Dari kedua pertemuan Jokowi dan Ical serta Prabowo tersebut, ditambah gonjang-ganjing penentuan menteri kabinet Jokowi yang meninggalkan Mega dengan meminjam tangan KPK, Jokowi tengah menciptakan mitos dan kekuasaan dirinya. Hal ini diapresiasi oleh Ical dan Prabowo bahwa Jokowi bukanlah ‘boneka' Mega. Pesan sama disampaikan oleh Prabowo dan Ical kepasa Fadli Zon dan Setya Novanto di DPR agar menahan diri.
Sementara Fahri Hamzah dan Hidayat Nur Wahid dibiarkan tanpa informasi terkait pembicaraan antara Prabowo-Jokowi dan Ical-Jokowi. Politik devide et impera diperankan lagi yakni: Jokowi tak menyambangi Hidayat Nur Wahid.
Jadi isi pembicaraan Ical dan Prabowo dengan Jokowi secara terpisah adalah upaya Jokowi meyakinkan kedua orang tersebut terkait realita kekuasaan Jokowi dan tuntutan masyarakat yang Jokowi harus kendalikan dan Ical serta Prabowo cermati dan kendalikan di DPR dan MPR: kompromi politik-hukum-kekuasaan ala Jokowi yang disetujui mereka bertiga dalam tahap ini.
Tentang penundaan pembentukan kabinet yang melibatkan KPK, secara simetris meyakinkan kepada Ical dan Prabowo tentang kekuatan dan strategi Jokowi yang bahkan berani ‘menyingkirkan Mega' - meski dengan konsekuensi politik yang belum diketahui. Ical dan Prabowo mengapresiasi ‘kekuatan kekuasaan Jokowi' dan saling menghormati. Selain itu alasan perhitungan Jawa dilarang mendahului 1 Suro dan hari tepat adalah Senin, Selasa Rabu pekan depan. Itu terawangan Ki Sabdopanditoratu yang tak pernah salah dalam meramalkan kejadian selama ini.
Salam bahagia ala saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H