Mohon tunggu...
Nino Histiraludin
Nino Histiraludin Mohon Tunggu... profesional -

Mencoba membagi gagasan. Baca juga di www.ninohistiraludin.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Pentingnya Tabayun/Klarifikasi

11 Desember 2014   16:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:32 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Kejadian tweet seorang ustadz YM menanggapi pemberitaan salah satu media tentang pernyataan Mendikdasmen yang berkaitan dengan soal doa pagi sempat menjadi polemik. Walaupun akhirnya Anies Baswedan sebagai menteri sudah menelpon dan memberi klarifikasi.

Kita, sebagai masyarakat yang melek social media kadang cukup emosional dengan banyak berita. Apalagi bila kita cuma memakai media social plus baca media online. Kadang judul beritanya bombastis meski isinya berseberangan. Apalagi sedang membenci seseorang, ya buruan kita share tanpa berpikir panjang. Bahkan tentang pasangan kita, ada lho yang tidak merasa malu.

Jaman twitter, path, WA, Line, Facebook, Instagram dan beragam lainnya memudahkan kita berhubungan dengan orang lain. Entah sudah berapa orang yang meretweet status ustadz YM tanpa meretweet permintaan maaf dan klarifikasinya.

Dari kejadian ini kita bisa belajar untuk tidak merespon segala sesuatunya secara berlebihan. Dengan ketokohan beliau, bukankah sebaiknya mengontak secara pribadi? Kalau memang tidak tahu no telponnya kan pasti jaringannya banyak. Atau bisa dikirim ke pesan di twitter sang menteri atau media sosial yang memang resmi miliknya.

Kan pak ustadz pengikutnya banyak sehingga apapun yang dikatakan sudah semacam jaminan itu kebenaran. Masak pak ustadz mau berbohong, nipu atau fitnah? Dengan kejadian ini semoga kita makin dewasa dalam menggunakan media sosial. Saya termasuk jarang menhsare berita meski saya punya pandangan politik.

Alhamdulillah pak ustadz sudah meminta maaf secara resmi dan itu menunjukkan tingkat keagamaannya. Kalau salah ya memang harus minta maaf. Dengan kejadian ini saya tetap respect sama beliau, hormat dan tetap mendengarkan khotbahnya. Jadi mari kita selektif dalam mendengar, membaca atau menshare berita supaya tidak ikut berdosa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun