Kejadian tweet seorang ustadz YM menanggapi pemberitaan salah satu media tentang pernyataan Mendikdasmen yang berkaitan dengan soal doa pagi sempat menjadi polemik. Walaupun akhirnya Anies Baswedan sebagai menteri sudah menelpon dan memberi klarifikasi.
Kita, sebagai masyarakat yang melek social media kadang cukup emosional dengan banyak berita. Apalagi bila kita cuma memakai media social plus baca media online. Kadang judul beritanya bombastis meski isinya berseberangan. Apalagi sedang membenci seseorang, ya buruan kita share tanpa berpikir panjang. Bahkan tentang pasangan kita, ada lho yang tidak merasa malu.
Jaman twitter, path, WA, Line, Facebook, Instagram dan beragam lainnya memudahkan kita berhubungan dengan orang lain. Entah sudah berapa orang yang meretweet status ustadz YM tanpa meretweet permintaan maaf dan klarifikasinya.
Dari kejadian ini kita bisa belajar untuk tidak merespon segala sesuatunya secara berlebihan. Dengan ketokohan beliau, bukankah sebaiknya mengontak secara pribadi? Kalau memang tidak tahu no telponnya kan pasti jaringannya banyak. Atau bisa dikirim ke pesan di twitter sang menteri atau media sosial yang memang resmi miliknya.
Kan pak ustadz pengikutnya banyak sehingga apapun yang dikatakan sudah semacam jaminan itu kebenaran. Masak pak ustadz mau berbohong, nipu atau fitnah? Dengan kejadian ini semoga kita makin dewasa dalam menggunakan media sosial. Saya termasuk jarang menhsare berita meski saya punya pandangan politik.
Alhamdulillah pak ustadz sudah meminta maaf secara resmi dan itu menunjukkan tingkat keagamaannya. Kalau salah ya memang harus minta maaf. Dengan kejadian ini saya tetap respect sama beliau, hormat dan tetap mendengarkan khotbahnya. Jadi mari kita selektif dalam mendengar, membaca atau menshare berita supaya tidak ikut berdosa.