Mohon tunggu...
Nuskan Syarif
Nuskan Syarif Mohon Tunggu... wiraswasta -

Nuskan syarif, seorang yang selalu melakukan kegiatan dialam dengan melakukan berbagai perjalan menyusuri hutan dan sungai, dilahirkan di palembang tanggal 06 April 1981, besar dari keluarga yang amat sederhana. saat ini berdomisili di Riau mengikuti garis keturunan ibu. saat ini disibukan dengan menjelajah hutan alam yang semakin menyempit dan mengamati tingkah laku satwa yang endemik yang cuma ada di Sumatra.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Daun Kering di Muka Sayu Sang Anak Rimba

6 Agustus 2010   05:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:16 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Teringat akan sebual lagu yang menyanyikan sebuah desa " Nun dibalik gunung dusun terkurung sunyi, sukma termenung dengar senandung serunai...." kira kira itu bait pertamanya, dan aku kembali mengingat masa kecilku dikampung dibali bukit yang setiap paginya terdengar suara monyet berteriak dan kukuruyuk ayam hutan yang menggodaku untuk bangun dan bekerjaran keperbatasan kampung dan hutan dan duduk dibawah sebuah pohon yang meliuk ketanah. Disitu aku menikmati semuanya, derap kaki babi yang lari ketika melihat aku duduk di batang kayu yang meliuk, burung puyuh beterbangan saling bekejaran, siamang, ungko dan koka saling bersahutan di atas dahan pohon besar, dan gemuruh aliran sungai menambah suasana menjadi semarak. Aku dilahirkan di Kota Besar seperti palembang dan dibesarkan di desa ibu yang ada di Riau, sepuluh tahun umur ku kala itu setelah dari palembang aku mulai beradaptasi dengan desa ibu yang ternyata mengasikkan, disini masih banyak terdapat pohon-pohon kayu yang menjulang tinggi dengan lilitan akar yang besar hingga kedahannya, wangi bunga hutan yang merebak kehidung membuat aku terpulas dibawah pohon kayu itu. kenangan itu melekat erat diingatan ku, hingga saat ini ketika usia telah beranjak menuju angka 29 tahun hutan masih merekat erat di nadi, pikiran dan jiwaku. Sentuhan lembut dan hangat sang penghuni rimba membuat aku tidak bisa berpaling barang dua hari atau seminggu, setiap menit jiwa ini merasa damai berada disana, menghirup udara segar, memakan buah yang segar, bersenandung bersama kicau burung, menari bersama kupu-kupu yang berwarna warni. desir angir diselah-selah pepohonan menyapa lembut dan membawa kabar bahagia dari penghuni hutan yang melahirkan anak-anak mereka dengan damai. kampung ibu yang berada di kepungan bukit barisan yang sejuk menjadikan aku seorang yang sangat peka terhadap keadaan sekitarnya, terkadang aku hampir tidak pernah bermain dengan teman-teman seangkatanku dan aku selalu berada di sisi hutan yang lebat dan bermain sendiri disana bersama kupu-kupu kecil yang selalu menunggu dengan sabar sehabis aku pulang sekolah. suatu hari aku pernah pulang hampir tengah malam, ibu khawatir denganku dan aku pulang dengan wajah yang senang dan ibu bertanya padaku kemana saja kamu perginya...? aku menjawab nga kemana-mana bu hanya dihutan sana bermain bersama teman-teman disana. teman-teman mana, bukannya taman-temanmu bermain dikampung saja tadi ibu tanya mereka dan mereka berkata tidak tahu. aku menjawab seadannya... nus malas bu main dengan mereka, lebih enak bermain dihutan sana yang penuh damai dan bersahabat. kejadian ini sering terulang dan aku selalu mendapat teguran dari ibu, namun ibu juga bijak sana beliau hanya mengingatkan ku untuk berhati-hati berada disana dan menjaga tingkah laku dan adat. ucapan ibu itu melakat hingga saat ini, dan hutan telah menjadi bagian dari jiwaku, walau orang mengatakan aku gila namun itu semua tidak bisa kupungkiri. banyak hal yang kudapat di sana, mulai dari pribadi yang ditempah menjadi tenang, bersyukur, bersahabat, tidak pongah, sabar, iklas, membersihkan hati dari semua penyakitnya dan menjadikan diri sendiri berharga dan peka akan suasana yang ada. aku ingat pada usiaku menuju angka 10 tahun, saat itu aku melakukan kegiatan seperti biasa berkunjung kehutan itu dan melihat-lihat jamur yang sedang bermekaran, sedang asik menikmati warna-warna jamur, aku tidak menyadari di depanku berdiri seekor beruang yang besarnya 4 kali besar tubuhku, ada keterkejutan saat itu namun aku berusaha tenang dan tidak melakukan kegiatan yang membuat keterkejutannya, aku diam dia pun diam, 2 jam kami saling pandangan tanpa melakukan gerakan apapun, dan akhirnya aku terlelap disana tanpa mempedulikan beruang madu yang ternyata juga terlelap. Hingga matahari mulai menyingsing kebarat aku baru terjaga itu dikarenakan suara burung yang berkicau didekatku, aku terbangun dan melihat sang beruang yang juga terbangun. Tanpa disengaja aku tersenyum kepadanya dan aku berlalu meninggalkan tempat itu sedangkan beruang madu itu masih duduk diam disana. Itu adalah pengalam pertama aku bertemu beruang di hutan itu dan aku merasa nyaman tanpa takut saat itu. keesokan harinya aku kembali kesana dan duduk ditepi sungai yang mengalir jernih tanpa kusadari aku diperhatikan oleh sosok yang tidak asing lagi dan ketika aku memalingkan muka aku mendapati beruang yang kemarin telah berada dihilir sungai dan memandang kepadaku dan aku hanya tersenyum dan melambaikan tangan lalu sang beruang berlalu menaiki bukit. sejak saat itu aku sering menjumpai hewan-hewan buas bahkan aku juga menjumpai gajah yang lewat dibawah pohon tempat aku duduk, saat itu terjadi pada tahun 1990. Mereka melintas berjumlah besar dan aku bergidik takut dan cemas akan hal hal yang tidak dapat kupikirkan, tiga jam aku berada diatas pohon sejak melintasannya kawan gajah dan aku merosot turun dan berlari menuju rumah dengan wajah pucat pasih dan terengah-engah.. tak bisa berkata-kata dan diam seribu basahasa walau ibu bertanya ada apa.. namun aku hanya diam seribu bahasa. esok harinya aku diajak ibu pergi kekebun dan menginap disana bersama saudaraku, bapak dan juga keponakanku. disana aku bermain berdua dengan keponakan dan saat itu hari telah sore dan kami masih saja bermain dari kejauhan aku mendengar derap kaki yang bergetar dan suara-suara yang aneh. tiba-tiba.. pagar kebun berderak dan terpental aku memalingkan muka melihat apa yang terjadi dan disana telah berdiri seekor gajah jantan yang besar dan berjalan menuju pondok, ponakanku berteriak maknus itu gajah... dan aku baru tersadar lalu mengajak ponakanku kepondok dan abang, bapak lalu mengajakku untuk menghidupkan api unggun sebanyak mungkin, namun sang gajah tetap saja tidak beranjak dari tempat dia berdiri dan aku mencoba melihat dari jauh dan entah mengapa saat itu aku merasa tidak aneh lagi dan seakan mengenal dekat sang gajah, lalu dari mulut ku terucap apakabar dan melambaikan tanganku. bang yang melihat kelakuanku saat itu terkejut dan menepuk pundakku seraya berkata nus engkau ngapo...? aku tersentak dan spontan menjawab ... eh nga ado kang cuman itu gajah dio nak jingok be kesini dan denget lagi jugo pegi, dio cuman enjok tau bahwah besok ado yang lebih banyak lagi yang akan lewat sini tapi dak ganggu. abangku melihat kerahku dan berkata... kau ni aneh-aneh be... lalu dia mengajakku kembali kepondok. namun sebelum aku beranjak dari tempat itu aku berujar terimakasih sudah dikasih tau dan mohon jangan ganggu kebun kami ini karena ini adalah satu2 yang kami punya, tidak lama setelah itu sang gajah berbalik dan pergi kekebun tetangga yang berada diseberang jalan, disana terdengar jelas patahan dahan-dahan karet dan lengkingan anak-anak gajah. ini adalah pengalaman kedua aku berjumpa dengan mereka dan ini benar-benar nyata begitu juga dengan cerita ini, tidak ada yang dijadikan besar maupun ditambah-tambah ini adalah kejadian nyata. dan sejak saat itu keanehan-keanehan mulai menghampiriku, baik itu berjumpa dengan harimau, beruang, tapir, gajah, rusa bahkan pada saat aku melakukan penelitian ungko di tahun 2005 disaat itu aku kehabisan bahan makanan yang tersisa adalah beras satu genggam dan mie instan seperempat baigian, dan itu untuk dua hari kedepan, rasa lapar mendera namun pengamatan haru kutuntaskan hingga dua hari kedepan, beberapa hari itu aku berusaha memutar otak untuk emncari bahan makanan, baik itu tumbuhan, jamur, ikan, memasang jerat, mencari buah-buah hutan namun aku merasa aneh tidak satu pun yang aku temukan. perutku kian keroncongan hanya air yang mengganjal perutku di selingin sedikit pucuk-pucuk muda daun kayu. Malamnya aku hanya bisa menahan lapar dan membawanya untuk tidur tanpa bergerak. Sekitar pukul 05.00 WIb aku mendengar derap langkah dan bunyi-bunyi yang aneh mengitari tendaku namun aku berusaha tenang dan tidak bersuara. tidak lama setelah itu aku mendengar seperti buah yang jatuh dari pohon namun aku tetap bungkam didalam tenda. Hingga matahari telah menyinari hutan dan terang benderang aku baru memberanikan diri untuk keluar dari tenda sambil menahan lapar, kepala kucoba melihat keadaan namun tidak ku temukan keanehan seperti tadi dan setelah kupastikan aman aku memberanikan diri keluar dan betapa terkejutnya setalah aku berada diluar, disamping tenda ku banyak terdapat buah-buahan hutan yang sangat aku kenal bentuk dan rasanya dan masih dalam keadaan bingung aku melihat beberapa ekor siamang dan ungku berada diatas pohon dimana tendaku berdiri dibawahya, dan jejak rusa juga banyak kudapati disekeliling tenda ku. Saat itu aku tak sanggup lagi membendung air mataku, badanku menggigil menahan haru..dan mulutku terus berujar mengucapkan terima kasih kepada mereka, kepada Allah dan kepada hutan ini... aku tidak menduga disaat aku kelapran dan membutuhkan makanan Allah memberikan makanan yang tidak pernah aku duga sebelumnya... dan alam juga membantu ku untuk mengajariku bersyukur.... saat itu aku menangis sejadi-jadinya bersujud dan menagis sekuat-kuatnya dan mereka yang berada tidak jauh dari ku mengelurkan suara seperti memberikan kekuatan kepadaku dan aku tidak bisa menahan sedih dan haru.... Demi Allah yang menguasai segala alam aku ternyata dicintai oleh penghuni hutan ini dan Allah selalu menjagaku tiada henti... buah-buahan yang ada di samping tendaku cukup untuk lima hari kedepan namun sebagian kukuburkan kedalam tanah dan esok harinya aku mengemasi barang-barangku dan kembali keperkempungan dan aku menghempaskan diri sesampai dirumah dalam keadaan masih berlinang air mata. Kejadian ini tidak akan kulupakan hingga akhir hayatku... dan itulah yang membuat aku semakin cinta akan hutan dan isinya, setiap kali perjalanan aku selalu melakukannya sendirian, karena aku memiliki keyakinan jika memasuki sebuah tempat yang baru berlaku sabar, baik dan tidak pongah akan menjadikan kita diterima oleh alam. pengalam demi pengalaman yang aku dapat menjadikan aku tidak bisa berpaling dari tempat yang bernama rimba belantara, denyut nadiku serta jiwaku telah menyatu dengan rimba belantara tidak bisa dipisahkan walau orang-orang mengatakan aku sinting dan gila, namun aku merasa itu adalah hak aku untuk berada selalu dekat mereka. semoga cerita ini membuat kita menjadi lebih bersahabat dengan alam dan mencintai hutan belantara sebagai tempat yang penuh dengan keajaiban dan penuh rahasia yang tidak pernah terpikirkan.. menanam itu tidak bisa mengobati hutan yang rusak dan sakit, namun menjaga kelestarian hutan belantara adalah obat paling mujarab untuk kelestariannya.. terimakasih sudah menyempatkan membaca tulisan ini dan semoga kita bisa lebih menghargai pentingnya kelestarian.... wassalammualaiikum wr wb..... Lestari Alamku...lestari negeri ku....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun