seterusnya.
Kedua, tata cara penggalian merusak situs Megalitikum. Tata cara dan teknik mereka dalam melakukan penelitian di Gunung Padang berpotensi merusak situs. Tim Penelitian melakukan berbagai cara yang merusak situs. Sebenarnya, jika memang mau meneliti dengan benar, maka tidak perlu menggorok dan mengebor serta menggali ke kedalaman Gunung Padang.
Tim Independen melakukan perusakan dengan menggali terowongan di kaki samping kiri pintu masuk ke Gunung Padang. Terowongan itu digali dengan maksud untuk mendapatkan kaki pyramid di bawah kaki Gunung Padang. Hasilnya adalah tanah padat dan tak ada tanda-tanda sisa teknologi dan jejak peradaban buatan manusia. Kini terowongan yang digali sekitar 50 meter masuk ke dalam Gunung Padang menjadi ‘kolam ikan mas dan mujahir kecil di sungai bawah' Gunung Padang.
Penggalian dan penelitian dan penemuan ‘sungai dan artefak mirip uang benggol Belanda' menunjukkan bahwa di dalam tubuh situs Gunung Padang tidak terdapat teknologi dan struktur bangunan pyramid. Publik dan pemerintah harus menghentikan cara penelitian yang merusak.
Sebenarnya, untuk meneliti situs Gunung Padang sangat sederhana. Jika tak mau merusak, dengan mudah bisa digunakan teknologi memindai struktur bangunan seperti yang dilakukan di Machu Picchu, Peru. Tanpa merusak satu buah susunan batuan, para peneliti di Machu Picchu menggunakan alat pemindai dan dengan tepat mampu menemukan susunan bebatuan di bawah parit, terowongan, sistem irigasi, sistem pembagian air dan drainase untuk Kaisar Pachacuti dan seluruh penghuni Kota Machu Picchu di pegunungan Andes Peru setinggi 2500 meter.
Anehnya, para anggota Tim melakukan ekskavasi, penggalian, pengeboran, dan pembuatan ‘sungai di terowongan bawah kaki Gunung Padang'. Tindakan itu tidak perlu dilakukan karena sebenarnya jika ingin kepastian tentang ada atau tak ada - saya memastikan tidak ada karena melihat struktur bebatuan dan serakan bebatuan di Gunung Padang yang mirip dengan yang ada di Machu Picchu yakni penggunaan ikatan batu tanpa perekat.
Teknik meletakkan batu ini yakni dengan mencari dan mencocokkan ukuran dan bentuk batu untuk saling mengait. Hasil dari sebaran bebatuan dan sistem dan teknologi menyusun batu tanpa perekat menunjukkan bahwa di bawah Gunung Padang hanya tanah padat alamiah belaka - seperti dibuktikan oleh kegiatan Tim Peneliti yang menggali bagian bawah kaki Gunung Padang yang sekarang menghasilkan ‘sungai di terowongan atau kolam'.