Pastinya kata selingkuh bukan merupakan sebuah kata asing di telinga kita. Kasus per kasus pun sering kita jumpai di sekitar kita. Menjadi sebuah faktor yang adalah pelaku dari sebuah perselingkuhan, biasanya akan menganggap diri benar dan berhak mendapat prioritas yang sama dengan pasangan yang menjalin hubungan dengan kita.
Namun, tanpa kita sadari, sebuah perselingkuhan justru menjadi sebuah faktor bagi diri kita untuk menjadi sarana penghancur pada kepribadian kita yang sebenarnya.
Contoh kasus yang saya angkat di sini adalah kasus dalam sebuah film Malaysia yang berjudul Layang-layang Perkahwinan. Nah, bagi pembaca yang sudah menonton film tersebut, pasti gregetan, gemas dan hhhhhh..seribu kata yang berjejalan di kepala dan hati pasti bermunculan.
Saya sih belum selesai menonton film tersebut, baru di episode 12. Tetapi justru di bagian itulah awal dari ulasan ini muncul.
Perselingkuhan yang selalu diawali dengan sesuatu yang manis (layaknya gula dalam buah) sesuai takaran dan ekspektasi, ternyata dapat berubah menjadi sebuah gula yang mengandung air terlalu banyak, sehingga gula yang dipandang indah tersebut menjadi cair dan lengket. Bahkan bisa membuat risih bagi kita yang terkena atau sengaja menyentuh cairan gula tersebut. Lengket.
Tsuraya (asisten pribadi pemilik perusahaan), perempuan yang menjadi selingkuhan bosnya dalam film tersebut awalnya adalah seorang perempuan manis yang menurut pada atasannya (karena atasannya adalah orang yang menjadikan dia selingkuhan) untuk tidak membuka hubungan spesial mereka di kantor.
Tetapi setelah menikah siri, kemudian memiliki sebuah keinginan-keinginan yang menjadi pemicu bagi kerapuhan dirinya.
Hubungan harmonis yang diciptakan dalam rumah tangga pun tidak luput dari skenario dengan tujuan agar hubungan dengan pihak ketiga tidak diketahui oleh pasangan.
Faktor penyebab terjadinya perselingkuhan biasanya karena adanya sebuah pembiaran dari sebuah kesempatan. Yang kemudian memberikan ruang yang luas kepada kesempatan tersebut untuk dapat lebih menggali dalam menjalin sebuah hubungan.
Di situlah letak titik awal penghancuran bagi kepribadian masing-masing. Dengan segala pembenaran yang mengisi ruang kesempatan tersebut, membuat seseorang menjadi layak dengan alasan-alasan yang dikemukakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H