Teratogen (berasal dari bahasa yunani yang berarti ‘monster’) ialah setiap unsur yang menyebabkan adanya suatu kelainan kelahiran.
Walaupun banyak yang belum diketahui tentang teratogen, para ilmuan telah menemukan ciri – ciri dari bagian ini terhadap perkembangan prakelahiran dan pada titik penting perkembangan fetal dimana bahaya tersebut mengakibatkan kerusakan terbesar (Little, 1992).
Penyakit atau infeksi yang terjadi pada ibu hamil dapat mengakibatkan kelainan. Penyakit dan infeksi dapat pula menyebabkan kerusakan selama proses kelahiran itu sendiri. Banyak penyakit yang disebabkan oleh kondisi ibunya, seperti rubella, Sifilis, Genital herpes. Pentingnya kesehatan perempuan bagi kesehatan keturunan mereka dengan sangat jelas tampak ketika ibu yang menderita sindrom kehilangan kekebalan tubuh (AIDS).
Bahaya Psikologis yang Umum Selama Periode Pranatal
a) Kepecayaan Tradisional
Yaitu kekecewaan orang tua dalam menerima ramalan jenis kelamin anak yang belum lahir (melalui tes amniocentesis) tidak sesuai dengan keinginannya. Hal ini mengakibatkan rasa bersalah pada wanita (ibu) sehingga berpengaruh pada;
·Abnormalitas dimana tingkat perkembangan mental tidak memungkinkan untuk mengadakan kesan ibu.
·Tidak terdapat hubungan saraf langsung antara ibu dan embrio.
·Tidak ada saraf di dalam tali pusar, sehingga pikiran, perasaan, dan emosi ibu tidak dapat secara langsung mempengaruhi embrio.
·Rasa kebencian ayah (laki-laki) terhadap ibu menambah rasa bersalah ibu dan kecenderungan ibu untuk sangat melindungi anak sebagai salah satu bentuk kopensasi terhadap rasa bersalah yang terhadap anggapan kesalahannya. Semakin besar rasa cemas dan rasa bersalah ibu mengakibatkan semakin besar cacat anak yang disebabkan oleh ketidakteraturan perkembangan, perasan dan sikap itu semakin menjadi kurang menyenangkan.
b) Tekanan yang Dialami Ibu
Yaitu keadaan emosi yang meninggi sehingga selama beberapa waktu. tekanan dapat disebabkan karena rasa takut, marah, sedih atau iri hati, ataupun karena belum siapnya ibu untuk menghadapi kelahiran anak karena adanya tekanan ekonomi, perkawinan yang bermasalah, keluarga yang tidak menghendaki, dan lain-lain.
c) Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Kehamilan
Lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kehamilan. Al-Qur’an menyatakan bahwa faktor eksternal merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi proses kehamilan. Hal itu terlihat dari ayat yang menceritakan gugurnya seluruh kandungan dalam rahim ibu, karena kegoncangan yang sangat dahsyat yang dialami pada hari kiamat, yang merupakan faktor eksternal. Dalam ayat berikut dinyatakan :
“(Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya.” (Q.S. Al-Hajj [22] : 2)
Berbagai faktor eksternal tidak hanya dapat mendatangkan keguguran, namun juga ketidaksempurnaan dari bayi yang dikandung ibu. Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa faktor eksternal atau lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan pra kelahiran dan proses kelahiran, meskipun pada saat ini, sekitar 95% bayi lahir normal. Agen eksternal yang dapat mempengaruhi ini disebut dengan teratogen. Teratogen adalah segala virus, obat-obatan, zat kimia, radiasi atau agen lingkungan lain yang dapat membahayakan perkembangan embrio atau fetus hingga menyebabkan kerusakan fisik, retardasi pertumbuhan yang parah, kebutaan, kerusakan otak, dan bahkan kematian. Pengaruh lingkungan menjadi lebih kuat pada periode sensitif. Masing-masing pertumbuhan sistem organ atau anggota tubuh memiliki periode sensitif yang rentan terhadap pengaruh lingkungan. Pada masa perkembangan tahap embrio (kira-kira 3-8 minggu), tubuh sedang dalam proses pembentukan yang cepat. Di luar periode sensitif pengaruh lingkungan lebih kuat untuk menghasilkan kerusakan pada bayi. Kerusakan yang sama dapat disebabkan oleh teratogen yang berbeda-beda. Semakin lama pemaparan teratogen, semakin serius bahaya yang dihasilkan. Selain teratogen, kondisi emosional ibu, asupan gizi ibu dan usia ibu juga dapat mempengaruhi kehamilan.
Sumber Referensi: