Hidup adalah rahasia, tidak seorangpun tahu apa yang akan dialaminya sedetik kemudian. Seperti yang terjadi pada Briptu Norman, siapa menyangka, bahkan dirinya sendiri juga tidak, bahwa dia akan menjadi bintang seperti sekarang ini. Tidak ada yang salah memang, karna apa yang dia lakukan, harus diakui cukup menghibur, terlepas dari atribut nya sebagai aparat Negara.
Tapi kemudian, saat ketidak sengajaan seperti itu, di blow up berlebihan dan diberi perhatian melebihi seharusnya, hal ini kemudian menjadi tidak lagi wajar. Dan semua itu, tidak terlepas dari peran media massa sebagai pembangun publik opini. Lihat saja di televisi, hampir 24 jam berita yang ditayangkan tidak terlepas dari sosok polisi yang berpakaian seragam dengan goyang indianya.
Bagi kebanyakan orang yang punya kesibukan sehingga hari-harinya tidak dihabiskan di depan TV, hal ini mungkin tidak terlalu menjadi perhatiannya. Tapi kita harus menyadari bahwa sebagian besar bangsa Indonesia masih di dominasi oleh kelompok yang lebih suka ‘membunuh waktu bersama televisi’. Apakah itu kelompok ibu2 yang menunggu anak-anak2nya pulang sekolah, bapak2 yang menunggu pekerjaan, pemuda yang belum tau mau melakukan apa, hingga anak-anak sekolah yang menunggu waktu untuk berangkat sekolah besoknya.
Padahal kelompok ini membutuhkan arahan dan pencerahan yang akan menentukan masa depan dirinya, keluarganya, dan bangsa ini. Tapi jika yang terjadi adalah pemandulan cara berpikir dengan berita yang tidak bermutu, tanpa perlu dijawab, nasib bangsa ini sudah bisa diketahui akan seperti apa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H