Paragraf 3 lebih menunjukkan tingkatan stress yang dialami oleh Sardjono. Penggunaan kata-kata dengan penulisan huruf besar JANGAN NGARANG, PILOT, TIDAK ADA, TIDAK PERLU ADA!! BAYANGKAN dengan tanda seru !!. Emosi dan kemarahan Sardjono lebih lanjut dilakukan dengan menyamakan penerbangan dengan Metro mini - dengan kata Metro dan mini yang dipisah dan menggunakan huruf besar menunjukkan dua hal: tidak detail dan tidak sabar serta stress.
Keenam, paranoia pada kehidupan yang tak seimbang.
Paragraf 4 menunjukkan rasa putus asa. Dalam dunia psikologi, orang yang putus asa bisa melakukan tindakan: menyerang orang lain atau diri sendiri. Dalam paragraph ini, pola kendali Sardjono sudah semakin out of control.
Masih dengan kemarahannya, penggunaan huruf-huruf besar seperti kata PASTI ADA, PASTI, Flight Aproval kurang p satu, EXTRA FLIGHT, JANGAN NGARANG, SABAR menunjukkan kemarahan semakin tinggi dengan akurasi kontrol semakin kecil, dan lebih menunjukkan persoalan psikologisnya. Perhatikan Sardjono sudah tak membedakan itu kan, dan selalu menggunakan kata-kata dong dong dong yang menunjukkan dia sedang menggurui - sekaligus merendahkan lawan bicara.
Ketujuh, tinggi hati, pengecut, dan sombong karena latar belakang kehidupan masa lalu penuh kegagalan dan tantangan.
Alinea per alinea sebenarnya menguliti kehidupan dan kepribadian Sardjono secara psikologi. Dari aspek psikologi Sardjono yang sudah tidak menjadi Capt Pilot selalu membawa-bawa kebanggaan diri seolah dia yang terbaik. Kalimat-kalimat yang ditata secara tidak teratur dan spontan menunjukkan keyakinan diri yang kelewat tinggi yang cenderung menjadi tinggi hati.
Sifat kepengecutan Sardjono ditunjukkan dalam surat tersebut tidak pernah menyebutkan nama Jonan sama sekali: sifat tak berani bertanggung jawab.
Penggunaan himbauan yang mengritik tentang JANGAN nampang, BERDOSA KALIAN, dengan huruf-huruf besar menunjukkan sikap direktif dan sok tahu yang berlebihan.Maka menjadi mafhumlah jika Jonan tidak menanggapi berlebihan lontaran kritik yang disampaikan oleh Sardjono yang bermasalah secara psikologi.
Yang sangat menarik. Tulisan Sardjono lewat broadcast itu menguliiti diri sendiri sekaligus membuka kenyatakan bahwa birokrasi di bawah Presiden Jokowi menganut keterbukaan yang menyebabkan kegerahan kalangan status quo atau yang terbiasa status quo dan kuno seperti Sardjono.
Berikut saya lampirkan Bisakah Kita Diam Sejenak karya Sardjono agar bisa menjadi pelajaran Grafologi bagi Kompasianers dan mahasiswa.
Salam bahagia ala saya.