Siti menangis bahagia. "Terima kasih, Kak Rudi. Terima kasih, Pak Burhan."
Rudi tersenyum. "Keadilan selalu menang, Siti. Tidak peduli seberapa gelapnya dunia ini, selalu ada cahaya yang akan menerangi kebenaran."
Namun, cerita ini tidak berakhir di sini. Rudi tahu bahwa ketidakadilan di desanya tidak akan berhenti begitu saja. Mereka harus terus berjuang.
"Teman-teman, kita tidak bisa berhenti di sini," kata Rudi kepada teman-temannya. "Kita harus memastikan bahwa ketidakadilan seperti ini tidak terjadi lagi. Kita harus bersatu dan melawan setiap bentuk ketidakadilan."
Mereka semua mengangguk setuju. Mulai hari itu, mereka membentuk sebuah kelompok kecil yang selalu siap membela yang lemah dan melawan ketidakadilan. Kelompok ini dikenal sebagai "Cahaya Kebenaran."
Setiap kali ada ketidakadilan terjadi, "Cahaya Kebenaran" akan turun tangan. Mereka selalu bekerja dengan gigih dan tak kenal lelah. Dari kasus kecil hingga kasus besar, mereka selalu ada untuk mencari kebenaran dan membawa keadilan.
Beberapa bulan kemudian, desanya mulai berubah. Orang-orang yang dulu takut berbicara sekarang mulai berani. Ketidakadilan yang dulu merajalela mulai berkurang. Desa yang dulu suram kini mulai cerah dengan harapan.
Pak Lurah yang dulu sering menutup mata terhadap ketidakadilan kini mulai berubah. Ia menyadari bahwa keadilan harus ditegakkan, dan bahwa setiap orang memiliki hak untuk hidup dalam keadilan.
"Cahaya Kebenaran telah mengajarkan kita banyak hal," kata Pak Lurah dalam sebuah pertemuan desa. "Kita harus belajar dari mereka dan berusaha untuk selalu adil kepada setiap orang."
Rudi dan teman-temannya tersenyum. Perjuangan mereka tidak sia-sia. Mereka telah membawa perubahan besar ke desanya. Dan mereka tahu, perjuangan ini harus terus dilanjutkan, tidak hanya di desa mereka, tetapi di mana pun ada ketidakadilan.
"Cahaya Kebenaran akan selalu bersinar," kata Rudi dengan tegas. "Karena kebenaran dan keadilan adalah milik kita semua."