Seorang teman bertanya kepada saya, " say, aku semalem mngorol sama suamiku, tapi kok kayak ga ada perkembangan di obrolan kita ya?" tanyanya sambil sedikit memajukan bibirnya.Â
Hhhmmm..menurut pembaca ada yang kurang pas tidak? Jawabannya adalah tidak. Karena mereka sekedar ngobrol, bukan berkomunikasi. Kok bisa gitu? Bisa. Ngobrol dengan komunikasi itu berbeda makna, berbeda action dan berbeda hasil, meskipun sama-sama mengeluarkan kalimat daari pemikiran maupun hatinya.
Contoh sederhananya dan yang sedang mondar-mandir vt nya atau fyp di tiktok maupun media sosial lainnya. Menurut saya antara Nikita Mirzani dengan Loly belum bisa dikatakan bahwa mereka berkomunikasi, yang ada mereka beradu pikiran. Bahkan mengobrol pun tidak.Â
Mengobrol, seperti yang saya ungkapkan di atas, secara fisik terlihat seru dan serius, berbicara seru dan ramai sesuai tema ataupun acakable topik :) tetapi hasil dari obrolan pasti lebih banyak senangnya daripada sedihnya. Berbeda dengan komunikasi.
Ok, menurut teori saya, komunikasi adalah obrolan dua arah dengan materi yang tersusun untuk ditemukan jalan keluarnya atau solusinya. Pernah tidak pembaca ngobrol tapi bisa menemukan titik terang dari sebuah permasalahan? entah dengan pasangan, anak, bos, bawahan? atau denga siapapun.Â
Bagaimana rasanya setelah kita berhasil menjalankan yang namanya komunikasi dengan seseorang?Â
- kita menemukan solusi dari permasalahn yang ada.
- pembicaraan menjadi teratur karena secara sistiamtik menjadi terstruktur antara dialog dengan dialog.
- puas, meskipun kemungkinan hasilnya tidak sesuai denga ekspektasi.
- nyaman, karena bisa menemukan titik-titik materi yang memang harus dibahas atau dibicarakan.
- menjadi lebih percaya diri dalam menghadapi situasi yang ada.