Mohon tunggu...
nining rasada
nining rasada Mohon Tunggu... -

sederhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengaruh dan Solusi Budaya Remaja

21 Maret 2015   09:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:20 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kata remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Dalam hal ini seorang remaja tidak dapat dikatakan dewasa maupun anak-anak, karena masa remaja merupakan masa transisi yang dialami seseorang dari anak-anak menuju pada kedewasaan dengan rentang usia antara 12 – 21 tahun. Pada masa ini anak mengalami masa pertumubuhan dan perkembangan baik itu fisik maupun psikologisnya. Pada masa ini seseorang sering berubah-ubah serta tindakan mereka yang agak nyeleneh, mulai dari gaya berpakaian hingga berbicaranya.

Masa remaja merupakan masa keemasan sekaligus masa yang sangat rentan. Bagaimana tidak, Padamasa ini remaja memiliki semangat yang tinggi untuk melakukan aktivitas yang mereka sukai, memiliki energy yang besar yang bisa diarahkan di bidang tertentu, serta memiliki ide-ide yang sangat kreatif. Namun dibalik itu semua remaja juga memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi sehingga mengarahkan mereka untuk ingin mencoba segala hal yang mereka anggap baru dan menarik. Hal ini dapat berdampak negative jika tidak diarahkan dengan benar, tidak terkecuali budaya yang ada di sekelilingnya.

Pada era globalisasi sekarang ini, remaja sudah sangat akrab dengan budaya barat baik itu yang membawa pengaruh positif maupun negative bahkan terkadang mengabaikan budayanya sendiri yaitu budaya timur dengan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan budaya timurini.

Budaya barat yang memang terkenal dengan keunggulan dalam sector teknologinya, pemanfaatan waktu yang sangat efisien, dan tidak suka berbelit-belit dalam berucap dan bertindak. Namun, dibalik itu budaya barat memiliki etika moral yang lebih “bebas” sedangkan adat istiadat menjadi sangat lemah jika dibandingkan dengan hukum Negara. Budaya barat sangat terkenal dengan “kebebasan” ini cenderung tidak memberikan batasan bagi remaja baik itu dalam bergaul maupun berpakaian serta masyarakat yang bersifat individualis.

Berbeda dengan budaya barat, budaya timur memiliki etika moral dan adat istiada yang lebih ketat, keberadaan adat istiadat masih sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat bahkan sering kali adat istiadat ini disandingkan dengan hukum Negara. Dalam budaya timur masih sangat memperhatikan kesopanan dalam berpakaian yaitu lebih memilih pakaian yang lebih tertutup serta tidak menyukai pergaulan yang terlalu bebas dan merusak moral serta tergolong masyarakat yang ramah dan suka bergotong royong. Namun budaya timur juga dikenal dengan mengulur-ulur waktu dan cenderung berbeli-belit, baik dalam berucap maupun bertindak.

Para remaja yang pada dasarnya memang masih labil, cenderung lebih tertarik pada hal-hal yang baru yang menurut mereka gaul dan modern, mulai dari cara berpakaian, bergaul hingga gaya hidup. seperti pada saat diperkenalkannya diskotik di kota-kota besar, remaja mulai penasaran dan tertarik untuk mencoba. Setelah tahu kelebihan yang ditawarkan disana mereka mulai mencoba untuk mendatanginya lagi dan terus melakukannya hingga menjadi kebiasaan yang sulit dirubah. Selain itu, karena dorongan untuk mendapat predikat sebagai anak gaul dan modern yang memiliki gaya yang menurutnya keren dan menarik, meskipun harus berpakaian terbuka, membuat tindik di mana-mana, bertato dan lain sebagainya, mereka rela melakukan segala hal tersebut tidak perduli itu menyakitkan, yang penting mereka mendapat pengakuan sehingga mendorong mereka berprilaku konsumtif dan individualis yang kemudian berimbas pada lunturnya sopan santun yang seharusnya dijunjung tinggi.

Lunturnya sopan santun ini akan memberi danpak negative bagi remaja yang memang masih labil ini, karena tidak menutup kemungkinan akan mengarah kepada hal-hal negative lainnya yang lebih ekstrim seperti menggunakan narkoba, minum minuman keras, perampokan, pemerkosaan dan lain sebagainya. Maka dari itu sangat penting untuk menyelamatkan para remaja dari segala hal negative yang akan membuatnya menyesal dikemudian hari. Dalam hal ini, peran orang tua, lingkungan dan spritual yang baik sedikit tidaknya dapat membantu mencegah terjadinya hal tersebut, karena jika budaya yang masuk dapat disaring dengan baik maka akan berdanpak baik pula terhadap remaja bahkan akan memberikan sumbangsi yang cukup besar untuk kemajuan bangsa.

Orang tua sebagai lingkungan pertama yang dikenal oleh remaja memegang peranan yang sangat penting dalam mengarahkan mereka agar tidak mengarah pada hal yang negative. peran orang tua untuk membimbing anaknya degan mengajarakan hal yang baik-baik seperti mengajarkan tentang pengetahuan agama, tatakrama, sopan santu, dan lain sebagainya agar memiliki pegangan dalam menjalankan hidupnya sehingga dia juga akan cenderung bergaul dengan orang dan lingkungan yang sepaham dengannya. Selain itu orang tua bisa menjadi teman bercerita yang baik bagi anak agar mereka bisa lebih terbuka tentang masalah yang dihadapi, serta memberi perhatian yang sewajarnya yang tidak berlebihan namun masih mengontrol pergaulannya.

Selian orang tua, lingkungan juga memiliki peran dalam mempengaruhi pergaulan remaja karena di lingkungan inilah remaja mulai bersosialisasi, mengenal nilai-nilai dan budaya disekitarnya. Maka dari itu, kecenderungan untuk mencoba hal-hal baru yang dilihatnya akan mempengaruhi remaja untuk mencoba apa yang dilihat dan didengarnya. Jika remaja tinggal dan bergaul dilingkungan yang baik maka akan memberi pengaruh yang positif begitu pula sebaliknya.

Selain orang tua dan lingkungan, factor spiritual juga memberikan pengaruh yang sangat penting bagi pergaulan remaja. Bagaimana tidak, dengan penanaman spiritual sejak dini terhadap remaja akan membentuknya menjadi insan yang berahlak dan berbudi luhur. Remaja yang berahlak dan berbudi luhur, dengan sendirinya membentuk remaja menjadi insan yang memiliki moral yang baik pula serta memiliki pegangan hidup yang jelas, karena tidak dapat dipungkiri bahwa agama meruapakan pegangan bagi manusia untuk hidup dimuka bumi ini. Jika seseorang tidak memiliki agama dalam hidupnya maka dengan mudah ia akan terjerumus pada pergaulan bebas karena ia tidak memiliki pengangan yang menjadi tameng pelindung bagi jiwanya. Keagamaan ini bisa didapatkan melalui keluarga, lingkungan dan pergaulan sehari-hari.

Dari uraian diatas dapat kita ketahui bahwa energy, semangat dan minat remaja bisa diarahkan pada hal-hal yang positif. Tidak terkecuali budaya barat yang memiliki kesan yang bebas dan negative, bahkan danpak negative dari budaya timur yang cenderung mengulur-ulur waktu. Hal ini bisa diaarahkan pada hal positif jika budaya-budaya tersebut bisa disaring dengan benar, dan bahkan dapat membawa remaja kearah yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun