ANNONESIA.com -- Siapa yang tak kenal Amien Rais, sosok revolusioner yang berjuang melawan rezim 32 tahun milik Soeharto. Dirinya dikenal dengan prinsip reformasi yang ia kumandangkan selama akhir rezim Soeharto. Ia juga dikenal tanpa takut menghadapi rezim otoriter yang dikenal tega untuk merenggut nyawa siapapun yang vocal menentang pemerintah. Dan 20 tahun sudah berlalu, bagaimanakah nasib Amien Rais?
Blunder Politik Amien Rais
Ketika tahun 1998, Amien Rais bisa disebut politikus yang brilian. Capaiannya menjadi sangat fenomenal karena keberhasilannya menundukkan rezim Soeharto dan juga mengangkat K.H. Abdurahmann Wahid atau yang kita kenal sebagai Gus Dur menjadi orang nomor 1 di republik ini.Â
Namun perubahan arah politik dan hergemoni kejayaan reformasi bak hantu bagi Amien Rais. Langkah-langkah briliannya memudar dan skenarionya menjadi usang. Terakhir, isu Ratna Sarumpaet yang jadi pergunjingan berubah menjadi realita yang menggelikan.
Amien Rais pun menjadi saksi pidana kasus hoax. Sungguh sebuah kejadian yang tidak terbayangkan apabila kita sudah menjadi insan politik di tahun 1998 sampai awal tahun 2000an.Â
Belum cukup itu saja, beliau juga mangkir dari panggilan pemeriksaan atas kasus tersebut. Padahal mangkir dengan alasan apapun dari pengadilan merupakan sebuah pelanggaran normatif. Sungguh mencengangkan bagaimana seorang penggagas reformasi jatuh di tepi jurang politisnya sendiri. Reformasi seakan memuliakan namanya sekaligus menjatuhkannya.
Dari bukti-bukti tersebut, semesta seakan ingin mengatakan bahwa Amien Rais kini telah uzur, rezimnya telah kadaluarsa. Keputusannya mulai ketinggalan jaman dan tak lagi relevan.Â
Aksinya tak lagi dinanti karena manuver politiknya yang lagi-lagi menggelitik. Sang reformator sudah kehilangan sentuhannya, kebijakan politiknya tak lagi strategis dan empiris tapi lebih mengarah ke miris. Dan kini tanpa disadari, Amien Rais telah ada di ujung garis.
"Tidak ada insan politik yang memiliki perjalanan politis sempurna, karena Tuhan, arah politik dan waktu adalah musuhnya."
Author : Mahasiswa Bodoh.