Diantara gaya kampanye pendukung Ahok, yang menarik [caption caption="dari facebook pendukung ahok"][/caption]adalah meme yang ini. Ahok sekarang memang Gubernur Jakarta...tapi menggadang2 Ahok untuk jadi presiden setelah Jokowi?
Hhhhmmm .... sepertinya perlu dibuat perbandingan antara Ahok dan Jokowi:
Gaya Jokowi - PERSUASIF
Saat merelokasi PKL di Solo, para pedagang mengancam akan membakar kantor walikota. Di Solo, ancaman bakar bukan sekedar “gertak sambal”. Sejak dibangun, kantor Walikota Solo sudah dua kali dibakar, yakni pada tahun 1998 dan 1999. Dalam hal ini Jkw menggunakan strategi "lobi meja makan". Dia mengajak makan 989 pedagang yang tergabung dalam 11 paguyuban. Dalam pertemuan pertama, pedagang sudah siap2...ada yang bawa golok (yang tentunya disimpan diluar gedung), dan juga mengajak pengacara. Pertemuan awal itu...hanya makan..guyon2...blass nggak ngomongin penggusuran...begitu seterusnya...nggak tanggung2 sampai 53 kali pertemuan...baru di pertemuan ke 54...niat Jkw bersambut...PKL mau dipindahkan, dilanjutkan penataan pasar2 yang lain spt klithikan, Nusukan, kemblang dll. Di jakarta juga gitu...walaupun sudah menyiapkan tempat yang layak untuk korban gusuran, Jkw masih menyempatkan diri untuk "melobi" rakyat sebelum bertindak.
Gaya Ahok? - REPRESIF
"Do with my way...or no way"
itu kira2 kata yang paling tepat mencerminkan gayanya Ahok. Alih2 ngajak bicara dan mendengarkan curhatan sampai berbulan-bulan...Ahok lebih suka ngirim tentara dan polisi untuk "menghapus" si miskin dari hadapannya saat itu juga. Memang spektakuler siiih...sim salabim...nggak sampai 2 minggu..."kemiskinan" hilang dari hadapan warga Jakarta untuk nantinya diganti dengan taman2 dan gedung2 bagus yang indah...yang memuaskan mata kelas menengah Jakarta.
Gaya Jokowi: MENDENGARKAN
Jokowi menyadari bahwa jadi Presiden bukan berarti pintar segala2nya...sehingga dia mau mendengarkan usulan.
Banyak usulan untuk menata kampung2 miskin. Bahkan para akademisi pakar kota sudah turun gunung untuk memberi masukan. Bukan sekedar usulan, bahkan sudah sampai memberi desain MENATA KAMPUNG TANPA MENGGUSUR. Pakarnya dari berbagai perguruan tinggi ternama Indonesia yang sudah berpengalaman menata berbagai negara. Waktu dipresentasikan, Jokowi senang dan setuju...warga yang mau digusur juga senang dan setuju...sehingga dari presentasi itu, lahirlah ide kampung deret
Gaya Ahok?
Begitu Jokowi pergi...hal yang sama di presentasikan ke Ahok. Mulanya dia bilang bagus dan antusias ...tapi 2 minggu kemudian, dia kirim buldoser untuk menggilas kampung itu tanpa ada omongan apa2 lagi...tanpa ganti rugi. Nggak peduli bahwa ada yang sudah turun temurun tinggal di tempat itu bahkan sebelum republik ini berdiri. Jaman Sutiyoso yang tentarapun, penggusuran masih lebih manusiawi...Sutiyoso menggusur dengan memberi ganti rugi.
Ahok memahami fungsi rumah ala kelas menengah atas, hanya sebagai tempat tinggal sehingga merasa kalau sudah ngasih ganti tempat tinggal/rusun yang lebih baik...itu sudah cukup. Padahal bagi warga miskin, rumah itu sekaligus tempat usaha dan tempat bekerja. Bila rumah itu digusur, hilang juga usaha dan kerja mereka. Ahok nggak mau tahu dengan semua itu...dia maunya instan dan serba cepat...dalam suatu wawancara di youtube, Ahok pernah bilang "HAM itu bagi saya adalah mengorbankan 2 ribu orang demi 5 juta orang"
Nah looo...miris dehhh...Dari situ sudah terasa (RASA lho yaaa.. smile emoticon..bahwa Ahok tidak respek pada yang lemah, walaupun dia selalu mengatakan pesan ayahnya bahwa jadi pejabat supaya bisa membantu orang miskin, tetapi kok bisa ya...hatinya ringan saja untuk mengorbankan yang lemah demi tercapainya tujuannya?...berarti ideologinya adalah ideologi TUMBAL
Keberpihakan pada yang lemah itu nggak bisa dong kalau cuma di omongan, tapi musti bisa dirasakan dari caranya bersikap
Wajah orang miskin memang tidak indah...perkampungan mereka kumuh, bau, becek dan jorok. Menata orang miskin juga tidak mudah...mereka kadang susah diatur, kadang mulutnya kasar, dan tidak bersahabat. Tetapi sakjane...ngatur orang miskin juga nggak susah2 amat kok...krn bagi orang miskin tuh asal hidupnya nggak diganggu...mereka akan survive dan biasa hidup mandiri
Tujuan pembangunan jangan hanya direduksi dengan jargon "Anti korupsi" Tujuan pembangunan itu untuk "peningkatan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa"
Lhaaa...poinnya apa bisa membuat dana spy tidak dikorupsi tetapi akhirnya dana itu hanya untuk melayani orang kaya? Kenyataannya orang miskin itu khan ada dihadapan kita. Mosok kita nggadang2 pemimpin yang "meniadakan" mereka hanya karena rasanya lebih enak bagi kita: melihat taman yang indah dan sungai yang bersih daripada anak2 kecil yang berleleran ingus...???
Kalau aku...kalau aku lho yaaa...wong kita sekarang sudah bisa punya Presiden yang kerja keras tapi manusiawi kok...yaa nanti kalau mau ngganti, ya cari yang lebih bagus dari Jokowi lah...lha kok malah mau mundur...pilih yang otoriter? Kalau untuk Gubernur...yaaah gimana lagi...kalau nggak ada yang lebih baik ya nggak papa. Tapi untuk jadi Presiden?....waduuuhhh...mbok ojo kesusu..
Masih banyak waktu...aku tunggu kloningannya Jokowi edisi ter update aja deh...KTP ku nanti untuknya... smile emoticon
Ilustrasi : Dokpri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H