Kelompok radikal yang terakhir ini pada awal masa reformasi mengalami euphoria sampai membentuk Laskar Jihad, Partai Keadilan yang mencoba bangkit di tengah tekanan selama 32 tahun pemerintahan eyang saya Presiden Soeharto.
Kini, perjuangan kebangsaan Indonesia mengalami polarisasi yang sama: perjuangan identitas kebangsaan menuju Indonesia yang bermartabat atau demokratis melawan kelompok anti demokrasi dan kecenderungan menuju masyarakat mono-religi yang memaksakan kehendak. Roh Sumpah Pemuda 28 tidak terpikirkan sama sekali dalam diri para presiden sejak Megawati-Yudhoyono, bahkan Jokowi karena pada hari ini tak ada pernyataan apapun terkait tonggak sejarah perjuangan Indonesia terpenting pertengahan abad ke-20 itu.
Jokowi yang diharapkan tinggi oleh masyarakat menjadi penarik gerbong perubahan, belum menunjukkan sikap sebagai kelanjutan roh perjuangan Sumpah Pemuda 1928. Jokowi hanya akan menjadi seperti Megawati dan Yudhoyono jika tunduk kepada partai dan hanya akan menjadi presiden pembuang waktu saja: hanya mengisi catatan pernah menjadi presiden tanpa prestasi. Jokowi hanya akan mampu mencatatkan diri sebagai presiden seperti Gus Dur, eyang saya Presiden Soeharto atau Bung Karno jika mampu menyejahterakan rakyat. Caranya, jangan menjadi panganut dan penyembah partai.
Salam bahagia ala saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H