Mohon tunggu...
Nino Histiraludin
Nino Histiraludin Mohon Tunggu... profesional -

Mencoba membagi gagasan. Baca juga di www.ninohistiraludin.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Melacak Asal Dagangan Baju yang Dijual di Klewer

18 Maret 2015   11:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:29 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14265712421567800794

Pasar Klewer Solo memang sudah terkenal sebagai salah satu pasar rakyat terbesar di Jawa Tengah. Meski akhir tahun terbakar, namun denyut napas masih terus berjalan. Rupanya pedagang tak mau diam saja berpangku tangan. Mereka terus bekerja untuk hidup mereka atau karyawan-karyawan para pedagang tersebut.

Yang dijual di sana sebenarnya tidak hanya batik namun banyak jenis. Ada kain, baju, baju muslim, kerudung, sajadah, topi, tas, jaket, dan masih banyak lagi. Dari manakah pedagang tersebut mendapat barang? Tentu dengan kulakan. Uniknya mereka kulakan tidak dengan membeli di tempat lain, banyak yang produsen barang mendatangi pedagang.

[caption id="attachment_355902" align="aligncenter" width="445" caption="Salah satu sudut rumah untuk konveksi"][/caption]

Beberapa produsen barang seperti batik, baju remaja putri, jeans, celana pendek berasal dari Kabupaten Pekalongan. Di sana cukup banyak sentra konveksi rumahan yang bahkan dalam 1 desa bisa mencapai puluhan industri konveksi rumahan.

Usaha ini marak sejak akhir tahun 2000-an yang berawal dari bergesernya usaha konveksi di Jakarta banyak yang tutup. Bukan karena bangkrut namun dikarenakan biaya pekerja, biaya sewa rumah, biaya hidup dan lainnya relatif lebih mahal. Juragan konveksi kelasnya juga berbeda-beda, ada yang besar, menengah, dan kecil.

Kategori kecil yakni usaha konveksi yang memiliki 3-5 pekerja, barang dibawa dan ditawarkan sendiri pemilik, keuangan dipegang pemilik dan bila pasar sepi dia mencari orderan ke konveksi kategori besar. Belum berani risiko daripada produksi barang namun tidak diminati pasar, bisa rugi besar dan gulung tikar. Cara menjual dagangan dengan menumpang travel khusus pedagang bersama yang lain.

Kategori sedang sudah memberikan sebagian pekerjaan produksinya kepada orang lain. Mereka bisa melempar orderan hingga di atas 5 konveksi kategori kecil bila sedang ramai. Memiliki 3-7 merek produksi, sudah mulai ada asisten keuangan, asisten yang mencatat pengiriman pekerjaan ke usaha konveksi kecil maupun mulai ada quality control. Sudah memakai armada sendiri meski tidak penuh serta bukan mobil khusus angkutan barang (box)

Meski nampaknya ada pekerjaan asisten terpisah, namun semuanya dikerjakan 1 orang serta bertanggung jawab pada bos mereka. Nah kategori kecil dan sedang biasanya menggunakan usaha di salah satu bagian rumah mereka. Untuk kategori besar biasanya antara rumah dengan tempat usaha berbeda. Minimal jumlah mesin bisa mencapai 30 unit, pekerjaan dilakukan oleh orang-orang secara terpisah.

Misalnya tukang potong, tukang jahit, melobangi kancing, mencuci, menyetrika, packing barang dan sebagainya dilakukan oleh orang yang berbeda. Selain itu, biasanya mereka memiliki armada box untuk mengirimkan barangnya. Para pengusaha konveksi di Pekalongan tidak semuanya dijual ke Klewer.

Ada yang ke Surabaya, ke Kudus, ke Wonosobo, ke Purwokerto, ke Jakarta, ke Kuningan, ke Lombok dan beragam tempat lainnya di Indonesia. Cuma maraknya usaha konveksi ini belum banyak di-support oleh pemerintah daerah setempat (Pemkab Pekalongan). Jangankan disediakan semacam pasar untuk menjajakan produk mereka, bantuan modal tanpa bunga dan tanpa agunan atau bentuk lain.

Seharusnya pemerintah benar-benar memperhatikan usaha mandiri begini. Supaya kehidupan ekonomi terus tumbuh dan mampu menciptakan pasar. Yang jelas tingkat serapan tenaga kerja di bidang konveksi luar biasa. Tanpa proteksi, apalagi di tengah naiknya harga-harga akan mengancam kelangsungan usaha mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun