Maya merasakan kehangatan yang aneh di dadanya. Dengan mata berkaca-kaca, dia memeluk Lumi. "Aku akan merindukanmu, Lumi," katanya pelan. Lumi balas memeluk Maya dengan erat, dan mereka berdua menikmati momen keintiman terakhir sebelum Lumi harus pergi.
Keesokan paginya, Maya terbangun dengan perasaan campur aduk. Meskipun sedih, dia merasa bersyukur karena dia telah belajar begitu banyak dari pengalaman bersama Lumi. Hari itu, Maya memutuskan untuk melanjutkan misinya yang telah direncanakan bersama Lumi: menyebarkan cinta dan pengertian di desanya.
Maya mulai dengan hal kecil. Dia mengajak anak-anak di desa untuk bermain bersama dan mengajarkan mereka tentang pentingnya kerjasama dan saling menghormati. Dia mengadakan pertemuan dengan para tetua desa untuk membahas cara-cara mempererat hubungan antarwarga. Dengan kegigihan dan semangatnya, Maya berhasil menginspirasi banyak orang.
Lambat laun, perubahan mulai terlihat di desa Banyu Hening. Konflik-konflik kecil yang dulu sering terjadi mulai berkurang. Warga desa lebih sering tersenyum dan saling menyapa. Kehangatan dan kebersamaan yang dulu sempat memudar kini kembali terpancar. Maya tumbuh menjadi sosok yang inspiratif dan dihormati oleh semua orang di desa. Dia tidak hanya menjadi simbol perubahan, tetapi juga menjadi pemimpin yang mengayomi.
Cerita tentang Maya dan Lumi menjadi legenda di desa itu. Setiap kali hujan turun, anak-anak di desa akan berkumpul di bawah rintik hujan, berharap melihat keajaiban seperti yang pernah terjadi. Mereka mendengarkan dengan penuh antusiasme ketika orang-orang tua menceritakan kisah tentang malam ajaib ketika katak-katak turun dari langit. Kisah itu menjadi bagian penting dari budaya desa, mengajarkan generasi berikutnya tentang pentingnya cinta, pengertian, dan kebersamaan.
Maya sendiri terus mengembangkan dirinya. Dia belajar banyak hal baru dan selalu berusaha untuk menjadi lebih baik setiap harinya. Dia mendirikan sebuah perpustakaan kecil di desanya, sehingga anak-anak dan warga desa bisa belajar dan mendapatkan pengetahuan yang lebih luas. Di perpustakaan itu, dia menyimpan buku-buku tentang Kerajaan Katak dan petualangannya bersama Lumi, agar cerita itu tidak pernah dilupakan.
Meskipun Lumi telah kembali ke Kerajaan Katak, kehadirannya tetap terasa di setiap sudut desa. Warga desa selalu mengenang keajaiban yang pernah terjadi dan bagaimana satu gadis kecil bisa membawa perubahan besar. Mereka belajar bahwa keajaiban tidak selalu datang dalam bentuk yang besar atau spektakuler, tetapi bisa terjadi melalui tindakan kecil dan penuh cinta.
Pada suatu hari, ketika Maya sedang duduk di samping kolam kecil di halaman belakang rumahnya, dia melihat sekilas cahaya hijau zamrud dari dalam air. Dia tersenyum dan merasakan kehadiran Lumi di dekatnya. Maya tahu bahwa meskipun Lumi tidak lagi bersamanya secara fisik, semangat dan pesan dari Lumi akan selalu ada di hatinya.
Tahun demi tahun berlalu, dan desa Banyu Hening terus berkembang dengan penuh kedamaian dan keharmonisan. Meskipun banyak perubahan yang terjadi, satu hal yang tetap sama adalah semangat persatuan dan kebersamaan yang diwariskan oleh Maya dan Lumi. Desa itu menjadi contoh bagi desa-desa lain tentang bagaimana cinta dan pengertian bisa mengubah segalanya.
Di setiap hujan deras, warga desa akan selalu mengingat malam ajaib ketika katak-katak turun dari langit. Mereka akan berkumpul dan mengulangi cerita tentang Maya dan Lumi, menjaga agar kisah itu tetap hidup dalam hati mereka. Dan setiap kali mereka melihat pelangi setelah hujan, mereka akan mengingat pesan Lumi: "Jangan pernah berhenti percaya pada keajaiban, karena keajaiban itu ada di hati setiap orang yang tulus dan penuh cinta."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H