Andai saja aku lebih percaya diri.
Andai saja aku lebih berani.
Andai saja aku lebih cantik atau tampan
Pasti aku akan lebih sukses!Â
Apa teman-teman pernah sekilas memiliki pemikiran seperti diatas? Sama, saya juga. Dulu waktu saya masih bersekolah, saya adalah pribadi yang pendiam dan lebih tertutup. Terkadang saya ingin sekali menyapa orang di tempat umum atau mengangkat tangan menjawab pertanyaan guru tetapi hal itu sangat berat dilakukan karena saya takut dan sifat tersebut berlanjut hingga saya sudah bekerja. Kira-kira apa penyebabnya, ya?
Yang pertama, kita pelajari dulu apa itu konsep diri. Konsep diri adalah gambaran setiap manusia akan dirinya sendiri dalam hal pencapaian hidup di bidang akademis maupun non-akademis. Pencapaian hidup yang dimaksud contohnya bagaimana seseorang mampu mengatasi masalah, memaksimalkan potensi diri dalam mencapai prestasi, hingga menjalani kehidupan sehari-hari.
Seseorang yang memiliki memori dan cerita masa kecil yang baik tentunya akan membentuk seseorang menjadi pribadi yang lebih sehat dan dewasa. Orang tersebut akan memperlihatkan gambaran sebagai sosok yang ramah, ringan tangan atau penolong, memiliki pribadi yang hangat, memiliki rasa empati, tenggang rasa yang baik, selalu berpikir positif, dan dapat menghargai diri sendiri. Sedangkan seseorang dengan masa kecil yang kurang baik biasanya memiliki pribadi yang rendah diri, merasa diri tidak berharga, menutup diri dari lingkungan, dan lain-lain. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Anggadewi (2020), trauma atau pengalaman tidak menyenangkan yang terjadi pada masa kanak-kanak memberikan dampak dominan pada subjek penelitian berupa kecemasan yang berlebih dan diikuti dengan ketidak-mampuan dalam mengendalikan diri seperti self harm, suicidal, serta agresivitas. Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk dapat mengubah hal tersebut? Toh masa kecil tidak dapat diulang, bukan?
Salah satunya dengan penyembuhan trauma masa kecil. Teman-teman dapat mulai berbicara dengan orang yang dapat dipercaya. Orang tersebut bisa dengan sahabat atau orang tua. Akan tetapi, bagaimana jika kita tidak punya siapapun untuk berbagi cerita atau yang dapat dipercaya, merasa takut dihujat, atau kecemasan dalam mengutarakan perasaan? Idealnya, teman-teman bisa meminta jadwal konseling dengan ahli profesional seperti psikolog atau psikiatris. Privasi teman-teman akan terjaga karena dilindungi kode etik sehingga hanya diketahui oleh konselor/dokter dan klien (IPK Indonesia). Selain itu, mereka juga dapat membantu untuk mengarahkan kita dalam proses penyembuhan berdasarkan trauma yang terjadi  dan disesuaikan dengan ilmu serta keahlian yang mereka miliki. Apakah trauma itu terjadi karena perundungan masa sekolah, perpisahan orang tua (perceraian atau kematian), ataupun kekerasan seksual yang tentunya akan memiliki proses penyembuhan yang berbeda-beda. Diharapkan setelah kita mendapatkan kedamaian dari kejadian masa lalu melalui sesi konseling, maka kita dapat menjadi pribadi yang lebih positif dan dapat menjalani hidup dengan percaya diri.
Referensi:
Anggadewi, Brigitta E.T. 2020. Dampak Psikologis Trauma Masa Kanak-kanak Pada Remaja. Jurnal of Counseling and Personal Development: Vol. 2, No. 2, pp. 1-7. Retrieved from: https://e-journal.usd.ac.id/index.php/solution/index.
Kode Etik Psikolog Klinis Indonesia. Retrieved from: https://www.ipkindonesia.or.id/kode-etik-psikolog-klinis-indonesia/.