Brunei Darussalam Internasional Defence Exhibition & Coference (BRIDEX) 2011 di Bandar Seri Begawan, diselenggarakan oleh Kementerian Pertahanan Brunei Darussalam untuk yang ketiga kalinya dalam rangka memperingati ulang tahun emas Angkatan Bersenjata Kerajaan Brunei Darussalam. BRIDEX 2011 berlangsung selama empat hari dibuka tanggal 6 sampai dengan 9 Juli 2011.
Keikutsertaan Indonesia melalui Kementerian Pertahanan RI bersama dengan Badan Usaha Milik Negara Industri Pertahanan (BUMNIP) pada ajang pameran industri pertahanan berskala internasional di Brunei Darussalam tersebut,dalam rangka mempromosikan produk – produk industri pertahanan dalam negeri kepada negara – negara di kawasan ASEAN pada khususnya dan internasional pada umumnya.
Dalam event yang penting ini Kemhan RI berusaha untuk menampilkan yang terbaik untuk menunjukan/promosi bahwa Indonesia sudah mulai bangkit untuk mampu dan mandiri dalam memenuhi kebutuhan peralatan pertahanan.
PT. Pindad misalnya menampilkan Panser Anoa 6x6, Mobile Shooting Galery dan berbagai varian senjata untuk perorangan, PT. PAL menampilkan kapal jenis Landing Platform Dock (LPD), PT. Dirgantara Indonesia menampilkan pesawat CN 235 dan pesawat maritim patrol CN 235 dan sejumlah perusahaan industri pertahanan dalam negeri lainnya yang menampilkan produknya masing - masing.
Menurut Pihak Kementerian Pertahanan RI beberapa negara seperti Philipina dan Brunei Darussalam selaku tuan rumah menyatakan ketertarikannya untuk membeli sejumlah produk pertahanan buatan Indonesia. Brunei Darussalam telah menyatakan tertarik untuk membeli Panser Anoa 6x6 dan Mobile Shooting Galery produksi PT. Pindad.
Untuk itu, pada kesempatan BRIDEX ini, Panser Anoa 6x6 dan Mobile Shooting Galery produksi PT. Pindad mendapatkan kesempatan diujicoba untuk memastikan apakah performance-nya sesuai dengan kebutuhan dari Angkatan Bersenjata Brunei Darussalam.
Selain Panser Anoa 6x6 dan Mobile Shooting Galery, dalam event BRIDEX kali ini Indonesia juga mencoba secara khusus menawarkan kepada Brunai Darussalam beberapa produk pertahanan Alutsista lainnya seperti pesawat maritim patrol CN2 35 buatan PT. Dirgantara Indonesia dan juga produk pertahanan Non Alutsista misalnya pakaian untuk prajurit, helm, dan rompi anti peluru.
“Brunei sudah beli pesawat CN 235, kita mencoba tawarkan lagi untuk maritime patrolnya CN 235 mau beli baru atau mau retrovit menjadi maritime patrol”, jelas Dirtekin Ditjen Pothan Kemhan.
Pihak Kemhan RI berharap selain secara konsisten dipergunakan di dalam negeri, produk – produk pertahanan Indonesia juga dapat dipergunakan oleh negara-negara di kawasan ASEAN.
Optimisnya hal itu akan dapat tercapai karena disamping telah ada kesepatakan diantara negara - negara ASEAN tentang kolaborasi industri pertahanan, juga karena produk industri pertahanan Indonesia berkualitas dan banyak dibutuhkan oleh pasukan.
Majulah terus Industri Pertahanan Indonesia !