Ia tahu perjalanan menulis buku tentang Henry akan sulit. Arsip yang ditemukannya hanya merupakan sepenggal cerita mengenai seorang pelukis berbakat yang pendiamdengan kematian yang tak terjelaskan.Â
Alina ingin tahu lebih banyak-bukan hanya tentang bagaimana Henry meninggal, tetapi bagaimana ia hidup, mencintai dan bermimpi.
Ia berjalan lebih jauh ke dalam rumah, menelusuri rak-rak buku yang dipenuhi jurnal-jurnal tua. Salah satunya menarik perhatian adalah sebuah buku harian dengan halaman yang sudah menguning.Â
Di bagian dalam  sampulnya tertulis dengan rapi : Henry Evans, 1955.
"Ini dia," bisik Alina aadengan perasaan campur aduk antara penasaran dan kegembiraan. Ia membuka halaman pertama dan mulai membaca. kata-kata di dalamnya terasa hidup, seolah0olah Henry menulisnya untuk seseorang yang suatu hari akan datang dan membaca kisahnya.
bersambung BAB 2 yaaaa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H