Nazarudin kembali menegaskan bahwa sejak awal memang ada niatan dari Anas Urbaningrum untuk menjadi Presiden Republik Indonesia sebelum tahun 2009. Dalam wawancara MetroTV kemarin petang Nazarudin membuka bahwa "niat awal Mas Anas itu menjadi Presiden" tuturnya (menit 7.25). Maka dibentuklah semacam tim yang terdiri dari Nazarudin, Fahmi, Yulianis, Mahfudz Suroso, Rahmad, Pasya, Saan Mustofa, Gede Pasek dan lain-lain.
Disettinglah untuk membagi tugas hingga ada yang berhasil jadi DPR dan ada yang gagal. Bagi yang gagal maka didorong menjadi pengusaha dengan membuka kantong-kantong bisnis. Sebut saja Makmun Suroso di PT Dutasari, Yulianis ada di Permai Group yang kesemua status kepemilikannya dipegang Anas Urbaningrum.
Semua uang yang dikeluarkan perusahaan-perusahaan itu hanya menyangkut kepentingan pencalonan Anas sebagai Ketua Umum Demokrat dan Presiden. Diluar itu hanya diperuntukkan gaji pegawai. Yang menjadi pertanyaan, darimana AU mendapat modal mendirikan perusahaan?
Ternyata pengakuan Nazarudin ini menghentakkan juga. AU yang sering tampil kalem, santun, tidak meledak-ledak obsesi individualnya luar biasa. Mengaitkan motivasi AU dengan statemen AU pasca penetapan penahanan pada Jum'at lalu kemudian menjadi sah. Coba lihat anak kita, kalau sudah berniat mau hujan-hujanan tapi dilarang maka akan marah-marah.
Nah marah-marah AU itu artinya bukan karena ancaman hukuman kurungan, bukan karena dipermalukan, bukan takut menjilat ludahnya sendiri dengan digantung di monas, bukan didzolimi, bukan karena tak dilindungi SBY tetapi karena gagal jadi Presiden.
Di dalam bui pun Nazarudin mendapat intimidasi dari seorang pimpinan fraksi. Sayangnya tidak disebut bagaimana intimidasi itu dilakukan. Apakah melalui keluarganya, pada tetangganya atau langsung pada Nazarudin saat di sel. Pertanyaannya kalau memang benar, dalam bentuk apa?
Dari raut wajah, runtutan cerita, gerak tubuh secara subyektif penjelasan Nazarudin ini terlihat apa adanya, jujur dan cukup bisa dibuktikan. Nazar menuturkan dengan artikulasi jelas, runtut, datar dan tidak dengan emosi meluap-luap. Penting kiranya KPK dan kita semua melindungi saksi kunci seperti Nazarudin yang tahu banyak sisi gelap proyek trilyunan rupiah.
Pasti yang merasa terancam banyak betul, tahun ini memasuki tahun politik dan orang-orang yang disebutkan masih mencalonkan diri serta dia merasa perlu didampingi Prof Yusril Ihya Mahendra. Semoga prof Yusril bersedia agar kasus makin jelas dan siapa saja yang terlibat harus dihukum.
Simak disini
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI