Mohon tunggu...
Noer Fadlilah Wening
Noer Fadlilah Wening Mohon Tunggu... Wiraswasta - https://ninin-dahlan-marchant.blogspot.com/

An ordinary wife who try to learn everything as much as possible.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cintaku Dibawa Rembulan (Part 2 - Tamat)

16 Juni 2017   09:22 Diperbarui: 16 Juni 2017   09:49 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

#NulisRandom2017 (day 15)

Kalau serius dan sama-sama rela, why not?

Begitu ucapan Ustad Salman kepadaku. Tapi aku katakan, bahwa aku ragu dan takut, sebab Chan masih sangat muda, meski Chan pernah mengatakan padaku berapa umurnya, tapi aku tidak mempercayainya, waktu itu. Ustad Salman kembali bertanya kepadaku, apakah Chan sudah tidak memiliki ibu. Aku menjawab sepertinya masih komplit, sebab aku melihat fotonya di facebook, dan aku pikir itu adalah ayah ibunya dan dua adiknya. Chan anak sulung nampaknya, kataku pada Ustad Salman.

Ustad Salman menghela napas, lalu berkata kepadaku, bahwa kemungkinan itu ada, sebab mungkin Chan akan merasa terhormat jika bisa menjadi istri seorang anak ustadnya. Aku membelalakkan mataku lebar-lebar, sebab aku tidak bisa mengerti akan hal itu.

Ya ya ya.

Kata Ustad Salman sambil mengangguk-angguk dan sedikit tersenyum, pandangannya mengarah ke bawah. Aku yakin sebenarnya Ustad Salman ingin tersenyum, tapi ditahannya karena menghormati keseriusan wajahku. Seorang anak manusia yang sedang jatuh cinta, pasti lucu sekali mukaku saat ini, tapi aku benar-benar tidak bisa menahan beban hatiku. Aku terpukul.

Santai saja, biasa dan tetap jalani puasa dengan tertib, begitu ucap Ustad Salman dengan wajah dan nada bicara yang kembali serius. Ustad Salman menambahkan, bahwa ada beberapa tipe lelaki dalam mencintai perempuan. Ada tipe lelaki menyukai yang lebih dewasa, ada juga karena faktor keluarga, ada karena faktor-faktor lain sesuai keinginannya. Ustad Salman menghentikan ucapannya menggantung, aku masih terus menunggu kata-kata selanjutnya dan siap untuk mendengarkannya.

Itu sesuatu yang wajar, wajar karena ada lelaki suka perempuan. Wajar karena Naila merasa tidak nyaman sebab beda usia, benar kan?

Pertanyaan Ustad Salman itu menyentakkanku. Sebuah pertanyaan retorika. Aku hanya menghela napasku dalam-dalam dan terus menunduk.

Sebelum saya memberikan solusi, bolehkah saya bertanya beberapa hal terlebih dahulu?

Aku mengangkat wajahku, menatap sekilas pada Ustad Salman, dan aku mengangguk tanda setuju. Aku akan menjawabnya, sejauh pengertianku tentang Chan, sebab aku tahu, aku tidak banyak mengerti soal Chan, tapi aku siap menjawab setiap pertanyaannya. Aku membetulkan letak dudukku lebih tegak, lalu aku menyimak. Ustad Salman ingin mengetahui beberapa hal, dan aku menuliskannya dalam hatiku, mengingatnya di kepalaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun