Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

5 Kegalauan Ridwan Kamil yang Masih Istikharah, Gerindra Ultimatum

7 Februari 2016   18:57 Diperbarui: 7 Februari 2016   19:44 2159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="Ridwan Kamil I Sumber Kompas.com"][/caption]

 

Ridwan Kamil alias Rika masih belum selesai-selesai sholat istikharah, sementara Gerindra mendesak harus sebelum 20 April ada jawaban. Syafri Syamsuddin menolak. Syaifulloh pun memilih tetap menjadi pegawai negeri. Gerindra pun mengultimatum Rika untuk segere memberi jawaban. Mari kita tengok 5 alasan kegalauan nyata sehingga perlu meminta petunjuk kepada Allah SWT untuk kekuasaan duniawi dalam mengabdi kepada Gerindra dengan hati gembira menertawai kebingungan dan kegalauan Rika dengan pesta-pora menari menyanyi jungkir balik salto selamanya senantiasa. 

Pertama, Ridwan Kamil alias Rika tak yakin akan menang melawan Ahok. Otak normal dan encer Rika jelas menyatakan survei adalah gambaran 50% kenyataan kemenangan. Survei menunjukkan Rika di angka 17% berbanding Ahok yang 54%.

Memercayai Gerindra dan potensi partai agama PKS soal janji survei akan meningkat seperti Prahara akan berakibat fatal. Terlebih lagi partai agama PKS pernah membohongi Prabowo soal pilpres yang menyebut Prahara menang – tetapi tanpa data formulir C-1 dan bukti lainnya. Jelas Rika trauma sebagai orang cerdas.

Kedua, Ridwan Kamil alias Kang Rika pun galau jika dipasangkan dengan pendukung lain. Pasangan siapapun akan membebani Rika. Misalnya, Gaun alias Sandiaga Uno tak berpengalaman da nasal bicara. M. Taufik berbahaya karena pernah menjadi narapidana koruptor. Digabungkan dengan calon lain dari partai agama PKS sebagai tandem jelas akan merugikan Rika.

Dari calon partai agama PKS, Hidayat Nur Wahid si wani piro jelas tak akan menguntungkan bagi Kang Rika malah membebani. Calon lainnya Lulung lebih parah lagi membebani pundaknya, hingga justru membuat Kang Rika kehilangan daya tarik dan akan terhempas kalah dalam Pilgub DKI Jakarta 2017.

Ketiga, Kang Rika menyadari sepenuhnya bahwa partai pengusung Gerindra dan partai agama PKS menjadi musuh nyata Ahok. Kedua parpol itu pun pengusung primordialisme politik. Kondisi politis kepartaian tak kondusif ini jelas akan menyulitkan dukungan lintas partai. Rika yang cerdas tentu tak menutup mata – apapun hasil dari kode langit ilahiah dari Allah SWT.

Head to head melawan Ahok akan menguntungkan Ahok memiliki common enemy. Itu terjadi ketika Jokowi-Ahok dipertentangkan dengan berbagai calon yang membawa primordialisme politik. Hasilnya Jokowi-Ahok menang. Pun ketika partai agama PKS mengusung Adang Daradjatun melawan Foke, gambaran warna partai agama PKS membebani Adang dan akhirnya Foke yang menang.

Tentu gambaran pengalaman Jokowi dan Foke seperti itu menakutkan bagi Rika yang berambisi mengelola triliunan rupiah dana – yang nantinya akan banyak untuk bansos seperti di Sumatera Utara yang menjerat Gubernur Gatot Puja yang diusung oleh partai agama PKS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun