Logika termasuk salah satu cabang filsafat yang membahas tentang berpikir yang shahih atau valid. Logika adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang cara berpikir yang benar dan rasional. Kata logika berasal dari bahasa yunani kuno (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan diutarakan lewat bahasa. Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan dalam berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Logika membicarakan tentang aturan-aturan berpikir yang dapat menghasilkan kesimpulan yang benar atau valid.
      Adapun berpikir adalah aktivitas mental yang melibatkan penyusunan ide serta pencapaian kesimpulan. Ini adalah bentuk penalaran yang digunakan untuk mencari hubungan sebab-akibat, mengamati, dan menilai fenomena yang baru muncul. Berpikir adalah suatu proses di mana informasi diubah melalui kompleksitas interaksi berbagai aspek mental, seperti abstraksi, pertimbangan, penalaran, representasi visual, solusi masalah logis, konseptualisasi, kreativitas, dan kecerdasan.
      Logika berpikir adalah kemampuan atau cara berpikir berdasarkan prinsip dan aturan tertentu yang mengarah pada kesimpulan. Logika berpikir menggunakan 2 metode, yaitu metode deduktif (sesuatu umum digambarkan menjadi khusus), dan metode induktif (sesuatu khusus digambarkan menajadi umum).
      Dalam pembelajaran logika, terdapat beberapa konsep penting, yaitu logisme, silogisme, dan falasi. Berikut mengenai definisi dan penjelasan dari tiap konsep tersebut:
- Penalaran logisme: suatu bentuk penalaran yang hanya menggunakan satu premis atau asumsi untuk menarik kesimpulan. Contoh: "Semua manusia pasti akan meninggal, maka John pasti meninggal"(Asrobuanam & Sumaji, 2021).
- Penalaran silogisme: suatu bentuk penalaran yang menggunakan dua premis atau asumsi untuk menarik kesimpulan. Silogisme terdiri dari 3 bagian, yaitu mayor (premis pertama), minor (premis kedua), dan kesimpulan. Contoh: Semua manusia pasti meninggal (mayor), John adalah manusia (minor), maka john pasti meninggal (kesimpulan) (Sobur, 2015).
- Penalaran falasi: suatu bentuk penalaran yang mengandung kesalahan atau kekeliruan dalam premis atau kesimpulan. Falasi terdiri dari 3 jenis, yaitu falasi akibat kausalitas, falasi akibat analogi, dan falasi akibat otoritas. Contoh: "Semua manusia pasti meninggal, maka john pasti hidup selamanya"(Weruin, 2017).
      Pembelajaran logika berpikir berkaitan dengan logisme, silogisme, dan falasi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memahami konsep-konsep tersebut, seseorang dapat menarik kesimpulan yang benar dan rasional dalam berbagai situasi. Selain itu, logika berpikir juga dapat membantu seseorang dalam menghindari kesalahan berpikir yang dapat menghasilkan kesimpulan yang salah.
      Dalam pembelajaran logika berpikir, setiap orang harus belajar untuk mengenali kesalahan berpikir yang umum terjadi dalam kehidupan sehari-hari, hal ini dapat membantu seseorang dalam menghindari kesalahan berpikir yang dapat menghasilkan kesimpulan yang salah. Dengan demikian, pembelajaran logika berpikir berkaitan dengan logisme, silogisme dan falasi sangat penting untuk dipelajari.
       Daftar Pustaka
Asrobuanam, S., & Sumaji, S. (2021). Peran Logika Dalam Berpikir Kritis. JURNAL SILOGISME: Kajian Ilmu Matematika Dan Pembelajarannya, 5(2), 84.
Sobur, K. (2015). Logika Dan Penalaran Dalam Perspektif Ilmu Pengetahuan. TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin, 14(2), 387--414.
Weruin, U. U. (2017). Logika, Penalaran, dan Argumentasi Hukum. Jurnal Konstitusi, 14(2), 374.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H