Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi Kelolosan Sudirman Said, Mafia Migas Gagal Diberantas?

1 November 2014   16:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:57 2977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengejutkan. Ternyata Menteri ESDM Sudirman Said adalah kader PKS. Artinya Jokowi kelolosan seorang menteri yang sangat strategis. Benar Jokowi telah tidak menunjuk alumni ITB, UPN Jogja dan Trisakti yang menguasai kongkalikong industri migas - kroni dan perkoncoan senior-yunior menjadi pemicu terciptanya mafia migas. Namun, yang mengejutkan adalah ternyata Sudirman Said itu: kader PKS! Ideologi PKS yang berkiblat ke Ikhwanul Muslimin (IM). Bagaimana bahayanya Sudirman Said memimpin kementerian ESDM dengan ideologi IM dalam upaya memberantas mafia dan apa yang harus dilakukan oleh Jokowi?

Sudirman Said diharapkan mampu memberantas mafia migas yang berakar berurat selama 36 tahun sejak zaman Ibnu Sutowo. Posisi menteri ESDM, dan industry migas yang dikuasai oleh ketiga universitas itu baik di Pertamina, SKK Migas, perusahaan asing yang memekerjakan para alumni ketiga universitas itu di posisi kunci, yang tak beranjak dari para lulusan ketiga universitas itu menyebabkan pemberantasan korupsi dan mafia migas terhambat. Bahkan diyakini Sudirman Said tak akan bekerja sungguh-sungguh karena terbelit oleh idelogi IM dalam dirinya. Sudirman Said diyakini akan bekerja untuk PKS dan bukan untuk pemberantasan mafia migas.

Harapan tinggi menjulang Sudirman Said mampu bekerja memberantas mafia migas. Namun ternyata Jokowi justru kelolosan kader PKS bernama Sudirman Said menjadi Menteri ESDM. Pengalaman sejarah tentang kader PKS adalah mereka adalah ‘para pejuang klandestin usroh pada zaman Orde Baru pimpinan eyang saya Presiden Soeharto' yang tiba-tiba mendapat durian runtuh keterbukaan.

Mereka terjun ke politik dengan mengusung paham dan ideologi impor Ikhwanul Muslimin. Begitu berkuasa mereka akan berusaha mencengkeram kekuasaan ke seluruh kader dan teman-temannya. Contoh nyata adalah ketika Mentan Siswono berkuasa, maka seluruh kekuasaan distribusi bibit, pupuk, subsidi pertanian dikuasai oleh para kader PKS di seluruh Indonesia. Juga ketika Gubernur Jawa Barat yang dikuasai PKS maka seluruh pekerjaan outsourcing pun dikuasai oleh PKS dengan segala koneksinya.

Yang paling faktual dan aktual adalah kasus impor yang melibatkan presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq. Kasus LHI ini menjadi titik balik kehancuran citra PKS - namun PKS tetap eksis karena gerakan usroh yang menyatukan mereka dan juga ideology pengaderan model taklid yang menggabungkan keyakinan dan politik. Agama PKS dijadikan sebagai alat justifikasi politik untuk berkuasa.

Contoh ideologi seperti ini juga terjadi di Mesir - Ikhwanul Muslimin dilarang dan ditetapkan sebagai organisasi teroris di Mesir - ketika Muhammad Mursi menjadi Presiden Mesir. Begitu berkuasa, dalam 4 bulan Mursi menerapkan ideologi segregatif yakni menetapkan Islam sebagai agama Negara. Tindakan ini memicu pembunuhan, pengusiran terhadap penganut Kristen Koptik di Mesir.

UUD Mesir pun dibuat untuk memenuhi nafsu kepentingan agama-politik dan agama-kekuasan dan kekuasan-agama-politik yang menyebabkan Mesir terpecah. Di bidang pemerintahan Mursi pun mengganti 11 dari 14 gubernur dan ratusan pejabat sekelas menteri yang semuanya dari Ikhwanul Muslimin. KKN dipindahkan dari rezim Mubarak ke rezim Mursi. Akibatnya, rakyat Mesir marah dan Mursi diturunkan oleh rakyat dan kini menunggu hukuman mati beserta para pentolan Ikhwanul Muslimin termasuk Muhammad Badi.

Kini, di tengah upaya pembersihan mafia migas, Jokowi kemasukan dan kelolosan Sudirman Said yang kader PKS yang tentu berideologi Ikhwanul Muslimin. Sudirman Said diyakini akan melakukan (1) pembusukan dari dalam terhadap pemerintahan Jokowi-JK yang tidak sejalan dengan ideologi PKS dan IM, (2) akan melanjutkan kebijakan ‘bobrok' di kementerian ESDM dalam rangka ‘memelihara keburukan' agar upaya Jokowi gagal, (3) memasukkan para pejabat di berbagai tingkatan eselon yang pro PKS dan Ikhwanul Muslimin atau simpatisan jauh yang bahkan tidak terdaftar sebagai kader PKS. Modusnya seperti Ahmad Fathanah yang bukan kader PKS namun dekat dan sohib Hilmi Aminuddin dan para pentolan PKS termasuk Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq.

Publik di seluruh dunia tahu bahaya ideologi IM dan kini Jokowi menunjuk kader PKS Sudirman Said yang ideloginya mendekati ideology Ikhwanul Muslimin. PKS sejak lama mengidentikkan diri dengan Ikhwanul Muslimin.

Jadi, dengan demikian pemberantasan mafia migas di tangan Sudirman Said dipastikan akan gagal. Bagi Jokowi hanya ada dua pilihan, (1) memecat Sudirman Said (2) meminta Sudirman Said membuktikan kinerjanya selama 100 hari. Jika tak mampu membuktikan memberantas mafia migas, maka Sudirman Said harus mundur.

Salam bahagia ala saya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun