Mohon tunggu...
nining rasada
nining rasada Mohon Tunggu... -

sederhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bakelewang Adat Suku Samawa

14 April 2015   11:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:08 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Indonesia sebagai Negara yang terdiri dari berbagai daerah memiliki adat dan budaya yang sangat beragam. Masing-masing dari suku ini memiliki aturan dan norma yang sudah melekat dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan warga masyarakatnya. Norma dan aturan yang dipatuhi tersebut dengan sendirinya akan menjadi ciri khas yang menjadi identitas bagi suatu suku.

Menurut Jalaludin Tunsam dalam tulisannya pada tahun 1660 “adat” berasal dari bahasa arab yang merupakan bentuk jamak dari (adah) yang memiliki arti cara atau kebiasaan. Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembbagaan, dan hokum adat yang lazim dilakukan di suatu daerah. Apabila adat ini tidak dilaksanakan maka akan terjadi kerancuan yang menimbulkan sanksi tidak tertulis oleh masyarakat setempat terhadap pelaku yang dianggap menyimpang.

Setiap suku berkewajiban mematuhi dan menjalankan adat yang ada di daerahnya, tidak terkecuali di Nusa Tenggara Barat yang dihuni oleh suku sasak, samawa dan mbojo. Tidak berbeda dari suku-suku lain di Indonesia, di Nusa Tenggara Barat juga memiliki beragam adat dan budaya mulai dari acara adat, permainan hingga musik tradisional.

Di pulau Sumbawa pelaksanaan acara adat seperti acara perkawinan, khitanan, ataupun tujuh bulanan tidak lepas dari adat bekelewang. Bekelewang adalah kegiatan yang dilakukan di dapur oleh kaum perempuan dalam mempersiapkan menu makanan ketika berlangsungnya hajatan keluarga yang ada di dalam suatu lingkungan masyarakat.

Jika warga mengetahui ada sebuah keluarga yang akan melangsungkan hajatan, maka beberapa hari sebelum hajatan dilaksanakan tanpa diaba-aba kaum ibu akan segera meramaikan rumah yang akan mengadakan hajatan dengan membawa panulung dan pada hari berikutnya salah seorang warga diutus untuk mengundang para ibu ke acara bakelewang. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam bakalewang seperti membuat kue, memasak makanan dan mempersiapkan minuman untuk masyarakat yang telah mekukan gotong royong untuk mempersiapkan lokasi yang akan digunakan untuk hajatan.

Kegiatan bekelewang ini dikoordinasi oleh seorang Nuang. Yang ditunjuk sebagai Nuang adalah orang yang dipercaya memiliki keahlian dalam bidang masak-memasak. Dia bertugas untuk memimpin jalannya kegiatan memasak di dapur dari tahap persiapan, pengolahan, hingga penyajian hidangan untuk disantap oleh masyarakat. Sebelum mulai memasak ibu-ibu medengarkan instruksi dari nuang, apa saja yang harus dimasak, berapa porsinya hingga rempah-rempah apa saja yang harus digunakan. Begitu juga dengan keluarga yang akan melaksanakan hajatan, mereka harus berdiskusi dengan nuang terlebih dahulu sebelum membeli bahan makanan untuk dimasak.

Adat bakelewang ini mencerminkan wujud dari kehidupan sosial yang ada dalam masyarakat Sumbawa, termasuk didalamnya Kabupaten Sumbawa Barat. Dalam kegiatan bakelewang ini ada banyak nilai-nilai yang dapat diambil seperti sikap tolong menolong, kepedulian dan mau berbagi yang terwujud dalam kegiatan bakelewang. Adat ini harus dilestarikan sehingga kemudian dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Setiap dari kita pasti pernah mendengar pepatah yang berbunyi “berat sama dipikul ringan sama dijinjing”, begitu pula dalam bakelewang setiap warga masyarakat bersatu padu untuk saling membantu meringankan beban dengan membagi tugas dan tanggung jawab sehingga pekerjaan yang tadinya terasa berat dan sulit untuk diselesaikan menjadi ringan dan mudah. Oleh Karena serunya bekerja sambil bercanda dan berbagi cerita tak terasa pekerjaan yang dilakukan sudah selesai.

Kegitan bakelewang sangat membantu kegiatan persiapan menjelang dilaksanakannya acara adat hajatan. Ada banyak kegiatan yang dilakukan sebelum melaksanakan hajatan seperti gotong- royong membersihkan dan membenahi rumah yang akan digunakan sebagai tempat melangsungkan hajatan. Selain itu, masih banyak kegitan gotong-royong yang dilakukan seperti mencari kayu bakar, pemasangan atap dan lain sebagainya. Kegitan gotong royong ini tentunya membutuhkan energi yang lebih. Disinilah peran penting pelaksanaan kegiatan ibu-ibu dalam menyiapkan menu makanan untuk melancarkan aktifitas masyarakat dalam bekerja.

Sampai saat ini adat bekelewang masih tetap bertahan dalam kehidupan masyarakat meskipun sedikit demi sedikit sudah mulai terkikis oleh perubahan zaman. Perkembangan zaman yang kini semakin maju dan menawarkan segala hal yang serba instan membuat sebagian masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat lebih memilih membeli makanan yang praktis.

Barang-barang bawaan seperti beras, kelapa, dan gula.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun