Kenegerian pangkalan Serai merupakan salah satu kenegerian yang berada di Kotak nan onam di Kekhalifahan Batu Songgan Sebagai kenegerian yang berada di ujung kekhalifahan Songgan, Kenegerian Pangkalan Serai ini merupakan Gerbang pertama menuju Sumatera Barat. Karena Dekat dengan Sumatera Barat, Corak Rumah Adat yang ada di Kekhalifahan Songgan memiliki corak ranah minang. menurut cerita masyarakat pangkalan serai, dahulu kala membuat rumah Soko atau rumah godang ini memanggil tukang kayu dari Ranah Minang.
selain memakain corak minang, namun beberapa ukiran masih mempertahankan corak kebudayaan asli Kenegerian Pangkalan serai. ada dua rumah adat yang masih bertahan dengan usia diatas 100 tahun, dan rumah-rumah ini diambang kehancuran. selain yang empunya rumah tidak tinggal di rumah godang tersebut, mengakibatkan kerusakan kian memperparah keadaan.Â
Dari pekanbaru menuju Kenegerian Pangkalan Serai, kita menggunakan kendaraan bermotor baik roda empat maupun roda dua menuju ibu Kota Kecamatan Kampar Kiri Hulu di Desa Gema. jarak dari Pekanbaru ke Kota kecamatan Kampar Kiri Hulu sekitar 140 KM yang bisa ditempuh lebih kurang 2,5 Jam.
Dari ibu kota kecamatan Kampar Kiri Hulu, menuju Ke Kenegerian Pangkalan Serai dengan menggunakan Perahu Motor, selama sekitar 4 sampai dengan 6 jam bergantung kepada perahu dan keadaan air sungainya. sepanjang perjalanan menuju Kenegerian Pangkalan serai ini kita akan melewati banyak desa dan kenegerian, selain itu kita akan di suguhi oleh pemandangan hutan alami dan liukan sungai subayang yang berarus deras, dan jika beruntung kita bisa menikmati satwa-satwa liar yang main di pinggir sungai.Â
Arus sungai yang deras membuat perahu motor yang kita tumpangi akan terombang ambing dan menyipratkan air kedalam perahu. namun keseruannya bukan di sana saja, melainkan di saat melewati jeram-jeram besar yang menghadang di depan kita. terkadang kita di paksa untuk turun dan berjalan di pinggir sungai di saat bertemu ruam jeram yang besar.Â
Di antara Kotak Nan Onam di dalam kekhalifahan Batu Songgan, Hanya Pangkalan Serai saja yang masih menyisahkan bangunan rumah tua yang masih berdiri kokoh, walau di Kenegerian Gajah Bertalut ada sebuah tangga Rumah Soko atau Tua yang berusia sekitar diatas seratusan tahun yang lalu.Â
Di era milenial ini rumah adat yang sudah berumur ratusan tahun ini butuh perhatian dari segala pihak dan jika di buat kembali dari awal niscaya nilai historisnya akan hilang bersama dengan hilangnya rumah adat ini. kalangan milenial saat ini banyak hilang nilai budaya dan keluhuran pekerti adat istiadat yang telah di wariskan sejak dulu kala.
Berbicaraq tentang Budaya dan Adat istiadat yang ada, Pemerintahan harus berpihak kepada Masyarakat Hukum Adatnya, karena dengan keberpihakan pemerintah ke masyarakat adat, maka ruang kelola dan ruang hidup masyarakat Adat akan ada, dengan adanya ruang hidup dan kelola maka masyarakat hukum adat akan terperhatikan dan bisa mempertahankan adat istiadatnya.
Banyak perubahan di Kenegerian pangkalan Serai saat ini selain berubah menjadi Desa devinitif, budaya yang semakin tergerus, dan perhatian pemerintah juga memberikan andil kian tergerusnya budaya yang ada di masyarakat hukum adat, di tambah lagi kawasan kekhalifahan batu songgan di tunjuk menjadi suaka marga satwa, sejak di dengungkan Suaka marga Satwa Bukit Rimbang Bukit Baling ini kehidupan masyarakat hukum adat semakin tergerus, budanya berubah, dan prilaku dalam pengelolaan hutan dan lahan yang memakai sistem kearifan lokal pun tidak dipakai lagi bahkan benear-benar tergerus.Â